10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dismenore
2.1.1. Pengertian Dismenore
Salah satu gangguan ginekologi yang sering dialami oleh wanita khususnya remaja putri adalah dismenore Edmonds, 2007.
Dismenore merupakan nyeri saat menstruasi yang dialami oleh wanita Okoro dkk, 2013. Dismenore umumnya dialami oleh
remaja Okoro dkk, 2013. Dismenore juga dapat diartikan sebagai siklus abdominal bagian bawah atau nyeri pelvic yang terjadi
sebelum dan selama menstruasi Ortiz, 2010. Dismenore merupakan nyeri di perut bagian bawah yang menyebar ke
pinggang dan paha. Nyeri ini dapat timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid Wiknjosastro, 1999.
Nyeri menstruasi atau dismenore dapat berlangsung selama beberapa jam, walaupun dalam beberapa kasus rasa nyeri tersebut
juga dapat berlangsung hingga beberapa hari Wiknjosastro, 1999. Pada umumnya dismesnore muncul ketika menstruasi terjadi pada
beberapa jam sebelum dan setelah terjadinya onset serta berakhir pada 24-48 jam pertama Harel, 2006.
Gejala dismenore yang paling sering dialami oleh wanita adalah kram pada perut. Gejala lain yang umum menyertai
dismenore, antara lain mual, muntah, diare, nyeri punggung, pegal, sakit kepala, pusing hingga pingsan Okoro dkk, 2013. Sebagai
11
contoh, pada penelitian yang dilakukan oleh Chongpengsuklert dkk pada tahun 2008 di Provinsi Khon Kaen Thailand, ia menemukan
bahwa pegal dan sakit punggung sebagai gejala yang paling banyak menyertai dismenore pada remaja putri. Bahkan beberapa tahun
sebelumnya, Tangchai 2004 menemukan bahwa remaja yang mengalami dismenore 58,9 diantaranya disertai dengan sakit
punggung dan 42,9 mengalami pegal-pegal.
2.1.2. Derajat Nyeri Dismenore
Menstruasi yang
dialami oleh
perempuan dapat
menyebabkan rasa nyeri, khususnya pada awal menstruasi. Namum tingkat nyeri yang dialami oleh setiap perempuan dapat berbeda-
beda. Menurut Manuaba 1999, dismenore dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, antara lain:
a. Dismenore ringan Seseorang akan mengalami rasa nyeri yang masih dapat
ditolerir karena masih berada pada ambang rangsang. Rasa nyeri tersebut dapat berlangsung selama beberapa saat dan
dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari Manuaba, 1999. Jika menggunakan face pain score, derajat ringan terdapat pada
skala nyeri dengan tingkat 1-4 Leppert, 2004. b. Dismenore sedang
Respon yang biasa dialami oleh perempuan seperti merintih dan menekan-nekan bagian nyeri, perlu diberikan obat
penghilang rasa nyeri walaupun tidak sampai menghambat
12
aktivitasnya Manuaba, 1999. Jika menggunakan face pain score, derajat sedang berada pada skala 5-6 Leppert, 2004.
c. Dismenore berat Rasa nyeri yang dialami seperti adanya rasa terbakar
dan dapat menghambat aktivitas harian seseorang. Selain itu juga diperlukan istirahat selama beberapa hari dan disertai
dengan gejala lain, seperti sakit kepala, migrain, diare, rasa tertekan dan mual Manuaba, 1999. Jika mengguanakan face
pain score, tingkatan ini berada pada skala 7-10 Lepert, 2004. Nurhidayati 2007 pernah melakukan penelitian di
Cianjur menemukan bahwa prevalensi nyeri dimsenore ringan cukup tinggi, yaitu sebesar 56,6 dan 43,3 lainnya
mengalami dismenore berat. Dua penelitian lainnya yang dilakukan di Tasikmalaya Asih, 2013dan di Medan Sirait
dkk, 2014 menemukan bahwa dismenore ringan dialami oleh 66,1 dan 79,1 responden. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Al Kindi dan Al Bulushi 2011 yang menemukan bahwa nyeri sedang 41 dan ringan hanya 27.
Hal serupa juga ditemukan oleh penelitian Gumanga dan Aryee 2012 di Accra, Ghana, 170 orang 37,5 mengalami nyeri
dismenore sedang. Okoro dkk 2013 juga menemukan hasil yang berbeda dengan penelitian ini, yaitu 54 dari kejadian
dismenore merupakan dismenore dengan kategori sedang.
13
2.1.3. Lama Nyeri Dismenore