Lokalita Percontohan Distrik Agropolitan Peranan Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat

a. Lokalita Percontohan

Lokalita Percontohan Agropolitan adalah merupakan unitsatuan terkecil dari suatu kawasan agropolitan yang telah disepakati oleh masing-masing kabupatenkota di Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan KADTBB Sumatera Utara. Unsur-unsur dari lokalita agropolitan adalah sebagai berikut: 1. Suatu hamparan lahan pertanian dengan luasan 1.000-1.500 ha yang memiliki kesamaan agroekosistem dengan sejumlah komoditi unggulan yang berkembang dan yang akan dikembangkan. 2. Memiliki sejumlah usahatani individu yang terorganisir dalam kelompok- kelompok tani. 3. Memiliki usaha kelompokkoperasi atau usaha individu yang bergerak dalam perdagangan benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian, alat pascapanen, pergudangan dan pengolahan. 4. Memiliki sistem kelembagaan dan organisasi kerjasama sehamparan dalam sistem pengendalian hama dan penyakit, serta system manajemen mutu. 5. Memiliki kelembagaan dan sistem penyuluhan agribisnis. 6. Memiliki lembaga keuangan mikro dan atau jaringan informasi pasar 7. Memiliki jaringan ke Sumber teknologi dan jaringan informasi pasar 8. Memiliki jalan antar usahatani dan jalan penghubung lokalita ke daerah lain.

b. Distrik Agropolitan

Distrik Agropolitan merupakan suatu hamparan yang merupakan gabungan Universitas Sumatera Utara dari beberapa lokalita agropolitan. Unsur-unsur suatu distrik agropolitan adalah sebagai berikut: 1. Terdiri dari 5-10 lokalita agropolitan 2. Memiliki sistem manajemen mutu dan pangendalian hama penyakit tanaman masing-masing lokalita agropolitan. 3. Memiliki sistem dan jaringan jalan serta sarana transportasi yang menghubungkan antar lokalita agroplitan.

c. Kawasan Agropolitan

Kawasan agropolitan merupakan gabungan dari distrik-distrik yang ada dalam suatu kawasan. Peta Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4. Peta KADTBB Sumatera Utara Ke c. D.Pa nrib ua n K A R O TAPANULI UTARA HUMBANG HASUNDUTAN TOBA SAMOSIR SAMOSIR SIMALUNGUN PAKPAK BHARAT D A I R I M E D A N PETA KAWASAN AGROPOLITAN DATARAN TINGGI BUKIT BARISAN SUMATERA UTARA N Batas Kecamatan Jalan Elevasi 750 M Universitas Sumatera Utara

2.3.1. Dasar Pemilihan Lokalita Percontohan

Pemilihan wilayah atau lokalita percontohan adalah berdasarkan usulan dari masing-masing Pemerintah Kabupaten dan Kota se KADTBB. Luasan lahan Lokalita yang disyaratkan untuk pengembangan adalah 1.000-1.500 ha berada dalam satu hamparan dengan agroekosistem yang sama. Dengan syarat tersebut suatu lokalita dapat terdiri dari 1 sampai 3 desakelurahan yang berdampingan. Disamping itu, lokasi yang direkomendasikan harus memiliki Sumber daya lahan, dan air serta iklim yang sesuai untuk pengembangan komoditi unggulan. Memiliki sejumlah usahatani yang bersifat individu yang terorganisir dalam kelompok-kelompok tani serta pemerintah KabupatenKotaPropinsiPusat memiliki komitmen untuk pengembangan lokalita tersebut.

