Alat Ukur Penelitian Data Uji Coba Skala Job Involvement Data Uji Coba Skala Work Value Data Uji Coba Skala Kesiapan Berubah Definisi Kesiapan Berubah

15 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A 1. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data 2. Surat Izin Melaksanakan Penelitian 3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 4. Surat Pemberitahuan Pengambilan Data di Lingkunagn Perusahaan LAMPIRAN B

1. Alat Ukur Penelitian

2. Data Uji Coba Skala Job Involvement

3. Data Uji Coba Skala Work Value

4. Data Uji Coba Skala Kesiapan Berubah

5. Hasil Uji Coba

LAMPIRAN C 1. Data Hasil Penelitian 2. Uji Asumsi 3. Hasil Pengolahan Data. 4. Data Subyek Penelitian Universitas Sumatera Utara 4 Peranan Job Involvement dan Work Value terhadap Kesiapan Berubah pada Karyawan PT.Inalum Persero Mestika Retina Tampubolon, Zulkarnain,Vivi Gusrini Rahmadani Pohan Abstrak Kesiapan individu untuk berubah merupakan hal yang penting dalam keberhasilan organisasi untuk melakukan perubahan. Apabila karyawan siap maka mereka akan mampu mengikuti perubahan organisasi yang terjadi. Kesiapan karyawan untuk berubah akan membawa dampak positif bagi perubahan organisasi. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan berubah pada karyawan diantaranya job involvement dan work value. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan job involvement dan work value terhadap kesiapan berubah pada karyawan PT. Inalum. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kesiapan berubah, job involvement serta skala work value. Penelitian ini melibatkan 302 karyawan PT.Inalum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan job involvement dan work value berpengaruh positif terhadap kesiapan berubah pada karyawan PT. Inalum R=0,165, R 2 =0,149, F= 346.177; p0.05. Job involvement dan work value memberikan kontribusi terhadap kesiapan berubah sebesar 69,8 R- square =0.698. Implikasi dari penelitian ini diharapkan kepada pihak manajemen agar dapat mempertahankan pemahaman akan nilai-nilai dan tujuan organisasi serta melibatkan karyawan dalam membuat keputusan organisasi. . Kata kunci : job involvement, work value, kesiapan berubah. Universitas Sumatera Utara 5 The Role of Job Involvement and Work Value Toward Employees Readiness for Change at PT. Inalum Mestika Retina Tampubolon, Zulkarnain, Vivi Gusrini Rahmadani Pohan Abstract Employee readiness for change is essential in the success of organizational changes. If the employees are ready, they will be able to deal with the organizational changes. Employee readiness for change has a positive impact on organizational change. There are various factors can affect on employee readiness for change such as job involvement and work values. The purpose of this study is to identify and examine the role of job involvement and work value toward employee readiness for change at PT. INALUM. The instruments used in this study were scale of readiness for change, scale of job involvement and scale of work value. The study involved 302 employees PT.Inalum. The multiple reggresion analysis results showed that role of job involvement and work values influenced to employee readiness for change R=0.165, R 2 =0.149, F = 346.177; p 0.05. Job involvement and work values positively influenced to employees readiness for change at PT.Inalum. Job involvement and work values contributed to increasing of employee readiness for change 69,8 R- square =0.698. The implications of this study are expected to management in order to increasing the understanding of values and goals of the organization and also involve employees in organizational decision. Keywords: job involvement, work values, readiness for change. Universitas Sumatera Utara 16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan telah menjadi suatu kebutuhan primer bagi kehidupan organisasi dan merupakan salah satu aspek yang paling kritis untuk menciptakan manajemen yang efektif Hussey, 2000; Wibowo, 2005. Perubahan organisasi selain dapat meningkatkan kinerja, juga dapat meningkatkan efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan Robbins, 2008. Penyebab perubahan yang terus menerus dapat dikarenakan laju perkembangan global yang pesat, resiko bisnis yang baru ditemukan, kesempatan yang mengairahkan, inovasi dan sistem kepemimpinan yang baru Madsen, Miller John, 2005. Ada beberapa faktor yang menyebabkan organisasi melakukan perubahan yaitu, perubahan