Komoditi kentang memiliki peluang untuk dikembangkan nilai tambahnya dengan pengolahan lebih lanjut menjadi tepung atau kripik, tetapi hingga sekarang
belum ada investor yang mau menanam modalnya dibidang pengolahan kentang di daerah ini.
4.5. Dampak Pembangunan Kawasan Agropolitan terhadap Pengembangan
Wilayah Ditinjau dari Pembangunan Infrastruktur Dampak pembangunan terhadap pengembangan wilayah dapat dilihat dari
keberadaan fasilitas infrastruktur pendukung antara lain berupa jaringan jalan dan transportasi, dan jaringan pasar dan promosi. Dampak pembangunan Kawasan
Agropolitan terhadap pengembangan wilayah pada Lokalita Saribu Dolok ditinjau dari kedua hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
4.5.1. Jaringan Jalan dan Transportasi
Dari hasil pengumpulan data sekunder, pembangunan jaringan jalan yang dikembangkan pada Lokalita Agropolitan Saribu Dolok antara lain adalah:
a. Jalan poros
Jalan poros adalah jalan yang menghubungkan antar desa atau tempat pengumpulan hasil TPH ke gudang atau ke Sub Terminal Agribisnis. Jalan Poros
yang telah dibangun di Lokalita Saribu Dolok sepanjang 5,585 Km yang menghubungkan antara sentra produksi dengan STA Saribu Dolok. Namun panjang
jalan tersebut dirasakan masih kurang karena masih dibutuhkan pembangunan jalan poros yang menghubungkan antar desa yang ada disekitarnya dengan STA Saribu
Dolok.
Universitas Sumatera Utara
b. Jalan usaha tani
Jalan usaha tani adalah jalan yang menghubungkan pemukiman dengan perladangan. Jalan ini digunakan untuk gerobak dan traktor menuju kebun. Kualitas
jalan usahatani minimal jalan sirtu agar tranportasi dapat berjalan lancar. Sarana jalan di lokalita ini masih terbatas, terutama jalan yang menghubung Sub Terminal
Agribisnis STA dengan sentra-sentra produksi dan jalan usahatani. Panjang jalan berdasarkan jenisnya adalah jalan aspal 5 km, diperkeras 6 km, jalan tanah 10
km dan jalan setapak 20 km. Dari data Kecamatan Silimakuta Dalam Angka Tahun 2010, diperoleh data
perkembangan infrastruktur jalan yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun selama tahun 2007 – 2009, terus mengalami perbaikan, sebagaimana
terlihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kecamatan Silimakuta Tahun 2007-2009 Km
No. Kondisi
Jalan 2007
2008 2009
Panjang Km
Panjang Km
Panjang Km
1 Baik 17,100
15,42 17,350
15,64 71,100
64,09 2 Sedang
50,430 45,46
52,400 47,24
21,800 19,65
3 Rusak 30,900
27,86 28,680
25,85 10,000
9,01 4 Rusak Berat
12,500 11,27
12,500 11,27
8,030 7,24
Jumlah 110,930
100 110,930
100 110,930
100
Sumber: Kecamatan Silimakuta Dalam Angka 2010, data diolah. Dari data Tabel 4.22 terlihat bahwa kondisi jalan selama tahun 2007-2009
menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase panjang jalan dalam kondisi baik dari 15,42 pada tahun
Universitas Sumatera Utara
2007 menjadi 64,09 pada tahun 2009. Sedangkan jalan dalam kondisi sedang, rusak dan rusak berat terus menujukkan penurunan persentase kerusakan. Gambar 4.1.
berikut menampilkan perkembangan kondisi jalan yang mengalami perbaikan dari tahun 2007 hingga 2009.
Gambar 4.1. Persentase Panjang Jalan di Kecamatan Silimakuta Berdasarkan Kondisi
Data kondisi jalan berdasarkan keadaan permukaan jalan dapat dilihat pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23. Kondisi Jalan Berdasarkan Permukaan Jalan di Kecamatan Silimakuta Tahun 2007 – 2009
No. Kondisi Jalan
2007 2008
2009 Panjang
Km Panjang
Km Panjang
Km
1 Beraspal
1.000 0,90
1.750 1,58
2.500 2,25
2 Lapen
44.100 39,75
44.700 40,30
43.900 39,57
3 Kerikil
46.400 41,83
46.850 42,23
46.930 42,31
4 Tanah
19.430 17,52
17.630 15,89
17.600 15,87
Jumlah 110.930
100 110.930
100 110.930
100
Sumber: Kecamatan Silimakuta Dalam Angka 2010, data diolah
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.23 terlihat juga kondisi panjang jalan dengan mutu permukaan beraspal mengalami peningkatan dari tahun 2007 sepanjang 1 Km menjadi 2,25 Km
pada tahun 2009.
c. Sarana perhubungan