Tabel 4.13. Penggunaan Lahan Berdasarkan Ekosistem
No. Jenis
Komoditi Jumlah
Luas Lahan Ha
Rata-Rata Luas
HaOrg Produksi
Ton Produktifitas
Kecamatan TonHa
1. Padi Sawah
118 0,56
413 3,5
2. Padi Gogo
1.456 0,87
5.367 3
3. Jagung
1.789 0,90
5.824 4
4. Ubi Jalar
291 0,69
4.365 15
5. Cabai
406 0,63
4.060 10
6. Tomat
251 0,68
8.785 35
7.
Kentang 782
0,81 9.384
12
8. Kubis
499 0,70
14.970 30
9. Bawang Merah
- -
- -
10. Jeruk 371
0,78 12.985
35 11. Kopi
956 0,78
4.302 4,5
12. Nenas 663
0,98 19.890
30
Sumber: Data Kecamatan Silimakuta, 2010 Dari data Tabel 4.13 tersebut dapat dilihat bahwa produktifitas tanaman
kentang 12 tonHa, menujukkan bahwa hasil analisis data penelitian menjukkan produktifitas petani responden sebesar 11,27 ton sudah mendekati potensi rata-rata
produktifitas untuk tingkat kecamatan.
4.3.3. Pendapatan Rata-rata Petani
Tujuan pembangunan di bidang pertanian dan pembangunan wilayah antara lain bertujuan untuk terciptanya peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan adanya
pembangunan Kawasan Agropolitan diharapkan terjadi peningkatan optimalisasi penggunaan lahan dan peningkatan produksi dan produktifitas hasil pertanian yang
pada gilirannya akan dapat meningkatkan pendapatan petani. Maka perubahan atau peningkatan pendapatan petani menjadi indikator yang layak untuk mengukur
dampak pembangunan agropolitan.
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis yang akan diuji adalah: Terdapat perbedaan yang nyata pendapatan petani kentang sebelum dan sesudah pembangunan kawasan
agropolitan di lokalita Saribu Dolok.
Hasil uji beda rata-rata pendapatan petani tanaman kentang tertera pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Petani Kentang No.
Uraian Tahun 2008
Tahun 2010
1. Jumlah
49 49
2. Pendapatan petaniHatahun Rp
35.251.486,65 55.033.750,10
3. Standard Deviasi
34.286.567,55708 47.660.794,10651 4.
Signifikansi 0,002
5. t-
-3.212
hitung
6. t-
2,011
tabel
Sumber: Hasil analisis data primer, 2011 Dari Tabel 4.14 diperoleh rata-rata pendapatan petani kentang tahunHa pada
tahun 2008 sebesar Rp. 35.251.486,65 Rp. 2.937.624bulan sedangkan pada tahun 2010 adalah Rp. 55.033.750,10 Rp.4.586.146bulan sehingga terjadi pertambahan
sebesar Rp. 19.782.263 Hatahun atau meningkat sebesar 5,6. Selanjutnya dari hasil analisis diperoleh besarnya nilai t
hitung
sebesar 3.212, sedangkan nilai t
tabel
sebesar 2,011. Nilai t
hitung
t
Tabel,
Nilai signifikan dari hasil analisis uji beda rata-rata diperoleh sebesar 0,002 atau lebih kecil dari nilai
α 0,05. Sesuai dengan hasil perbandingan tersebut dapat menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pendapatan petani kentang tahun 2008 sebelum penetapan Saribu Dolok sebagai lokalita Agropolitan dibandingkan dengan pendapatan petani
tanaman kentang tahun 2010 setelah penetapan Saribodolok sebagai lokalita Agropolitan.
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pendapatan rata-rata petani kentang RpHaTahun tahun 2008 sebelum penetapan Saribu Dolok sebagai lokalita
Agropolitan dibandingkan dengan pendapatan rata-rata petani kentang tahun 2010
setelah penetapan Saribu Dolok sebagai lokalita Agropolitan.
