Lama Pengalaman Bertani Status Kepemilikan Lahan Luas Lahan

4.2.2. Pendidikan

Pendidikan formal sangat berpengaruh kepada kemampuan mengadopsi informasi baru berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik dalam menerima suatu informasi. Secara umum pendidikan formal jumlah responden yang berpendidikan SD sebanyak 7 responden 14,29, pendidikan SMP sebanyak 4 responden 8,16, pendidikan setingkat SLTA sebanyak 33 responden 67,35 dan selebihnya 5 responden 10,20 berpendidikan setingkat DiplomaS1, sebagaimana tertera pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan No. TingkatLama Pendidikan Jumlah Respoden Persen 1 SD 6 tahun 7 14.29 2 SMP 9 tahun 4 8.16 3 SLTA 12 tahun 33 67.35 4 Diploma + S1 12 tahun 5 10.20 Jumlah 49 100.00 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Hal ini menunjukkan kualitas pendidikan sebagian petani di Kelurahan Saribu Dolok ini sudah cukup baik, sehingga dapat mendukung kegiatan dalam kelompok tani, melakukan diskusi dan mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh instansi pembina atau Penyuluh Pertanian Lapangan PPL.

4.2.3. Lama Pengalaman Bertani

Secara umum lama pengalaman responden sebagai petani berkisar antara 11- 15 tahun. Pada umumnya petani memiliki pengalaman antara 15 tahun. Sebanyak 15 Universitas Sumatera Utara orang 30,61 memiliki pengalaman 16-20 tahun, sebanyak 12 responden 24,49 memiliki pengalaman 21 tahun, 9 responden dengan pengalaman sebagai petani selama 6-10 tahun, 9 orang responden memiliki pengalaman 11-15 tahun dan selebihnya 4 orang responden 8,16 yang memiliki pengalaman 5 tahun, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Pengalaman Petani No. Lama Bertani Jumlah Respoden Persen 1 ≤ 5 tahun 4 8,16 2 6-10 tahun 9 18,37 3 11-15 tahun 9 18,37 4 16-20 tahun 15 30,61 5 21 tahun 12 24,49 Jumlah 49 100,00 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Hal ini menunjukkan dari segi lama sebagai petani umumnya sudah memiliki pengalaman yang cukup sehingga dengan berbekal pengalaman tersebut seorang petani dapat melakukan usaha tani dengan lebih baik.

4.2.4. Status Kepemilikan Lahan

Karakteristik petani ditinjau berdasarkan status kepemilikan lahan, umumnya adalah milik sendiri. Sebanyak 26 responden 53,06 memiliki sendiri lahan usaha taninya, 22 orang responden 44,90 menyewa lahan usaha taninya dan hanya 1 orang responden 2,04 yang melakukan usaha tani dengan sistem bagi hasil. Berikut data yang tertera pada Tabel 4.8. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan No. Lama Bertani Jumlah Respoden Persen 1 Milik SendiriKeluarga 26 53.06 2 Sewa 22 44.90 3 Bagi Hasil 1 2.04 Jumlah 49 100,00 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011

4.2.5. Luas Lahan

Dari responden diketahui 23 orang responden 46,94 yang memiliki lahan antara 1,1 – 2 Ha, 14 responden 28,57 memiliki lahan antara 0,6-1 Ha, 10 orang 20,41 memiliki lahan 5 Ha, selebihnya hanya 2 orang responden 4,08 yang memiliki lahan 2 Ha. Selengkapnya tertera pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan No. Luas Lahan Jumlah Respoden Persen 1 ≤ 0,5 Ha 10 20,41 2 0,6 – 1 Ha 14 28,57 3 1,1 – 2 Ha 23 46,94 4 2 Ha 2 4,08 Jumlah 49 100,00 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa apabila dijumlahkan petani yang memiliki luas lahan kurang dari 1 Ha berjumlah 24 orang, berimbang dengan petani memiliki luas lahan lebih dari 1 Ha 25 orang. Hal ini merupakan hal yang menarik bahwa kepemilikan lahan petani kentang di Lokalita Saribu Dolok cukup baik dilihat Universitas Sumatera Utara dari luas kepemilikan lahan yang diusahakan.

4.3. Analisis Dampak Pembangunan Kawasan Agropolitan pada Lokalita

Dokumen yang terkait

Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

2 111 115

Analisis Pertunjukan Toping-Toping oleh Tiga Kelompok Toping-Toping pada Pesta Rondang Bittang ke XVIII di Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

0 71 99

Prospek Pengembangan Usahatani Kopi Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus ; Nagori Silimakuta Barat, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun)

13 54 91

Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya

2 36 189

Evaluasi dampak program pengembangan agropolitan terhadap kesejahteraan masyarakat (Studi Kasus di kawasan agropolitan Waliksarimadu Kabupaten Pemalang)

1 22 143

Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Studi Kasus : Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

0 6 115

SALIGUNG SEBAGAI PENGIRING NYANYIAN NASEHAT ORANG TUA KEPADA ANAKNYA PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN DI SARIBU DOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 1 23

Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Studi Kasus : Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

0 0 12

Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Studi Kasus : Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

0 0 1

Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Studi Kasus : Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

0 0 11