teknologi terus meningkat, persaingan yang intensif dan globalisasi, tuntutan pelanggan, perubahan demografis negara, privatisasi bisnis Hussey, 2000; Zulkarnain Hadiyani, 2014. Setiap perubahan yang terjadi harus dicermati karena keefektifan suatu organisasi tergantung pada sejauh mana organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Pada dasarnya semua perubahan yang dilakukan mengarah pada peningkatan efektifitas organisasi dengan tujuan mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan serta perubahan perilaku anggota organisasi Robbins, 2008. Lebih lanjut Robbins 2008 menyatakan perubahan organisasi dapat dilakukan pada Universitas Sumatera Utara 17 struktur yang mencakup strategi dan sistem, teknologi, penataan fisik dan sumber daya manusia. Fenomena perubahan berlaku terutama untuk organisasi dan kehidupan didalamnya. Kelangsungan hidup, eksistensi dan pertumbuhan masyarakat untuk melakukan inovasi, re-organisasi, pengenalan teknologi baru, perubahan metode, prosedur dan praktik Thoha, 1983. Karyawan yang kinerjanya rendah dan tidak produktif cenderung menolak perubahan karena kekhawatiran perubahan dapat menimbulkan ketidakpastian dan berdampak negatif terhadap kelangsungan masa depannya Senge, Smithson Lewis, 2000. Penolakan atau resistensi karyawan terhadap perubahan merupakan salah satu faktor yang dilaporkan paling sering menyebabkan perubahan organisasi gagal Kotter Cohen, 2002. Kesiapan individu untuk berubah merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan organisasi untuk melakukan perubahan Berneth, 2004; Madsen, 2005. Kesiapan berubah merefleksikan keyakinan, sikap dan intensi perilaku terhadap usaha perubahan Desplaces, 2005. Organisasi yang akan melakukan perubahan sangat memerlukan dukungan karyawan yang terbuka dan mempersiapkan diri dengan baik dan siap untuk berubah Eby, Adams, Russel Gaby, 2000. Apabila karyawan tidak siap maka mereka tidak mampu mengikuti dan merasa kewalahan dengan perubahan organisasi yang terjadi. Ketidaksiapan karyawan tersebut akan membawa dampak negatif bagi perubahan organisasi Desplaces, 2005. Holt 2007 menjelaskan kesiapan untuk berubah adalah hal yang perlu ditinjau sebelum melakukan perubahan organisasi. Kesiapan untuk berubah menjadi faktor penting dalam menciptakan kesuksesan perubahan Armenakis, Universitas Sumatera Utara 18 1993 hal ini dapat ditunjukkan bahwa ketika perubahan dilakukan akan muncul dua sikap yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif ditunjukan dengan adanya kesiapan untuk berubah dan sikap negatif ditunjukan dengan adanya penolakan terhadap perubahan. Kesiapan untuk berubah merefleksikan keyakinan, sikap, dan sejauh mana organisasi memerlukan perubahan. Kesiapan merupakan suatu tanda kognitif untuk memilih antara tingkah laku menahan resistensi dan mendukung usaha perubahan. Untuk mengurangi resistensi anggota organisasi maka perlu dibentuk kesiapan untuk berubah Madsen, Miller John, 2005 Untuk meraih keberhasilan dalam mengelola perubahan organisasi harus mengarah pada peningkatan kemampuan dalam menghadapi tantangan dan peluang yang timbul. Artinya perubahan organisasi harus diarahkan pada perubahan perilaku manusia dan proses organisasional, sehingga perubahan organisasi yang dilakukan dapat lebih efektif dalam upaya menciptakan organisasi yang lebih adaptif dan fleksibel. Demikian juga halnya jika kebiasaan manusia dan budaya organisasinya tidak diubah, perubahan organisasi tidak akan berhasil Klandermans Van Vuuren, Hartley, Probst,2003, Chirumbolo, 2005. Perubahan organisasi tidak akan berhasil tanpa mengubah individunya. Mengelola perubahan organisasi sesungguhnya adalah mengelola karyawan yang terlibat dalam proses perubahan organisasi karena karyawan merupakan sumber dan alat dalam perubahan Smith, 1997. Pentingnya peran karyawan dalam proses perubahan, maka karyawan perlu dipersiapkan agar lebih terbuka terhadap perubahan yang akan dilakukan dan lebih siap untuk berubah. Jika karyawan tidak siap untuk berubah maka mereka tidak akan dapat mengikuti dan akan merasa kesulitan dengan kecepatan perubahan organisasi yang sedang terjadi Universitas Sumatera Utara 19 Hanpachern, Morgan Griego, 1998. Kesiapan berubah merupakan dasar apakah karyawan akan menolak atau mengadopsi perubahan Holt, Armenakis, Field, Harris, 2007. Kesiapan berubah dapat diperoleh melalui usaha proaktif agen perubahan dengan cara mempengaruhi keyakinan, sikap dan perilaku target perubahan untuk meningkatkan motivasi mereka untuk berubah Applebaum Wohl, 1999. Untuk mempersiapkan karyawan agar siap berubah, diperlukan pemahaman mengenai cara-cara yang dapat digunakan dalam menumbuhkan kesiapan untuk berubah. Ada dua hal yang dapat dilakukan oleh organisasi yaitu membentuk kesiapan karyawan untuk berubah dan menyelesaikan masalah resistensi untuk berubah Cummings Worley, 1997. Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan perubahan, organisasi harus senantiasa berada dalam keadaan yang siap untuk berubah. Namun kesiapan organisasi untuk berubah juga perlu didukung oleh karyawan yang terbuka, mempersiapkan diri dengan baik, dan siap untuk berubah Eby, 2000. Beberapa peneliti menyatakan bahwa karyawan yang terbuka, mempersiapkan diri dengan baik, dan siap untuk berubah dapat mendukung kesiapan organisasi untuk berubah Madsen 2005; Eby, Adams, Russell, Gaby, 2000. Kesiapan untuk berubah merupakan faktor penting bagi kesuksesan usaha untuk perubahan Berneh, 2004; Madsen, 2005. Apabila karyawan tidak siap untuk berubah, maka mereka tidak akan dapat mengikuti dan merasa kewalahan dengan perubahan organisasi yang sedang terjadi Hanpachern, Morgan, Griego, 1998, Ciliana Mansoer, 2008. Universitas Sumatera Utara 20 Kesiapan individu untuk berubah merupakan sebuah sikap komprehensif yang secara simultan dipengaruhi oleh proses, konteks, dan individu yang terlibat didalam suatu perubahan, yang merefleksikan sejauh mana kecenderungan individu untuk menyetujui, menerima dan mengadopsi rencana spesifik yang bertujuan untuk mengubah keadaan saat ini Holt, Armenakis, Field, Harris, 2007, Ciliana Mansoer, 2008. Dengan job involvement dari karyawan, akan dapat mendorong peningkatan work value, bahkan kesuksesan organisasi dalam melakukan perubahan Robbins, 2008. Cascio 2003 mengemukakan bahwa keterlibatan secara penuh terhadap pekerjaan membuat karyawan akan menciptakan kinerja yang baik dan akan berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugasnya karena hal ini dianggap penting. Karyawan akan lebih merasa puas dan senang jika bisa menghabiskan sebagian besar waktu, tenaga, dan pikiran untuk pekerjaannya Job involvement dalam sebuah organisasi menjelaskan kekuatan relatif dari sebuah identifikasi individu, hal ini meliputi suatu hubungan yang aktif dengan organisasi dimana individu bersedia memberikan sesuatu dari diri mereka untuk membantu keberhasilan organisasi Steers,1997. Karyawan dengan tingkat job involvement yang tinggi dengan kuat aktif mengaitkan dirinya ke jenis pekerjaan yang dilakukannya dan benar-benar antusias dalam pengerjaannya. Karyawan yang aktif berpartisipasi dalam pekerjaannya menunjukkan kemauan dan keinginan karyawan untuk ikut terlibat langsung dalam pekerjaan. Ketika karyawan mempunyai job involvement yang rendah maka dia akan menjadi seseorang yang hadir secara fisik tapi secara mental absen. Ketika seorang Universitas Sumatera Utara 21 karyawan sepenuhnya terlibat dalam karyanya, energi dan fokus yang ditujukan langsung pada keterlibatannya Woodward Buchholz, 1987 Job involvement dapat menunjukkan secara signifikan integrasi karyawan terhadap perusahaan, karena semakin menyatu dengan pekerjaannya karyawan akan lebih melibatkan diri dan menghabiskan waktu lebih banyak dalam pekerjaannya Yekty, 2006. Hal ini dapat terlihat dari karyawan jarang datang terlambat, bersedia untuk kerja lembur, melakukan inovasi terhadap perusahaannya, berperilaku positif dalam pekerjaannya, kreatif, semangat dalam setiap program dan kegiatan perusahaan dan bangga menjadi bagian dari perusahaaan. Karyawan menjadi aset organisasi dan tidak akan mungkin berpikir meninggalkan organisasi ketika mempunyai job involvement yang tinggi sedangkan job involvement yang rendah menambah perasaan karyawan dari keterasingan dalam organisasi atau perasaan adanya pemisahan antara apa yang dilihat karyawan sebagai kehidupan dan pekerjaan yang mereka lakukan Hafer Martin, 2006 ; Akinbobola, 2011 Studi yang dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukkan adanya hubungan antara job involvement dengan kesiapan individu untuk berubah Yoon Thye, 2002; Zangaro, 2001. Studi yang dilakukan Madsen 2005 menunjukkan bahwa job involvement dalam organisasi memiliki hubungan yang bermakna dengan kesiapan individu untuk berubah. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu yang terlibat secara aktif dalam organisasi, memiliki kesiapan untuk berubah yang lebih tinggi daripada individu yang terlibat secara pasif, individu yang terlibat secara aktif dalam organisasi akan memiliki keterlibatan yang cukup tinggi pula terhadap pekerjaannnya Ciliana Mansoer, 2008. Universitas Sumatera Utara 22 Ketidakpastian merupakan salah satu hal yang mempengaruhi sikap individu terhadap perubahan. Untuk itu dalam menghadapi ketidakpastian setiap individu memiliki cara yang berbeda dan dipengaruhi oleh work value Hofstede, 1980. Salah satu dimensi work value adalah penghindaran ketidakpastian, ketakutan terhadap ketidakpastian ini membuat seseorang memiliki kecenderungan untuk menolak perubahan. Berdasarkan hal tersebut tidak semua individu mau menerima perubahan, karena mereka menganggap bahwa ketidakpastian dapat mengancam hidup mereka. Setiap perubahaan pada awalnya mendatangkan ketidakpastian. Judson, 2000. Salah satu cara untuk menjalankan perubahan adalah dengan menanamkan work value yang baru, yang dapat menjadi sebuah katalis untuk memberi “ warna baru “ pada manajemen perusahaan. Dengan adanya warna baru dalam perusahaan tersebut maka karyawan tersebut dapat mengadaptasi kebijakan-kebijakan perubahan yang biasanya di bawa oleh manajemen baru Kasali, 2007. Work value dapat merefleksikan tujuan utama dari kepuasan kerja bukan hanya pekerjaan yang mereka lakukan sekarang tetapi untuk potensi kerja di masa depan Malka Chatman, 2003. Nilai merupakan satu petunjuk ke arah kesejahteraan setiap individu. Nilai yang digunakan ditempat kerja merupakan work value bersama, yaitu komponen penting dari setiap hubungan kerja. Work value yang positif dapat mempengaruhi sikap dan pandangan individu terhadap sesuatu tindakan. Work value merujuk pada sikap individu terhadap kerja dan berkaitan dengan makna yang diberikan oleh individu terhadap kerjanya Hofstede, 1980. Work value penting karena mempengaruhi perilaku organisasi, performa kerja, produktifitas dan komitmen Universitas Sumatera Utara 23 organisasi. Kecemerlangan organisasi sangat tergantung pada work value individu dalam organisasi. Work value yang dimiliki individu akan menentukan prestasi kerjanya. Prestasi kerja yang cemerlang merupakan hasil daripada work value yang positif dan akan dapat meningkatkan produktivitas organisasi Hofstede, 1980. Work value merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu organisasi karena kecemerlangan sebuah organisasi sangat bergantung pada work value individu. Work value merujuk pada sikap individu terhadap kerja dan berkaitan dengan makna yang diberikan oleh individu terhadap kerja. Kinicki dan Kreiner 2008 Keterbukaan pada perubahan akan menghasilkan work value yang tercermin dari semangat kerja yang berbeda dari yang sebelumnya, perbedaan itu akan menjadi faktor penentu keberhasilan dan keunggulan perusahaan di masa depan karena keterbukaan terhadap hal-hal yang baru adalah modal awal yang penting dalam sebuah proses perubahan Kasali, 2007. Setiap perusahaan yang unggul sangat jelas selalu menjunjung work value yang tercermin dalam perilaku kerja mereka, work value sebagai dasar semangat dan pengerak dan juga faktor tunggal dalam merespon dan memasuki dimensi perubahan organisasi Peters, 2009. Tahun 2013 adalah tahun bersejarah bagi perusahaan PT. Indonesia Asahan Aluminium Inalum. Melalui perundingan yang panjang, pengalihan PT. Inalum dari PMA ke BUMN akhirnya tercapai. Direncanakan bahwa seluruh saham akan menjadi milik negara Indonesia. Jadi perusahaan yang tadinya Penanaman modal asing PMA berubah menjadi Badan Usaha Milik Negara Universitas Sumatera Utara 24 www.inalum.co.id. Sejalan dengan hal ini telah dimulai menyesuaikan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan status tersebut, dan akan dilaksanakan secara bersama-sama, bertahap dan terukur dan akan disesuaikan dengan budaya dan nilai korporasi PT Inalum, antara lain memelihara operasional PLTA dan pabrik peleburan Aluminium yang aman, stabil dan berwawasan lingkungan, memprioritaskan pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan yang produktif, sinergi dengan kebijakan pembangunan pemerintah dan kebutuhan masyarakat dengan tetap menjaga hubungan yang harmonis dengan pemangku amanah lokal dan nasional guna mendukung operasional perusahaan inspirasibangsa.com. Pengalihan Inalum dari PMA menjadi BUMN sudah dipastikan ada perubahan manajemen dan etos kerja dari suasana Jepang menjadi suasana BUMN.

