2.3.1. Dasar Pemilihan Lokalita Percontohan
Pemilihan wilayah atau lokalita percontohan adalah berdasarkan usulan dari masing-masing Pemerintah Kabupaten dan Kota se KADTBB. Luasan lahan Lokalita
yang disyaratkan untuk pengembangan adalah 1.000-1.500 ha berada dalam satu hamparan dengan agroekosistem yang sama. Dengan syarat tersebut suatu lokalita
dapat terdiri dari 1 sampai 3 desakelurahan yang berdampingan. Disamping itu, lokasi yang direkomendasikan harus memiliki Sumber daya lahan, dan air serta iklim
yang sesuai untuk pengembangan komoditi unggulan. Memiliki sejumlah usahatani yang bersifat individu yang terorganisir dalam kelompok-kelompok tani serta
pemerintah KabupatenKotaPropinsiPusat memiliki komitmen untuk pengembangan lokalita tersebut.
2.3.2. Pemilihan Komoditi Unggulan
Penentuan komoditi pertanian unggulan dilakukan berdasarkan pada potensi masing-masing lokalita yang diusulkan oleh masing-masing Pemerintah
KabupatenKota pada pertemuan Forum Komunikasi Sekretaris Daerah KabupatenKota se-KADTBB yang diadakan pada tanggal 10 Agustus 2007 di Hotel
Sibayak Berastagi. Komoditi pertanian unggulan di yang diajukan dikelompokkan atas komoditi:
1 Tanaman Pangan, 2 Hortikultura, 3 Perkebunan, 4 Peternakan, dan 5 Perikanan. Pemilihan komoditi juga berdasarkan pertimbangan lainnya adalah: a
Universitas Sumatera Utara
mempunyai potensi untuk dikembangkan, b mempunyai prospekpeluang pasar yang baik, dan c mempunyai kaitan erat dengan perekomonian masyarakat.
Sayuran dan buah-buahan merupakan kelompok komoditi yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan, ditinjau dari potensi wilayah maupun
peluang pasarnya. Disamping itu komoditi ini dikenal sebagai komoditi komersial yang telah lama memasuki pasar ekspor. Komoditi unggulan sayuran yang
dikembangkan di Lokalita adalah: kentang, tomat, cabai, wortel, kubis, dan bawang merah, sedangkan untuk komoditi buah-buahan adalah nenas dan alpokat.
Penentuan komoditi unggulan untuk jenis tanaman didasarkan kepada beberapa parameter, antara lain: luas lahan, produksi, produktifitas, ketersediaan bibit,
keterlibatan masyarakat, pemasaran, kesesuaian lahan, nilai ekonomis, faktor resiko, penghasil devisa, derivat produk, ketergantungan impor. Pada Master Plan KADTBB
Sumatera Utara tertera Nilai LQ komoditi hortikultura sayuran pada 8 Kabupaten di KADTBB, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Nilai LQ Komoditi Hortikultura Sayuran 8 Kabupaten di KADTBB
N o
Komodita s
Kabupaten Nilai LQ Nilai
KADTBB Rp.
Juta Pakpa
k Bhara
t Kar
o Tapu
t Simalungu
n Dair
i Humbaha
s Tobas
a Samosi
r
1. Cabe
5,96 1,66
4,07 6,07
5,57 -
1,47 2,76
323.567,4 2
Tomat -
0,97 0,37
- 0,28
0,67 0,33
0,66 253.536,0
3 Kubis
- 1,18
0,74 1,70
1,70 1,59
1,41 1,61
138.763,1 5
4 Sawi
- 1,43
1,92 -
- -
- -
1.404,64 5
Kentang 1,22
2,52 1,22
1,67 1,22
0,96 1,22
1,22 401.346,0
6 Lobak gob
o -
3,83 -
- -
- -
- 13.412,00
7 Wortel
- 2,93
- -
- 1,47
- -
62.568,82 8
Bawang Merah
- 1,47
1,48 0,90
1,10 1,48
1,42 1,48
42.300,40 9
Bawang Putih
- 0,03
- 1,20
0,80 -
0,13 -
14.624,00
Sumber: Master Plan KADTBB Sumatera Utara, 2005 Pada Tabel 2.2
terlihat bahwa nilai LQ komoditi kentang memiliki nilai 1 pada hampir semua kabupaten yang ada pada Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi
Bukit Barisan Sumatera Utara. Hanya Kabupaten Humbang Hasundutan yang nilai LQ komoditi kentangnya yang kurang dari 1. Demikian juga nilai produksinya
menurut data Tahun 2003 menunjukkan angka nilai jual yang paling tinggi untuk komoditi hortikultura. Hal ini menunjukkan bahwa secara ekonomi tanaman kentang
memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan komoditi lainnya.
2.4. Peranan Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat