Latar Belakang Pengalaman Kerja

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan manusia yang sangat penting. Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa tersebut banyak ditandai dengan perubahan baik fisik, mental maupun psikososial. Salah satu perubahan yang dialami oleh remaja, khususnya remaja putri adalah menstruasi Saguni dkk, 2013. Menstruasi merupakan masa keluarnya darah dan jaringan dari endometrium, yaitu lapisan dalam uterus melalui vagina. Menstruasi terjadi karena sel telur tidak dibuahi oleh sperma sehingga sel telur dan seluruh jaringan yang terbentuk pada dinding rahim luruh dan keluar Adnan dan Kaseng, 2008. Menstruasi merupakan hal yang terjadi secara rutin dengan adanya suatu siklus setiap bulan. Akan tetapi, saat menstruasi mungkin terdapat gangguan. Salah satu gangguan yang terjadi saat menstruasi adalah dismenore. Dismenore atau yang juga dikenal sebagai nyeri haid merupakan keluhan umum yang dialami oleh remaja putri Utami dkk, 2013. Angka kejadian nyeri haid atau dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50 perempuan dari setiap negara mengalami nyeri haid. Prevalensi kejadian dismenore di Amerika sekitar 60, sedangkan di Swedia sekitar 70 Mulastin, 2013. Banyak penelitian mengenai dismenore yang telah 2 dilakukan di beberapa negara dengan tingkat prevalensi yang tinggi dan bervariasi lebih dari 50. Penelitian yang dilakukan di Thailand pada remaja putri menemukan bahwa prevalensi dismenore mencapai 84,2 Tangchai, 2004. Penelitian yang dilakukan oleh Unsal dkk 2010 mendapatkan 72,7 remaja mengalami dismenore. Penelitian Kumbhar dkk 2011 di Khadapa juga menemukan bahwa prevalensi dismenore cukup tinggi yaitu mencapai 65. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Al Kindi dan Al Bulushi 2011 di SMA Omani dan El Hameed dkk 2011 di Mesir mendapatkan prevalensi dismenore yang sangat tinggi yaitu sebesar 94 dan 94,4 Al Kindi dan Al Bulushi, 2011; El Hameed dkk, 2011. Prevalensi dismenore di Indonesia tidak memiliki angka yang pasti. Namun begitu, diperkirakan prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 55 dari jumlah perempuan usia produktif yang ada Mulastin, 2013. Penelitian yang dilakukan oleh Novia dan Nunik 2008 di Desa Banjar Kematren menemukan bahwa 71 responden mengalami dismenore. Penelitian yang dilakukan oleh Sutanto dkk 2008 di Makassar, 93,8 remaja putri mengalami dismenore. Penelitian yang dilakukan oleh Utami dkk 2013 pada remaja putri di sebuah SMA di Kabupaten Bone, menunjukkan hasil 87,1 remaja putri mengalami dismenore. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sianipar dkk 2009 di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur menemukan 63,2 remaja putri mengalami dismenore. 3 Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya dismenore. Faktor hormonal yang menyebabkan dismenore terjadi karena peningkatan kadar prostaglandin dalam tubuh saat menstruasi sehingga mengakibatkan adanya kontraksi pada miometrium. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan dismenore adalah usia menarche yang terlalu dini atau terlambat, siklus menstruasi, lama menstruasi, Indeks Massa Tubuh IMT, aktivitas fisik, stres dan daerah tempat tinggal. Penelitian yang dilakukan oleh Al Kindi dan Al Bulushi 2011, terdapat kecenderungan bahwa kejadian dismenore dialami oleh remaja yang usia menarche-nya kurang dari 13 tahun. Penelitian Unsal dkk pun menemukan hal yang serupa. Meskipun tidak ditemukan adanya hubungan antara usia menarche dengan dismenore tetapi diketahui bahwa terdapat kecenderungan risiko dismenore empat kali lebih tinggi pada remaja dengan usia menarche terlalu dini Unsal dkk, 2010. Penelitian yang dilakukan oleh Gagua dkk 2012 menemukan bahwa remaja putri yang memiliki siklus mesntruasi tidak teratur memiliki risiko 1,6 kali mengalami dismenore dibanding dengan remaja yang siklus menstruasinya teratur. Penelitian Charu dkk 2012, menemukan tidak ada hubungan antara siklus mesntruasi dengan kejadian dismenore, namun Charu dkk 2012 menjelaskan bahwa penelitian lain menyatakan dismenore paling banyak dialami oleh remaja dengan siklus menstruasi yang panjang. El Hameed dkk 2011 menyebutkan bahwa 51,2 kejadian dismenore dialami oleh remaja dengan lama menstruasi lebih dari empat hari. Penelitian Omidvar dan Begum 2012 pun mengamini hal tersebut. 