2.3.2. Pemilihan Komoditi Unggulan

Penentuan komoditi pertanian unggulan dilakukan berdasarkan pada potensi masing-masing lokalita yang diusulkan oleh masing-masing Pemerintah KabupatenKota pada pertemuan Forum Komunikasi Sekretaris Daerah KabupatenKota se-KADTBB yang diadakan pada tanggal 10 Agustus 2007 di Hotel Sibayak Berastagi. Komoditi pertanian unggulan di yang diajukan dikelompokkan atas komoditi: 1 Tanaman Pangan, 2 Hortikultura, 3 Perkebunan, 4 Peternakan, dan 5 Perikanan. Pemilihan komoditi juga berdasarkan pertimbangan lainnya adalah: a Universitas Sumatera Utara mempunyai potensi untuk dikembangkan, b mempunyai prospekpeluang pasar yang baik, dan c mempunyai kaitan erat dengan perekomonian masyarakat. Sayuran dan buah-buahan merupakan kelompok komoditi yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan, ditinjau dari potensi wilayah maupun peluang pasarnya. Disamping itu komoditi ini dikenal sebagai komoditi komersial yang telah lama memasuki pasar ekspor. Komoditi unggulan sayuran yang dikembangkan di Lokalita adalah: kentang, tomat, cabai, wortel, kubis, dan bawang merah, sedangkan untuk komoditi buah-buahan adalah nenas dan alpokat. Penentuan komoditi unggulan untuk jenis tanaman didasarkan kepada beberapa parameter, antara lain: luas lahan, produksi, produktifitas, ketersediaan bibit, keterlibatan masyarakat, pemasaran, kesesuaian lahan, nilai ekonomis, faktor resiko, penghasil devisa, derivat produk, ketergantungan impor. Pada Master Plan KADTBB Sumatera Utara tertera Nilai LQ komoditi hortikultura sayuran pada 8 Kabupaten di KADTBB, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Nilai LQ Komoditi Hortikultura Sayuran 8 Kabupaten di KADTBB N o Komodita s Kabupaten Nilai LQ Nilai KADTBB Rp. Juta Pakpa k Bhara t Kar o Tapu t Simalungu n Dair i Humbaha s Tobas a Samosi r 1. Cabe 5,96 1,66 4,07 6,07 5,57 - 1,47 2,76 323.567,4 2 Tomat - 0,97 0,37 - 0,28 0,67 0,33 0,66 253.536,0 3 Kubis - 1,18 0,74 1,70 1,70 1,59 1,41 1,61 138.763,1 5 4 Sawi - 1,43 1,92 - - - - - 1.404,64 5 Kentang 1,22 2,52 1,22 1,67 1,22 0,96 1,22 1,22 401.346,0 6 Lobak gob o - 3,83 - - - - - - 13.412,00 7 Wortel - 2,93 - - - 1,47 - - 62.568,82 8 Bawang Merah - 1,47 1,48 0,90 1,10 1,48 1,42 1,48 42.300,40 9 Bawang Putih - 0,03 - 1,20 0,80 - 0,13 - 14.624,00 Sumber: Master Plan KADTBB Sumatera Utara, 2005 Pada Tabel 2.2 terlihat bahwa nilai LQ komoditi kentang memiliki nilai 1 pada hampir semua kabupaten yang ada pada Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara. Hanya Kabupaten Humbang Hasundutan yang nilai LQ komoditi kentangnya yang kurang dari 1. Demikian juga nilai produksinya menurut data Tahun 2003 menunjukkan angka nilai jual yang paling tinggi untuk komoditi hortikultura. Hal ini menunjukkan bahwa secara ekonomi tanaman kentang memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan komoditi lainnya.