Beberapa hal yang dapat dilihat dari hasil analisis tersebut adalah: 1. Pengembangan kawasan Agropolitan memberikan dampak positif terhadap
peningkatan pendapatan petani kentang di Lokalita Saribu Dolok. Namun beberapa hal yang patut untuk dicermati bahwa walaupun secara perhitungan
menujukkan bahwa pendapatan rata-rata petani pada Tahun 2010 sudah cukup tinggi yakni Rp. 55.033.750,-hatahun, tetapi secara riil jika dihitung berdasarkan
rata-rata luas lahan penanaman kentang rata-rata yang hanya seluas 0,56 Hapetani maka
pendapatan yang sesungguhnya diterima petani rata-rata hanya sebesar 0,56 x Rp. Rp. 55.033.750 atau sebesar = Rp. 30.818.900,-tahun. Jika
dilihat berdasarkan target pendapatan yang diinginkan pada tahun 2015 yakni sebesar US 3.000 Rp. 27.000.000,- dengan kurs 1 US = Rp. 9.000,- maka
target pendapatan petani yang menanam komoditi unggulan kentang dapat dikatakan sudah terpenuhi.
2. Ditinjau dari produktifitas tanaman kentang yang tidak signifikan, maka peningkatan pendapatan petani tersebut lebih banyak didorong oleh peningkatan
harga jual komoditi kentang. Dari hasil analisis data diketahui bahwa harga rata- rata komoditi kentang tahun 2008 sebesar Rp. 2.847,28kg menjadi Rp.
3.153,06Kg pada tahun 2010 meningkat sebesar 10,74. Hal ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
peningkatan pendapatan tersebut lebih banyak didorong oleh adanya peningkatan inflasi.
3. Adanya disparitas pendapatan yang cukup besar melihat fluktuasi harga jual di pasaran cukup tinggi. Dari data harga komoditi kentang yang dipasarkan pada
STA Saribu Dolok pada tahun 2010 terdapat perbedaan harga yang cukup besar antara harga terendah-harga tertinggi antara Rp. 2000-5000. Adanya disparitas
harga tersebut berdasarkan kelas mutu berdasarkan ukuran grade komoditi kentang yang berbeda-beda. Hingga sekarang permintaan pasar untuk kentang
masih dalam bentuk segar yang diklassifikasikan berdasarkan ukuran grade. Oleh karena itu dibutuhkan gudang untuk kegiatan sortasi, pengemasan dan
penyimpanan sementara sebelum dipasarkan. 4.4.
Analisis Dampak Pembangunan Agropolitan terhadap Pemberdayaan Masyarakat
4.4.1. Kelembagaan
Dari hasil survey dan wawancara dengan petani diperoleh keterangan terkait dengan faktor kelembagaan yakni kelembagaan Koperasi, Lembaga Perekreditan
Rakyat, Lembaga Usaha Tani PoktanGapoktan dan Lembaga Penyuluhan yang ada di Lokalita Saribu Dolok diperoleh data sebagai berikut:
4.4.1.1. Lembaga koperasi Hasil analisis pendapat petani terhadap keberadaan lembaga koperasi di
Lokalita Saribu Dolok dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Pendapat Petani tentang Lembaga Koperasi
Jawaban Responden Nomor Pertanyaan
1 2
3 4
5
Sebelum penetapan Saribu Dolok sebagai Lokalita
Percontohan Agropolitan Tahun2008
Jumlah Responden Menjawab
- Ya
9 3
3 2
1 -
18.37 6.12
6.12 4.08
2.04 -
Tidak 40
46 46
47 48
- 63.49
73.02 73.02
74.60 76.19
Setelah penetapan Saribu Dolok sebagai Lokalita Percontohan
Agropolitan Tahun2010
Jumlah Responden Menjawab
- Ya
13 3
3 1
1 -
26.53 6.12
6.12 2.04
2.04 -
Tidak 36
46 46
48 48
- 73.47
93.88 93.88
97.96 97.96
- Perubahan
-9.98 -20.86
-20.86 -23.36
-21.77 Keterangan:
Jawaban Responden: Kriteria Score
1 Keberadaan koperasi 2 Keikutserataan sebagai anggota koperasi
