24
menemukan adanya peningkatan risiko sebesar 2,63 kali pada remaja yang memiliki riwayat keluarga untuk
mengalami dismnore dibanding dengan remaja yang tidak memiliki riwayat dalam keluarganya. Bahkan hasil tersebut
tidak jauh berbeda setelah di-adjusted dengan variabel lainnya.
2.2.2. Karakteristik Tempat
2.2.2.1. Perkotaan Urban
Menurut R. Bintarto, kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non
alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen
dan matrealistis dibandingkan dengan daerah belakangnya Gunawan, 2007. Sedangkan, menurut Northam, kota
adalah lokasi dengan ciri-ciri: a Kepadatan penduduknya lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata kepadatan penduduk di sekitarnya b Penduduk pada lokasi atau tempat tersebut sebagian
besar tidak bergantung pada sektor pertanian dan tidak juga pada aktivitas ekonomi primer
c Lokasi tersebut menjadi pusat kebudayaan, administrasi dan ekonomi bagi wilayah-wilayah sekitarnya
Penelitian yang dilakukan oleh Avasarala dan Panchangam 2008, prevalensi kejadian dismenore di
25
daerah perkotaan atau urban sedikit lebih rendah dari pada di pedesaan, yaitu dengan prevalensi 52,5. Penelitian El
Gilany dkk 2005 menemukan bahwa kejadian dismenore di daerah urban lebih rendah daripada kejadian dismenore
di daerah rural. Remaja yang tinggal di daerah urban memiliki prevalensi kejadian dismenore sebesar 69,6.
2.2.2.2. Pedesaan Rural
Secara etimologi, istilah desa berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata deshi yang artinya tanah
kelahiran atau tanah tumpah darah. Dalam kehidupan sehari-hari istilah desa dering diartikan sebagai suatu
wilayah yang letaknya jauh dari keramaian kota, serta dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sebagian besar
mata pencahariaanya di sektor pertanian. Berikut pengertian desa menurut para ahli Soewadi, 2007 :
a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Pasal 1 Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan
terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakn rumah tangga sendiri dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia Soewadi, 2007.
b. Menurut Sutardjo Kartodikusumo
26
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa
mengadakan pemerintahan sendiri Harwantiyoko, 1997.
c. Menurut S.D. Misra Desa tidak hanya kumpulan tempat tinggal,
tetapi juga kumpulan daerah pertanian dengan batas- batas tertentu yang luasnya antara 50-1.000 ha
Soewadi, 2007. d. Menurut R. Bintarto
Menurut tinjauan
geografi yang
dikemukakannya, desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-
unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di suatu daerah serta memiliki
hubungan timbal
balik dengan
daerah lain
Harwantiyoko, 1997. Penelitian yang dilakukan oleh Avasarala dan
Panchangam 2008, menemukan bahwa di daerah rural atau pedesaan kejadian dismenore sebesar 55,7.
Prevalensi ini sedikit lebih tinggi dibanding prevalensi kejadian dismenore di perkotaan. Adanya perbedaan ini
menurut peneliti karena perbedaan persepsi mengenai dismenore. Pada remaja putri di daerah rural, mereka
27
cenderung menganggap ini adalah yang yang biasa terjadi, masalah yang tidak dapat dihindari dan
mengaturnya dengan menahan rasa sakit dan tidak panik. Penelitian El Gilany dkk 2005 menemukan
bahwa kejadian dismenore di daerah rural lebih tinggi daripada kejadian dismenore di daerah urban.
Sedangkan prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri di rural mencapai 80,1El Gilany, 2005.
2.2.3. Karakteristik Waktu