84
oleh faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan pada umumnya. Asupan gizi yang baik dapat mempercepat pembentukan hormon-
hormon yang berpengaruh terhadap menarche Meorsitawati, 2008. Selain itu, mungkin dapat dijelaskan dengan fakta bahwa
remaja yang menarche cepat terpapar oleh prostaglandin lebih Charu, 2012.
Oleh karena itu, dapat dianjurkan kepada remaja putri baik yang usia menarche-nya cepat maupun terlambat untuk mengatur
pola makannya agar berkurang rasa nyeri yang dialami. Sedangkan bagi pihak sekolah dapat memberikan edukasi kepada para siswi
mengenai dismenore khususnya dan kesehatan reproduksi pada umumnya.
6.4.2. Lama Menstruasi
Hasil penelitian menemukan bahwa remaja putri di Jakarta Barat memiliki lama menstruasi selama 7 hari. Hasil ini tidak
berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu. Asih 2013, yang melakukan penelitian pada siswi kelas XI SMK YAPSIPA Kota
Tasikmalaya, mengemukakan 61,5 normal 3-7 hari dan 38,5 tidak normal 7 hari. Begitu pula dengan penelitian Sirait dkk
2014 yang dilakukan di SMA Negeri 2 Medan menemukan bahwa 57 responden memiliki lama menstruasi 7 hari dan 43
≥7 hari. Hasil serupa juga didapat pada penelitian Sophia 2013, di SMK Negeri 10 Medan, menemukan bahwa 50,3 lama
menstruasi ≤7 hari dan 49,7 7 hari.
85
Hasil penelitian ini juga serupa dengan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan di beberapa negara. Diantaranya,
penelitian yang dilakukan oleh Omidvar dan Begum 2012, pada remaja usia 18-28 tahun menunjukkan bahwa kejadian dismenore
paling banyak dialami oleh remaja yang memiliki lama menstruasi 5-6 hari, yaitu sebesar 54,2. Penelitian yang dilakukan oleh El
Hameed dkk 2011 pun menunjukkan hal yang serupa yaitu 51,2 kejadian dismenore dialami oleh remaja yang memiliki durasi
me nstruasi ≥5 hari. Penelitian El Gilany dkk 2005 juga
menemukan 79,9 responden yang mengalami dismenore memiliki masa mesntruasi selama lebih dari 6 hari.
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan kejadian
dismenore. Hasil ini sesuai dengan Penelitian Sirait dkk 2014 yang dilakukan di SMA Negeri 2 Medan menemukan bahwa tidak
ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore. Akan tetapi bertentangan dengan beberapa penelitian sebelumnya.
Pada penelitian Asih 2013, yang dilakukan terhadap siswi kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya, menemukan bahwa terapat
hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore. Bahkan Asih 2013 menyatakan remaja putri yang memiliki lama
menstruasi tidak normal berisiko mengalami dismenore 3,188 kali dibanding remaja putri yang lama menstruasi normal. Begitu pula
dengan penelitian Sophia 2013, pada siswi SMK Negeri 10
86
Medan, menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore.
Penelitian lain yang juga menemukan adanya hubungan antara lama mesntruasi dengan dismenore diantaranya adalah
penelitian Shah dkk 2015 yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore
dan Omidvar dan Begum 2012 menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan kejadian
dismenore. Bahkan penleitian yang dilakukan Unsal dkk 2010 menyatakan bahwa lama menstruai ≥7 hari berisiko 1,59 kali
mengalami dismenore dan Faramarzi dan Salmalian 2014 dengan risiko 2,13 kali pada responden yang memiliki lama menstruasi ≥7
hari. Lama menstruasi dapat disebabkan oleh faktor psikologi
maupun fisiologis. Faktor psikologis ini berkaitan dengan tingkat emosional remaja putri yang cenderung labil. Sedangkan faktor
fisiologis disebabkan karena kontraksi otot uterus yang berlebih pada fase sekresi sehingga produksi hormon prostaglandin pun
menjadi berlebih Utami dkk, 2013 dan Sirait dkk, 2014. Oleh karena itu, pihak sekolah dapat memberikan edukasi kepada para
siswi mengenai dismenore khususnya dan kesehatan reproduksi pada umumnya.
87
6.4.3. Siklus Menstruasi