3 Aktif sebagai anggota koperasi 4 Keikutsertaan pada kegiatan koperasi tersebut
5 Pernah mendapat bantuan dari Koperasi 1 Ada = 1 Tidak = 0
2 Ya = 1 Tidak = 0 3 Ya = 1 Tidak = 0
4 Ya = 1 Tidak = 0 5 Ya = 1 Tidak = 0
Sumber: Hasil analisis data primer, 2011 Dari data diatas terlihat bahwa secara umum kelembagaan koperasi di
Lokalita Saribu Dolok belum berfungsi dengan baik, jika dilihat perubahan persentase responden yang bertanda negatif - pada semua pertanyaan yang diajukan, yang
menunjukkan kondisi tahun 2010 setelah penetapan Saribu Dolok sebagai Lokalita Percontohan Agropolitan lebih buruk dibandingkan tahun 2008 sebelum penetapan
Saribu Dolok sebagai Lokalita Percontohan Agropolitan. Dari hasil wawancara
Universitas Sumatera Utara
terungkap kebanyakan petani menyatakan bahwa lembaga koperasi yang berada di daerah ini sudah tidak aktif semenjak tahun 2009, disebabkan pengurusnya sudah
tidak aktif lagi menjalankan koperasi yang ada di daerah ini. Hal ini sangat 4.4.1.2. Lembaga Perkreditan Rakyat BPR
Lembaga penyediaan modal untuk pengadaan saprodi dan modal kerja di Lokalita ini sudah cukup memadai dan terdapat 2 unit Bank BRI dan Bank Sumut, 2
unit BPR, 1 unit koperasi dan 15 orang pelepas uang. Keberadaan lembaga permodalan atau Bank BRI dan Bank Sumut belum dimanfaatkan secara baik oleh
petani, mengingat persyaratan dan jaminan kredit sulit dipenuhi oleh petani. Hal lain disebabkan resiko kegagalan usahatani yang tinggi akibat fluktuasi harga, terutama
komoditi sayuran. Hasil analisis pendapat petani terhadap keberadaan lembaga
keuanganperkreditan rakyat di Lokalita Saribu Dolok dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16. Pendapat Petani tentang Lembaga Perkreditan Rakyat BPR
Jawaban Responden Nomor Pertanyaan
1 2
3
Sebelum penetapan Saribu Dolok sebagai Lokalita Percontohan Agropolitan
Tahun2008
Jumlah Responden Menjawab
- Ya
1 1
1 -
2.04 2.04
2.04 -
Tidak 48
48 48
- 97.96
97.96 97.96
Setelah penetapan Saribu Dolok sebagai Lokalita Percontohan Agropolitan
Tahun2010
Jumlah Responden Menjawab
- Ya
1 1
1 -
2.04 2.04
2.04 -
Tidak 48
48 48
- 97.96
97.96 97.96
- Perubahan
0.00 0.00
0.00 Keterangan:
Jawaban Pertanyaan: Kriteria Score
1 Pernah mendapat bantuan kredit petani KUR, dsb
2 Pernah mendapatkan pembinaan dari Lembaga Perkreditan yang memberikan
bantuan kredit tersebut 3 Memiliki simpanan uang di Lembaga
Keungan BankBPR 1 Ya = 1 Tidak = 0
2 Ya = 1 Tidak = 0 3 Ya = 1 Tidak = 0
Sumber: Hasil analisis data primer, 2011
Dari data Tabel 4.16 terlihat bahwa secara umum Lembaga Perkreditan Rakyat BPR di Lokalita Saribu Dolok belum berfungsi dengan baik. Hal ini dapat
dilihat dari tidak adanya perubahan jawaban responden dari kondisi tahun 2010 setelah penetapan Saribu Dolok sebagai Lokalita Percontohan Agropolitan lebih
buruk dibandingkan tahun 2008 sebelum penetapan Saribu Dolok sebagai Lokalita Percontohan Agropolitan. Dari Tabel 4.16 terungkap bahwa sedikit sekali petani
Universitas Sumatera Utara
yang telah memanfaatkan layanan perkreditan. Hanya terdapat 1 orang responden 2,04 yang menjawab pernah mendapat bantuan kredit dari Bank, selebihnya
menyatakan tidak pernah. Demikian juga hanya ada 2 orang responden 2,04 yang memiliki simpanan di Bank, selebihnya menyatakan tidak.