B. Kerangka Berpikir

JOB INVOLVEMENT 1. Performance self-esteem contingency. 2. Psychological identification. KESIAPAN BERUBAH 1. Appropriatness. 2. Change Specific Efficacy. 3. Management Support. 4. Personal benefit. WORK VALUE 1. Intrinsik 2. Kenyamanan. 3. Keuangan. 4. Hubungan dengan rekan- rekan kerja. 5. Karir. 6. Sumber daya. Universitas Sumatera Utara 25 Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti sejauhmana peranan job involvement dan work value terhadap kesiapan berubah pada karyawan PT. Inalum yang tengah dalam masa transisi perubahan dari PMA ke BUMN

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji peranan job involvement dan work value terhadap kesiapan berubah pada karyawan PT Inalum Persero

D. Perumusan Masalah

“ Apakah job involvement dan work value memiliki peranan yang signifikan terhadap kesiapan berubah pada karyawan PT Inalum Persero ? ”

E. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis : 1. Memberikan referensi kepada pihak manajemen terlebih HRD, agar mereka dapat memberikan pengarahan maupun pelatihan kepada karyawan perihal pentingnya job involvement dan work value terhadap kesiapan berubah yang direncanakan maupun yang sedang terjadi dalam organisasi. . Universitas Sumatera Utara 26 Manfaat Praktis : 1. Setelah dilakukan pengukuran akan diketahui apakah ada pengaruh job involvement terhadap kesiapan berubah pada karyawan PT.Inalum Persero. 2. Setelah dilakukan pengukuran akan diketahui apakah ada pengaruh work value terhadap kesiapan berubah pada karyawan PT.Inalum Persero. 3. Setelah dilakukan pengukuran akan diketahui apakah ada pengaruh job involvement dan work value terhadap kesiapan berubah pada karyawan PT.Inalum Persero.

F. Sistimatika Penulisan

Sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, kerangka berpikir, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistimatika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang yang menjadi objek penelitian. Landasan teori yang diuraikan adalah mengenai job involvement, work value dan kesiapan berubah, pengaruh job involvement terhadap kesiapan berubah, pengaruh work value terhadap kesiapan berubah, pengaruh job involvement Universitas Sumatera Utara 27 dan work value terhadap kesiapan berubah. Bab ini juga mengemukakan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang menjelaskan pengaruh job involvement dan work value terhadap kesiapan berubah.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengambilan data, uji validitas, uji reliabilitas, uji coba alat ukur, prosedur penelitian dan metode analisa data BAB IV HASIL ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi gambaran umum subjek penelitian, uji asumsi, hasil penelitian yang disertai analisa data dan pembahasan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang meliputi saran prktis dan saran teoritis. Universitas Sumatera Utara 28

