Keterbatasan Penelitian Kejadian Dismenore

66 BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain: a. Bias informasi, kesalahan yang terjadi pada saat responden mengisi kuesioner pada bagian IMT kode F. Hal ini terjadi karena pada penelitian ini informasi berat badan dan tinggi badan dilaporkan sendiri oleh responden berdasarkan ingatannya sekitar satu bulan lalu. Meskipun begitu peneliti berusaha mengatasi bias ini dengan melakukan perhitungan berdasarkan rumus dari National Health and Nutrition Survey U.S. khusus untuk perempuan untuk mengkonversi berat badan dan tinggi badan yang dilaporkan oleh responden. b. Validitas instrumen, pada penelitian ini instrumen yang valid berdasarkan statistik hanya pada bagian stres kode E, namun pertanyaan lainnya tidak dapat diuji validitas secara statistik. Pada beberapa pertanyaan yang membingungkan responden, peneliti berusaha untuk mengubah redaksi kalimat yang digunakan menjadi lebih mudah dipahami.

6.2. Kejadian Dismenore

Dismenore merupakan salah satu gangguan ginekologi yang sering terjadi pada remaja Edmonds, 2007. Dismenore merupakan nyeri yang terjadi pada perut bagian bawah yang menyebar ke pinggang dan paha. 67 Nyeri ini dapat timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid Winkjosastro, 1999. Berdasarkan penelitian, kejadian dismenore pada remaja putri di Jakarta Barat sangat tinggi khususnya pada dismenore ringan. Banyak penelitian yang menemukan hal serupa. Muntari 2010, menemukan bahwa 67,74 remaja putri mengalami nyeri dismenore. Bahkan, penelitian Sophia 2013 menemukan prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri sebesar 81,3. Sedangkan penelitian lain pun ada juga yang menemukan bahwa dismenore ringan merupakan yang paling banyak dialami, seperti pada tahun 2007, Nurhidayati juga mengemukakan bahwa 56,6 responden mengalami nyeri ringan Nurhidayati, 2007. Pada penelitian Asih 2013, pada siswi kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya yang menemukan 66,1 dismenore ringan. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sirait dkk 2014, dari 85,9 siswi SMA yang mengalami dismenore, 79,1 diantaranya merupakan dismenore ringan. Berbeda dengan penelitian terdahulu di Indonesia, beberapa penelitian yang dilakukan di negara-negara lain memiliki hasil yang sedikit berbeda. Seperti pada penelitian Al Kindi dan Al Bulushi 2011 yang menemukan bahwa nyeri sedang 41, sedangkan nyeri ringan hanya sebesar 27. Hal serupa juga ditemukan oleh penelitian Gumanga dan Aryee 2012 di Accra, Ghana, 170 responden 37,5 mengalami nyeri dismenore sedang. Okoro dkk 2013 juga menemukan hasil yang berbeda dengan penelitian ini, yaitu 54 dari kejadian dismenore merupakan dismenore dengan kategori sedang. 68 Selain nyeri pada perut bagian bawah, biasanya remaja putri juga mengalami gejala-gejala lain yang menyertai dismenore. Gejala dismenore yang paling sering dialami adalah kram pada perut. Gejala lain yang umumnya dialami antara lain, mual, muntah, diare, nyeri punggung, pegal, sakit kepala, pusing hingga pingsan Okoro dkk, 2013. Gejala yang paling banyak menyertai nyeri dismenore pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan pada penelitian Chongpengsuklert dkk 2008 yang dilakukan pada siswi SMA di Provinsi Khon Kaen, Thailand. Pada penelitian tersebut, gejala seperti pegal dan sakit punggung menjadi yang paling banyak dirasakan oleh responden. Hasil yang ditemukan oleh Chongpengsuklert dkk 2008 menyatakan bahwa sebesar 70,7 responden juga mengalami pegal-pegal dan 63,7 mengalami sakit punggung pada saat dismenore. Akan tetapi pada penelitian Chongpengsuklert dkk 2008, juga menemukan adanya gejala lain yang juga tinggi dialami oleh responden, yaitu perubahan perasaan mood sebesar 84,8 dan gejala inilah yang paling banyak dialami oleh remaja di Thailand Chongpengsuklert dkk 2008. Hal serupa juga ditemukan oleh penelitian Tangchai 2004, yang menemukan bahwa 58,9 mengalami gejala sakit punggung dan 42,9 pegal. Penelitian Banikarim dkk 2000 dan Hillen dkk 1999 juga menyatakan hal yang serupa Dismenore mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya pendarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadinya pendarahan 69 haid. Lebih dari 50 responden yang mengalami dismenore merasakan nyeri ≤2 hari pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan pada penelitian Alosaimi 2014 bahwa lama dismenore yang dialami oleh responden paling banyak ≤2 hari. Penelitian El Gilany dkk 2005, prevalensi paling tinggi remaja yang mengalami dismenore dengan durasi atau lama nyeri kurang dari 24 jam, yaitu sebesar 64,9. Bahkan dalam penelitian El Hameed dkk 2011, dismenore paling banyak dialami oleh remaja selama 24 jam pertama saat menstruasi. Gagua dkk 2012 juga sependapat dengan hasil penelitian ini. Pada penelitian tersebut 34,42 mengalami dismenore selama satu hari atau lebih.

6.3. Karakteristik Orang