Di Lokalita Saribu Dolok tahun 2010 terdapat 3 unit Bank dan 3 unit Lembaga Keuangan bukan bank yang melayani masyarakat. Namun tampaknya
masih belum menyentuh kepada kepentingan lapisan masyarakat petani. 4.4.1.3. Lembaga usaha tani PoktanGapoktan
Petani produsen di Lokalita ini sebagian besar sudah membentuk kelompok tani. Kelompok tani yang bergabung dalam wadah gabungan kelompok tani
Gapoktan berjumlah 36 Kelompok Tani. Kelompok tani bergerak dalam bidang usaha produksi tanaman hortikultura, tanaman pangan dan tanaman perkebunan.
Hasil analisis pendapat petani terhadap keberadaan lembaga Kelompok TaniGabungan Kelompok Tani di Lokalita Saribu Dolok dapat dilihat pada Tabel
4.17 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17. Pendapat Petani tentang Lembaga PoktanGapoktan
Jawaban Pertanyaan 1
2 3
4
Sebelum penetapan Saribu Dolok sebagai Lokalita Percontohan
Agropolitan Tahun2008
Jumlah Responden Menjawab
- Ya
30 24
25 25
- 61.22
48.98 51.02
51.02 -
Tidak 19
25 24
24 -
38.78 51.02
48.98 48.98
Setelah penetapan Saribu Dolok sebagai Lokalita Percontohan
Agropolitan Tahun2010
Jumlah Responden Menjawab
- Ya
31 26
25 21
- 63.27
53.06 51.02
42.86 -
Tidak 18
23 24
28 -
36.73 46.94
48.98 57.14
- Perubahan
2.04 4.08
0.00 -8.16
Keterangan:
Jawaban Pertanyaan: Kriteria Score
1 Menjadi anggota PoktanGapoktan 2 Dapat menyebutkan nama Poktan Gapoktan
3 Ada manfaat yang dapat dirasakan menjadi anggota Poktan
4 Pernah mendapatkan bantuan sebagai anggota Poktan
1 Ya = 1 Tidak = 0
2 Ya = 1, Tidak = 0 3 Ya = 1 Tidak = 0
4 Ya = 1 Tidak = 0
Sumber: Hasil analisis data primer, 2011
Dari Tabel 4.17 terungkap bahwa Secara umum menunjukkan perubahan yang positif dilihat dari hasil jawaban keseluruhan responden. Sebagian besar
masyarakat petani 63,27 menyatakan sudah bergabung sebagai anggota Kelompok Tani Poktan di Lokalita Saribu Dolok yang ditunjukkan dengan
kemampuan menjawab nama Poktan tempat mereka bergabung. Sebagian besar petani 53,06 menyatakan ada manfaat yang dirasakan selama menjadi anggota
Poktan, selebihnya 46,94 menyatakan belum dapat merasakan sepenuhnya manfaat bergabung menjadi anggota Poktan.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan jumlah Poktan yang ada di Kecamatan Silimakuta Dalam Angka menunjukkan pada tahun 2010 terdapat 36 Kelompok tani di Lokalita Saribu
Dolok dengan jumlah anggota 904 KK, terdiri dari 763 pria dan 141 wanita. Namun kesadaran bersama anggota terhadap keberadaan kelompok tani masih rendah jika
dilihat dari keaktifan petani dalam berkelompok. Petani di Lokalita Saribu Dolok umumnya sudah relatif maju dalam
menerapkan teknologi budidaya yang didapat dari penyuluh, lembaga-lembaga penelitian dan lembaga lainnya. Petani umumnya telah menggunakan pupuk
berimbang, penggunaan bibit unggul dan pengendalian hama dan penyakit. Namun demikian penanganan paska panen belum dilakukan secara memadai, sehingga
komoditi yang diproduksi masih beragam kualitasnya. Para petani masih ada yang menjual kepada pedagang pengumpul tanpa melakukan sortasi, grading, packing
maupun labeling sehingga kesepakatan harga yang dibuat didominasi oleh parameter yang subyektif.