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kesiapan Berubah

1. Definisi Kesiapan Berubah

Holt, Armenakis, Field Harris 2007 mendefinisikan kesiapan individu untuk berubah sebagai sikap konprehensif yang secara simultan dipengaruhi oleh isi apa yang berubah, proses bagaimana perubahan di implementasikan, konteks lingkungan dimana perubahan terjadi, dan individu karakteristik individu yang diminta untuk berubah yang terlibat didalam suatu perubahan. Kesiapan individu untuk berubah secara kolektif merefleksikan sejauh mana individu atau kelompok individu cendrung untuk menyetujui, menerima, dan mengadopsi rencana spesifik yang bertujuan untuk mengubah keadaan saat ini. Holt 2007 mendefinisikan kesiapan adalah kepercayaan karyawan bahwa mereka mampu melaksanakan perubahan yang diusulkan self efficacy, perubahan yang diusulkan tepat untuk dilakukan organisasi appropiateness, pemimpin berkomitmen dalam perubahan yang diusulkan management support, dan perubahan yang diusulkan akan memberikan keuntungan bagi anggota organisasi pesonal benefit. Dari penjelasan Holt 2007 seorang karyawan yang dinyatakan siap untuk berubah akan menunjukkan perilaku menerima, merangkul, dan mengadopsi rencana perubahan yang dilakukan. Sebelum karyawan berada pada posisi siap, karyawan merefleksikan content, context, proses dan atribut Universitas Sumatera Utara 29 individu untuk mempersepsikan dan mempercayai perubahan yang akan dilakukan organisasi. Hanpachern, Morgan Griego 1998 mendefinisikan bahwa kesiapan untuk berubah merupakan sejauh mana karyawan siap secara mental, fisik, sedia untuk berpartisipasi dalam aktivitas pengembangan organisasi. Terutama lebih merujuk pada kondisi dimana karyawan akan memiliki skor yang tinggi pada dukungan dan partisipasi dalam perubahan. Berneth 2004 mendefinisikan bahwa kesiapan adalah lebih dari pemahaman akan perubahan, lebih dari keyakinan pada perubahan tersebut, dan merupakan kumpulan dari pemikiran dan intensi pada usaha perubahan yang spesifik. Backer 1995 mengemukakan bahwa kesiapan karyawan untuk berubah melibatkan kepercayaan, sikap dan intensi karyawan terhadap sejauh mana tingkat perubahan dibutuhkan dan persepsi karyawan serta kapasitas organisasi untuk melakukan perubahan tersebut dengan sukses. Armenakis, Harris Mosshlder, 1993 menyatakan bahwa karyawan yang siap untuk berubah akan percaya bahwa organisasi akan mengalami kemajuan apabila organisasi melakukan perubahan, selain itu mereka memiliki sikap positif terhadap perubahan organisasi dan memiliki keinginan untuk terlibat dalam pelaksanaan perubahan organisasi. Hanpacern 1998 menyatakan, apabila karyawan tidak siap untuk berubah, maka mereka tidak akan dapat mengikuti dan merasa kewalahan dengan kecepatan perubahan organisasi yang terjadi. Wibowo 2005 mendefinisikan bahwa kesiapan untuk berubah adalah mempersiapkan segenap sumber daya manusia untuk menerima perubahan, karena pada hakekatnya manusia menjadi subjek dan objek perubahan serta Universitas Sumatera Utara 30 mempunyai sifat resisten terhadap perubahan. Oleh karena itu, perubahan sumber daya manusia perlu dimulai dengan melakukan pencairan terhadap pola perilaku lama yang cendrung mempertahankan status quo untuk diubah agar bersedia menerima pola pikir baru yang berkembang secara dinamis. Kesiapan untuk berubah didefinisikan sebagai sekumpulan pemikiran dan kemauan individu untuk menghadapi perubahan tertentu, dan perubahan yang terjadi akan membawa dampak kepada karyawan, bagi yang siap dengan perubahan akan bersemangat mengikuti perubahan. Madsen 2005, Jelpa Mansoer 2008. Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kesiapan untuk berubah adalah sikap komprehensif yang secara simultan dipengaruhi oleh isi, proses, konteks dan karakteristik individu, merefleksikan sejauh mana individu atau sekelompok individu cendrung untuk menyetujui, menerima, dan mengadopsi rencana spesifik yang bertujuan untuk mengubah keadaan saat ini. Setiap individu perlu menyadari dan memahami arti pentingnya perubahan, serta bersedia untuk berubah.

2. Dimensi Kesiapan untuk Berubah