2.4. Peranan Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat

Reorientasi pembangunan pertanian yang ditempuh oleh Departemen Pertanian untuk mewujudkan pertanian modern secara mendasar merubah pola usaha tani proses produksi pertanian termasuk yang menyangkut alokasi Sumberdaya lahan dan air. Secara umum kelembagaan agribisnis belum secara terpadu memberi Universitas Sumatera Utara dukungan kepada sentra-sentra pengembangan agribisnis komoditi unggulan untuk terciptanya iklim usaha yang kondusif. Sejarah telah membuktikan bahwa rapuhnya kelembagaan di Afrika menimbulkan persoalan pangan yang sampai saat ini belum terpecahkan. Oleh karena itu, pembangunan kelembagaan agribisnis perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius, terencana dan terus menerus. Sementara itu, peran pemerintah dalam hal ini, bertindak selaku fasilitator yang menfasilitasi berbagai prakarsa masyarakat, dengan memberikan stimilasi dana, sesuai dengan kemampuan anggarannya. Selain itu, sesuai dengan fungsi penyelenggaraan pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan, juga memberikan contoh nyata untuk mengembangkan berbagai komiditi unggulan, yang diharapkan berdampak positif untk menghela kesadaran motivasi masyarakat, dengan berusaha mengembangkan dan meningkatkan produksi komoditi pertanian unggulan tersebut, sesuai dengan potensi dan minat masing-masing anggota masyarakat di wilayahnya Departemen Pertanian, 2002. Kelembagaan mempunyai arti seperangkat aturan yang mengatur masyarakat, yang mana masyarakat tersebut telah mendefinisikan kesempatan-kesempatan yang tersedia dan bentuk–bentuk aktifitas yang dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak-hak istimewa yang telah diberikan serta tanggung jawab yang harus mereka lakukan diantara kelembagaan memudahkan koordinasi dan kerjasama penduduk dalam pemakaian Sumberdaya yang ada, dengan membantu mereka membentuk harapan-harapan yang sewajarnya dimiliki di setiap orang dalam hubungan dengan orang lain Soesilo, 2001. Universitas Sumatera Utara Analisis kelembagaan merupakan salah satu upaya memahami dinamika struktur masyarakat. pemahaman ini perlu dilakukan agar orang luar yang akan melakukan intervensi mecapai tujuanya. Pengabaian terhadap lembaga lokal ini sering mengakibatkan kegagalan program-program yang sebenarnya dirancang untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat. Analisis kelembagaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Pemetaan kelembagaan, dilakukan dengan menyusun daftar kelembagaan dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: a Status kelembagaan, apakah sebagai kelembagaan yang bersifat formal atau informal. b Bidang gerak kelembagaan, apakah bergerak di bidang ekonomi, sosial dan bidang lain. c Keanggotaan, apakah berjumlah sedikit atau banyak. d Cakupan kerja kelembagaan, apakah berdimensi lokal, regional dan internasional. e Aset yang dimiliki dalam bentuk benda fisik atau maupun uang tunai. f Norma kelembagaan yang mengatur prilaku aktor dalam kelembagaan tersebut. 2. Pemetaan jaringan, dari daftar panjang yang dibuat, kemudian disusun jaringan kelembagaan yang ada untuk menelusuri keterkaitannya, sehingga dapat dilakukan analisis adanya saling menguatkan sebagai suatu sistem atau kebalikanya sebagai sesuatu yang counter produktif. Pemetaan jaringan ini dilakukan untuk menilai tingkat kompleksitas kelembagaan. Penguatan kelembagaan dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Rekontruksi pengetahuan lokal, yang menggambarkan: pemetaan Sumberdaya Universitas Sumatera Utara alam, pemetaan aktivitas pengolaan Sumberdaya, pemetaan potensi konflik penggunaan Sumberdaya, pemetaan politik lokal dan jaringanya di lingkngan sosial luar yang berkaitan dengan pengolaan Sumberdaya alam. 2. Pendekatan Stakeholders Consultation Analysis SCA, pendekatan ini dilakukan dengan pertimbangan: Apakah sebagai suatu pengguna Sumberdaya user. Bagaimana dengan kedekatan tempat tinggal residential dengan rencana kegiatan. Apakah memiliki jiwa kepemimpinan leadership. memiliki kewenangan formal authority. Sampai seberapa jauh memiliki pengalaman experience dengan rencana kegiatan dan bagaimana dengan suatu kegiatan Soesilo, 2001. Dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan secara terintegrasi, perlu disusun master plan pengembangan kawasan agropolitan yang akan menjadi acuan penyusunan program pengembangan. Adapun muatan-muatan yang terkandung didalamnya diantaranya: 1. Penetapan pusat agropolitan yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan tranportasi pertanian agricultural trade or transport center, penyedia jasa pendukung pertanian agriculture support services, pasar konsumen produk non pertanian non agriculture consumers market, pusat industri pertanian agro based industry , Penyedia pekerjaan non pertanian non agricultural employment dan pusat agropolitan serta hinterlannya terkait dengan sistem permukiman nasional, propinsi dan kabupaten. Universitas Sumatera Utara 2. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai pusat produksi pertanian agricultural production, intensifikasi pertanian agricultural intensification , pusat pendapatan pedesaan dan permintaan untuk barang-barang dan jasa non pertanian rural income and demand fo agricultural goods and services dan produksi tanaman siap jual dan diversifikasi pertanian cash crop production and agricultural diversivication . 3. Penetapan sektor unggulan, yaitu merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor hilirnya, kegiatan agibisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling besar dan mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangakan dengan orientasi ekspor. 4. Dukungan infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung pengembangan kawasan agropolitan di antaranya jaringan jalan, irigasi, Sumber- Sumber air dan jaringan utilitas listrik dan telekomunikasi 5. Dukungan sistem kelembagaan, yaitu dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan agropolitan yang merupakan bagian dari pemerintah daerah dengan fasilitasi pemerintah pusat dan pengembangan sistem kelembagaan insentif dan disinsentif pengembangan kawasan agropolitan. Melalui keterkaitan tersebut, pusat agropolitan dan kawasan pedesaan berinteraksi satu sama lainnya secara menguntungkan. Dengan adanya pola interaksi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah value added produksi kawasan agropolitan sehingga pembangunan pedesaan dapat dipacu dan migrasi desa kota yang terjadi dapat dikendalikan Rivai, 2003. Universitas Sumatera Utara Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang di Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-an, dan awal 90-an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian mempengaruhi teori-teori yang berkembang belakangan. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people centered, participatory, empowering, and sustainable ” Chambers, 1995 dalam Subejo dan Supriyanto, 2004. Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar basic needs atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut safety net, yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu. Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu: pertama , menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang enabling. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat empowering. Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan input, serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang opportunities yang akan membuat masyarakat menjadi Universitas Sumatera Utara berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam Sumber-Sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, di mana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi. Universitas Sumatera Utara Friedmann, 1992 menyatakan “The empowerment approach, which is fundamental to an altenative development, places the emphasis an autonomy in the decesion marking of territorially organized communities, local self-reliance but not autachy, direct participatory democracy, and experiential sosial learning ”. Ketiga , memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian charity. Masalah sosial ekonomi masyarakat petani merupakan suatu fenomena yang mempunyai berbagai dimensi. Begitu banyaknya dimensi yang terkandung di dalamnya mengakibatkan berbagai permasalahan walaupun gejala ini telah sejak lama menjadi objek kajian tapi sampai sekarang belum diperoleh rumusan yang disepakati berbagai pihak. Pada umumnya masyarakat sosial ditafsirkan sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian warga masyarakat. Hal ini disebabkan karena gejala tersebut merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan atau tidak sesuai dengan norma nilai serta standar moral yang berlaku. Lebih dari itu suatu kondisi Universitas Sumatera Utara juga dapat dianggap sebagai masalah sosial karena menimbulkan penderitaan dan kerugian baik fisik maupun non fisik bagi masyarakat petani Soetomo, 1995. Pengembangan kawasan agropolitan melalui konsep pendekatan pemberdayaan Sumberdaya manusia atau masyarakat juga harus seiring dan sejalan. Pemberdayaan Sumberdaya manusia merupakan hal yang sangat penting, karena tanpa didukung oleh Sumberdaya manusia yang berkualitas maka pengembangan kawasan agropolitan dengan pendekatan wilayah akan kurang bisa mencapai hasil yang optimal. Beberapa aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan, antara lain: a. Pengembangan organisasikelompok masyarakat yang dikembangkan dan berfungsi dalam mendinamisir kegiatan produktif masyarakat, misalnya berfungsinya HKTI, HNSI , dan organisasi lokal lainya. b. Pengembangan jaringan strategis antar kelompokorganisasi masyarakat yang terbentuk dan berperan dalam pengembangan masyarakat tani dan nelayan, misalnya asosiasi dari organisasi petani dan nelayan, baik dalam skala nasional, wilayah, maupun lokal. c. Kemampuan kelompok petani dan nelayan kecil dalam mengakses Sumber- Sumber luar yang dapat mendukung pengembangan mereka, baik dalam bidang informasi pasar, permodalan, serta teknologi dan manajemen, termasuk didalamnya kemampuan lobi ekonomi. Di sinilah maka perlunya ekonomi jaringan dipembangkan. Ekonomi jaringan adalah suatu perekonomian yang Universitas Sumatera Utara menghimpun para pelaku ekomomi, baik dari produsen, konsumen, service provider, equipment provider, cargo , dan sebagainya di dalam jaringan yang terhubung baik secara elektronik maupun melalui berbagai forum usaha yang aktif dan dinamis. Ekonomi jaringan ini harus didukung oleh jaringan telekomunikasi, jaringan pembiayaan, jaringan usaha dan perdagangan, jaringan advokasi usaha, jaringan saling belajar, serta jaringan lainnya seperti hasil temuan riset dan teknologiinovasi baru, jaringan pasar, infomasi kebijakan dan pendukung lainnya yang dapat diakses oleh semua dan tidak dimonopoli oleh kelompok tertentu Sasono, 2000. d. Pengembangan kemampuan-kemampuan teknis dan manajerial kelompok- kelompok masyarakat, sehingga berbagai masalah teknis dan organisasi dapat dipecahkan dengan baik. Di sini, selain masyarakat sasaran petani dan nelayan, juga para petugas penyuluhpendamping pemberdayaan masyarakat harus meningkatkan kompetensi diri sebagai petugas yang mampu memberdayakan, karena banyak diantara mereka justru ketinggalan kemampuannya dengan kelompok sasarannya. Ravik. K, 2002

2.5. Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

2 111 115

Analisis Pertunjukan Toping-Toping oleh Tiga Kelompok Toping-Toping pada Pesta Rondang Bittang ke XVIII di Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

0 71 99

Prospek Pengembangan Usahatani Kopi Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus ; Nagori Silimakuta Barat, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun)

13 54 91

Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya

2 36 189

Evaluasi dampak program pengembangan agropolitan terhadap kesejahteraan masyarakat (Studi Kasus di kawasan agropolitan Waliksarimadu Kabupaten Pemalang)

1 22 143

Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Studi Kasus : Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

0 6 115

SALIGUNG SEBAGAI PENGIRING NYANYIAN NASEHAT ORANG TUA KEPADA ANAKNYA PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN DI SARIBU DOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 1 23

Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Studi Kasus : Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

0 0 12

Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Studi Kasus : Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

0 0 1

Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Studi Kasus : Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

0 0 11