Produktifitas Analisis Dampak Pembangunan Kawasan Agropolitan pada Lokalita

pangan olahan seperti keripik kentang, d. Nilai jual tanaman kentang juga lebih baik dari segi harga dibandingkan tanaman hortikultura lainnya. e. Komoditi ini juga menjadi salah satu mata dagangan yang dapat diekspor ke luar daerah dan keluar negeri. Dari Tabel 4.11 juga terlihat peningkatan rata-rata luas tanaman yang diusahakan petani responden dari tahun 2008 hingga 2010. Jika dijumlahkan luas tanaman komoditi utama kentang seluas 0,57 Ha dengan komoditi hortikultura lainnya seluas 0,47 Ha pada tahun 2010 mencapai angka rata-rata 1,02 Ha atau tingkat pemanfaatan lahan baru berkisar 86,32. Hal ini berarti masih ada petani yang tidak menanami seluruh luasan areal pertaniannya. Namun dari data responden yang diteliti menunjukkan adanya peningkatan persentase pemanfaatan lahan yang meningkat dari tahun 2008 – 2009 sebesar 6,8 dan meningkat lagi sebesar 9,6 pada tahun 2009-2010 atau meningkat rata-rata 8,2. Hal ini menujukkan adanya dampak positif program Agropolitan terhadap luas pemanfaatan lahan petani pada Lokalita Saribu Dolok.