Dengan adanya pengorganisasian kelompok tani yang baik akan meningkatkan posisi tawar petani, disamping itu pemasaraan satu pintu pada kawasan
agropolitan dapat dilakukan sehingga memperpendek rantai tata niaga yang akan dapat meningkatkan margin yang diperoleh petani.
4.4.1.4. Lembaga penyuluhan Lembaga penyuluhan yang terdapat di Lokalita Saribu Dolok adalah Pos
Pelayanan Penyuluhan Posyanluh yang dilayani oleh seorang Penyuluh Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Lapang PPL. Penyuluh dalam melakukan kegiatannya dengan cara mengumpulkan anggota kelompok tani di Pos Pelayanan Penyuluhan dan memberikan ceramah atau
diskusi, terutama tentang program pemerintah dan masalah-masalah teknis atau non teknis. Disamping pertemuan, PPL juga mendatangi petani, baik di kediaman
maupun di kebun petani secara perorangan maupun kelompok. Hasil analisis pendapat petani terhadap keberadaan lembaga Penyuluhan di
Lokalita Saribu Dolok dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Pendapat Petani tentang Lembaga Penyuluhan
Jawaban Pertanyaan 1
2 3
Sebelum penetapan Saribu Dolok sebagai Lokalita Percontohan Agropolitan
Tahun2008
Jumlah Responden Menjawab
- Ya
31 30
31 -
63.27 61.22
63.27 -
Tidak 18
19 18
- 36.73
38.78 36.73
Sebelum penetapan Saribu Dolok sebagai Lokalita Percontohan Agropolitan
Tahun2010
Jumlah Responden Menjawab
- Ya
34 33
33 -
69.39 67.35
67.35 -
Tidak 15
16 16
- 30.61
32.65 32.65
- Perubahan
6.12 6.12
4.08 Keterangan:
Jawaban Pertanyaan: Kriteria Score
1 Pernah mendapatkan pelatihan oleh penyuluh pertanian
2 Dapat menyebutkan frekuensi pelatihan yang pernah diikuti
3 Dapat menyebutkan lama pelatihan yang pernah diikuti HariJam
1 Ya = 1 Tidak = 0 2 Ya = 1 Tidak = 0
3 Ya = 1 Tidak = 0
Sumber: Hasil analisis data primer, 2011
Universitas Sumatera Utara
Dari data Tabel 4.18 tersebut dapat dilihat bahwa secara umum keberadaan penyuluh pertanian di Lokalita Saribu Dolok cukup aktif, dilihat dari perubahan score
jawaban responden yang positif nilainya. Tahun 2010 sebagian besar petani 69,39 menyatakan pernah mendapatkan pelatihan dari penyuluh pertanian. Hanya 30,61
menyatakan belum mendapatkan penyuluhan pertanian. Keikutsertaan petani dapat dilihat dari respon jawaban yang dapat memberikan jawaban frekuensi pelatihan yang
diberikan 67,35 dan dapat menyebutkan lama pelaksanaan pelatihan. Kelembagaan penyuluh yang terdapat di Kecamatan Silimakuta terdiri dari
Balai Penyuluhan Pertanian BPP Silimakuta dan Tim Penyuluh LapanganField Extension Team
TPL, terdiri dari 6 enam Nagori yang sampai saat ini ditempati oleh 5 orang tenaga penyuluh dan 1 orang Koordinator BPP.
4.4.2. Partisipasi Petani