36 Berdasarkan penjelasan diatas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi
kesiapan berubah adalah change content, change process, organizational context, komitmen organisasi, dukungan organisasi, kesetiaan, job involvement, kepuasan
kerja, hubungan sosial ditempat kerja, budaya organisasi, hubungan manajemen kepemimpinan, iklim psikologis, keadilan organisasi, work value dan iklim kerja.
B. Job Involvement
1. Definisi Job Involvement
Cohen 2003 mendefinisikan job involvement sebagai sejauh mana performansi kerja seseorang mempengaruhi dirinya dan sejauh mana seseorang
secara psikologis mengidentifikasikan diri terhadap pekerjaannya atau pentingnya pekerjaan dalam kehidupannya. Schultz Schultz 1990 mendefinisikan job
involvement merupakan intensitas dan identifikasi psikologis seseorang terhadap pekerjaannya. Robbins 2003 mendefinisikan bahwa job involvement adalah
derajat di mana seseorang mengidentifikasikan diri terhadap pekerjaannya, berpartisipasi secara aktif, dan menyadari bahwa performa yang ia tampilkan
merupakan hal yang penting bagi harga dirinya. Rabinowitz, Hall, Kanungo 1981 mendefinisikan job involvement ke
dalam dua kategori. Pertama job involvement dipandang sebagai suatu “performance self esteem contingency”, menurut definisi ini job involvement
adalah tingkat sampai sejauh mana harga diri individu dipengaruhi oleh tingkat performansinya ketika bekerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa job involvement
yang lebih rendah atau lebih tinggi menunjukkan harga diri yang lebih rendah atau
Universitas Sumatera Utara
37 yang lebih tinggi, yang diperoleh ketika bekerja. Kedua, job involvement sebagai
suatu identifikasi psikologis dengan pekerjaan seseorang. Davis Newstrom 1997 mendefinisikan job involvement adalah
tingkatan sampai seberapa besar seseorang menekuni serta menggunakan waktu dan tenaga untuk pekerjannya dan memandang pekerjaan sebagai satu hal penting
bagi kehidupannya. Hal ini dapat dilihat dari kesediaan karyawan untuk mematuhi peraturan dan melaksanakan prosedur perusahaan yang telah ditetapkan,
menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan tepat waktu, serta memanfaatkan potensi keahliannya secara maksimal untuk pekerjaannya.
Brwon 1996 mengemukakan bahwa job involvement merujuk pada tingkat dimana seseorang secara psikologis memihak kepada organisasinya dan
pentingnya pekerjaan bagi gambaran dirinya. Seseorang yang memiliki job involvement yang tinggi dapat terstimulasi oleh pekerjannya. Hal ini didukung
oleh Robbins 2003 bahwa karyawan yang memiliki tingkat job involvement yang tinggi sangat memihak dan benar-benar peduli serta akan melebur dengan
bidang pekerjaan yang mereka lakukan. Namun pada seseorang yang terlibat dalam pekerjaannya belum tentu senang dengan pekerjaannya karena pada
kenyataannya seseorang yang tidak merasa senang dengan pekerjaannya juga dapat memiliki derajat job involvement yang sama dengan orang yang menyukai
pekerjaannya Ciliana Mansoer, 2008. Srivastava 2005 menyatakan bahwa seseorang yang memiliki job
involvement yang tinggi akan menunjukkan perasaan solidaritas yang tinggi terhadap perusahaan dan mempunyai motivasi kerja internal yang tinggi. Individu
Universitas Sumatera Utara
38 akan memiliki job involvement yang rendah jika ia memiliki motivasi kerja yang
rendah. Menurut Sashkin 2003 definisi dari job involvement adalah suatu proses
partisipasi yang menggunakan seluruh kapasitas karyawan yang dirancang untuk meningkatkan komitmen bagi kesuksesan organisasi. Selanjutnya Hiriyappa
2009 mendefinisikan job involvement sebagai tingkat sampai sejauh mana individu mengidentifikasikan dirinya kepada pekerjaannya, secara aktif
berpartisipasi di dalamnya, dan menganggap performansi yang dilakukannya penting untuk keberhargaan dirinya. Tingkat job involvement yang tinggi akan
menurunkan ketidakhadiran dan angka pengunduran diri dalam suatu organisasi. Berdasarkan definisi yang telah diungkapkan di atas dapat disimpulkan
bahwa job involvement merupakan intensitas dimana seorang karyawan mengidentifikasikan diri terhadap pekerjaannya yang ditandai dengan adanya
kepedulian yang tinggi dan terlibat secara aktif dalam pekerjaannya, adanya perasaan terikat secara psikologis terhadap pekerjaan yang dilakukan dan
keyakinan yang kuat terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
2. Dimensi Job Involvement