4.3.2. Produktifitas

Dampak pembangunan Kawasan Agropolitan terhadap pengembangan wilayah pada Lokalita Saribu Dolok dapat dilihat dari produktifitas komoditi unggulan yakni tanaman kentang. Dengan asumsi bahwa dengan adanya program pengembangan lokalita percontohan akan meningkatkan produktifitas tanaman kentang yang akan dihasilkan. Universitas Sumatera Utara Hipotesis yang akan diuji adalah: Terdapat perbedaan yang nyata produktifitas komoditi unggulan kentang sebelum dan sesudah pembangunan kawasan agropolitan di lokalita Saribu Dolok. Hasil uji beda rata-rata produktifitas tanaman kentang tertera pada Tabel 4.12. Tabel 4.12. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Produktifitas Tanaman Kentang No. Uraian Tahun 2008 Tahun 2010 1. Jumlah 49 49 2. Produktifitas KgHa 10330.1224 11271.6327 3. Standard Deviasi 4882.87640 5279.70722 4. Signifikansi 0,231 5. t- -1.213 hitung 6. t- 2,011 tabel Sumber: Hasil analisis data primer, 2011 Dari Tabel 4.12 diperoleh rata-rata produktifitas tanaman kentang tahun 2008 sebesar 10.330 KgHa 10,33 tonHa, sedangkan pada tahun 2010 bertambah menjadi 11.271 KgHa 11,27 tonHa atau terjadi pertambahan sebesar 0.94 tonHa meningkat sebesar 9. Selanjutnya dari hasil analisis diperoleh besarnya nilai t hitung sebesar 1,213, sedangkan nilai t tabel sebesar 2,011. Nilai t hitung t tabel, Nilai signifikan dari hasil analisis uji beda rata-rata diperoleh sebesar 0,231 atau lebih besar dari nilai α 0,05. Sesuai dengan hasil perbandingan tersebut dapat menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan produktifitas penanaman kentang tahun 2008 sebelum penetapan Saribu Dolok sebagai lokalita Agropolitan dibandingkan dengan produktifitas tanaman kentang tahun 2010 setelah penetapan Saribodolok sebagai lokalita Agropolitan. Universitas Sumatera Utara disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan produktifitas tanaman kentang tahun 2008 sebelum penetapan Saribu Dolok sebagai lokalita Agropolitan dibandingkan dengan produktifitas tanaman kentang tahun 2010 setelah penetapan Saribu Dolok sebagai lokalita Agropolitan. Namun melihat kecenderungan yang ada produktifitas tersebut masih mengalami peningkatan walaupun tidak berbeda nyata. Dari data tersebut terlihat bahwa masih diperlukan adanya pembinaan terhadap petani kentang yang ada di Kelurahan Saribu Dolok dengan melalui pelatihan oleh lembaga penyuluhan yang ada di kelurahan ini. Hal ini dapat terlihat dari data yang ada bahwa belum semua petani responden yang menerapkan budidaya tanaman yang baik. Hal ini dapat terlihat dari perbedaan pola usaha tani antara lain: a. Pengolahan tanah: Masih ditemukan adanya petani yang belum melakukan pengolahan tanah yang benar. Ada yang melakukan pengolahan lahan hanya sekali selama 3 kali penanaman selama setahun. b. Penggunaan sarana produksi saprodi: Masih ditemukan adanya ketidak seragaman dalam penggunaan bibit kentang. Sebagian petani sudah menggunakan bibit yang berasal dari penangkar benih, tetapi ada juga petani yang menggunakan bibit yang tidak jelas asal usulnya. Ketidak seragaman dalam penggunaan jenis bibit terlihat dari harga pembelian bibit yang bermacam-macam, berkisar antara Rp. 8.000,- – Rp. 12.000,-. Perbedaan jenis kentang yang diproduksi menyebabkan produktifitas yang tidak seragam antar petani. Universitas Sumatera Utara c. Pemeliharaan tanaman: Pemeliharaan tanaman mulai dari penggunaan dosis, jenis dan frekuensi pemberian pemupukan terlihat belum seragam. Demikian juga penyiangan, pemberantasan hamapenyakit, pemberian zat pengatur tumbuh tanaman tidak dilakukan dengan tepat. d. Pemanenan: Penanganan pemanenan hingga pasca panen yang belum baik sehingga masih ada kehilangan produksi berkisar 10-20. Jika dibandingkan dengan data pada Tabel 4.1 tentang kondisi sebelum pengembangan lokalita percontohan Saribu Dolok data tahun 2006 menunjukkan produktifitas tanaman kentang sebesar 10 tonha telah meningkat menjadi 11,27 tonHa. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan produktifitas tanaman kentang di Saribu Dolok, namun jika dibandingkan dengan data statistik Kecamatan Silimakuta Dalam Angka Tahun 2010 terlihat bahwa tingkat produktifitas rata-rata tanaman kentang sudah mencapai 20 tonHa. Hal ini menunjukkan juga bahwa pengetahuan budidaya petani yang belum merata. Data dari Statistik Kecamatan Silimakuta juga menunjukkan data luas lahan pertanian, produksi dan produktifitas beberapa jenis komoditi pertanian di Kecamatan Silimakuta berdasarkan ekosistem dapat dilihat pada Tabel 4.13. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.13. Penggunaan Lahan Berdasarkan Ekosistem No. Jenis Komoditi Jumlah Luas Lahan Ha Rata-Rata Luas HaOrg Produksi Ton Produktifitas Kecamatan TonHa 1. Padi Sawah 118 0,56 413 3,5 2. Padi Gogo 1.456 0,87 5.367 3 3. Jagung 1.789 0,90 5.824 4 4. Ubi Jalar 291 0,69 4.365 15 5. Cabai 406 0,63 4.060 10 6. Tomat 251 0,68 8.785 35 7. Kentang 782 0,81 9.384 12 8. Kubis 499 0,70 14.970 30 9. Bawang Merah - - - - 10. Jeruk 371 0,78 12.985 35 11. Kopi 956 0,78 4.302 4,5 12. Nenas 663 0,98 19.890 30 Sumber: Data Kecamatan Silimakuta, 2010 Dari data Tabel 4.13 tersebut dapat dilihat bahwa produktifitas tanaman kentang 12 tonHa, menujukkan bahwa hasil analisis data penelitian menjukkan produktifitas petani responden sebesar 11,27 ton sudah mendekati potensi rata-rata produktifitas untuk tingkat kecamatan.

4.3.3. Pendapatan Rata-rata Petani

Dokumen yang terkait

Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

2 111 115

Analisis Pertunjukan Toping-Toping oleh Tiga Kelompok Toping-Toping pada Pesta Rondang Bittang ke XVIII di Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

0 71 99

Prospek Pengembangan Usahatani Kopi Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus ; Nagori Silimakuta Barat, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun)

13 54 91

Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya

2 36 189

Evaluasi dampak program pengembangan agropolitan terhadap kesejahteraan masyarakat (Studi Kasus di kawasan agropolitan Waliksarimadu Kabupaten Pemalang)

1 22 143

Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Studi Kasus : Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

0 6 115

SALIGUNG SEBAGAI PENGIRING NYANYIAN NASEHAT ORANG TUA KEPADA ANAKNYA PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN DI SARIBU DOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 1 23

Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Studi Kasus : Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

0 0 12

Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Studi Kasus : Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

0 0 1

Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Studi Kasus : Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

0 0 11