4 Pada penelitian tersebut remaja yang memiliki lama mesntruasi 5-6 hari paling banyak mengalami dismenore Omidvar dan Begum, 2012. Indeks Massa Tubuh IMT diketahui juga sebagai salah satu faktor penyebab dismenore. Penelitian Charu dkk 2012 menemukan bahwa sebagian besar 67 kejadian dismenore memiliki IMT normal 18,50- 25,00. Hanya sebagian kecil saja yang memiliki IMT kurus dan kelebihan berat badan. Namun pada penelitian ini, Charu dkk 2012 tidak menemukan adanya hubungan antara IMT dengan dismenore. Penelitian Al Kindi dan Al Bulushi 2011 pun menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan dismenore. Penelitian Sianipar dkk 2009 menemukan bahwa dua per tiga wanita aktif mengalami dismenore. Penelitian Maruf dkk 2013 menemukan bahwa sebagian besar kejadian dismenore memiliki aktivitas fisik dengan intensitas lebih dari satu jam per hari. Faramarzi dan Salmalian 2014 menyatakan bahwa stres sebagai salah satu faktor psikologi yang berhubungan dengan kejadian dismenore pada remaja putri. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa remaja putri yang memiliki gejala stes memiliki risiko dua kali mengalami dismenore daripada remaja putri yang tidak memiliki gejala stres Faramarzi dan Salamalian, 2014. Penelitian El Gilany dkk 2005 menemukan bahwa kejadian dismenore di daerah urban lebih rendah daripada kejadian dismenore di daerah rural. Remaja yang tinggal di daerah urban memiliki prevalensi kejadian dismenore sebesar 69,6 sedangkan prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri di rural mencapai 80,1 El Gilany, 5 2005. Penelitian Avasarala dan Panchangam 2008 mendapatkan hasil serupa. Pada penelitiannya, Avasarala dan Panchangam 2008 menemukan bahwa prevalensi kejadian dismenore di daerah urban sedikit lebih rendah daripada daerah rural. Dismenore dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari remaja. Dampak dari dismenore yang sering dialami oleh remaja putri antara lain berkurangnya konsentrasi saat belajar, ketidakhadiran di sekolah , aktivitas olah raga terhambat dan berkurangnya waktu dalam aktivitas sosial Tangchai, 2004. Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri 2006, siswi yang mengalami dismenore memiliki ketidakhadiran di kelas selama kurang lebih tiga hari Sulastri, 2006. Bahkan Al Kindi dan Al Bulushi 2011 pun menemukan bahwa remaja yang mengalami dismenore mengalami menurunan dalam performa akademik. Salah satu indikator dalam mengetahui keadaan performa akademik siswa adalah berdasarkan nilai ujian nasional. Pada tahun 2015, hasil ujian siswa SMA dan sederajat di Jakarta Barat menempati posisi kedua terbawah diantara lima kota yang ada dengan nilai rata-rata yaitu 74,61 Disdik DKI Jakarta, 2015. Selain itu, dismenore juga memiliki dampak jangka panjang. Dampak jangka panjang jika dismenore tidak diatas dengan baik adalah dapat memicu terjadinya sindrom ovarium polikistik dan ensdometriosis Hatem et al, 2015. Menurut Sianipar 2009, tahun-tahun awal menstruasi merupakan periode yang rentan terhadap gangguan Sianipar, 2009. Biasanya dismenore primer muncul pada usia kurang dari 20 tahun Fauziyah, 6 2013. Remaja putri usia 15-19 tahun merupakan masih dalam tahun-tahun awal mereka mengalami menstruasi. Jumlah populasi wanita di DKI Jakarta berdasarkan hasil sensus tahun 2010 sebanyak 4.735.126 jiwa atau 49,3 BPS, 2010. Hampir 10 dari populasi wanita merupakan remaja usia 15-19 tahun BPS, 2010. Di Jakarta Barat persentase remaja usia 15- 19 tahun sebesar 25,12 dan yang terbanyak di Jakarta Timur dengan persentase 26,62 BPS, 2010. Penelitian mengenai dismenore pernah dilakukan di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur pada tahun 2009. Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa 90 responden mengalami dismneore. Belum adanya penelitian serupa di Jakarta Barat dan usia remaja 15-19 tahun merupakan usia yang rentan terhadap terjadinya dismenore serta tingginya prevalensi dismenore berdasarkan hasil studi pendahuluan membuat peneliti tertarik untuk mengetahui deskripsi kejadian dismenore berdasarkan karakterstik orang dan waktu serta dampaknya pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat.

1.2. Rumusan Masalah