73
Beberapa penelitian terdahulu mendukung teori tersebut. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sophia dkk
2013 yang menemukan adanya hubungan secara bermakna, bahkan remaja putri yang jarang berolahraga memiliki risiko 1,2
kali mengalami dismenore dibanding dengan remaja putri yang sering berolahraga. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sirait dkk 2014 di SMA Negeri 2 Medan yang juga menemukan adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan
olahraga dengan kejadian dismenore. Sirait dkk 2014 bahkan menemukan bahwa remaja putri yang sering berolahraga memiliki
risiko dismenore sebesar 0,849 kali dibandingkan dengan remaja putri yang jarang berolahraga.
Meskipun berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu, tetapi fakta penelitian memperlihatkan bahwa semakin ringan
aktivitas fisik yang dilakukan oleh remaja putri, semakin tinggi prevalensi kejadian nyeri ringan. Sedangkan semakin berat
aktivitas fisik yang dilakukan, prevalensi nyeri berat semakin tinggi. Oleh karena itu aktivitas fisik dianjurkan kepada remaja
putri berupa aktivitas fisik sedang seperti berjalan cepat, bersepeda atau berenang dengan frekuensi 3
– 4 kali dalam satu minggu.
6.3.3. Tingkat Stres
Stres merupakan ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi ancaman yang dihadapi oleh fisik, mental, emosional
dan spiritual, sehingga pada suatu saat dapat mempengaruhi
74
kesehatan fisik orang tersebut National Safety, 2003. Pada penelitian ini, diketahui bahwa semakin berat stres yang dialami
oleh remaja putri semakin besar pula presentase nyeri berat yang mereka rasakan. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan
oleh Muntari 2010, bahwa remaja paling banyak memiliki tingkat stres sedang 35,49. Sedangkan penelitian Prihartanti 2010
kecemasan atau stres ringan yang paling banyak dialami oleh responden 20,4, sedangkan stres atau kecemasan sedang hanya
18,2. Sedangkan penelitian Faramarzi dan Salmalian 2014 yang dilakukan di Kota Babol, Iran tersebut menemukan bahwa 64
kejadian dismenore positif mengalami stres. Stres diketahui sebagai salah satu pemicu terjadinya
dismenore. Affandi 2006 menjelaskan bahwa faktor psikologis seperti kecemasan dapat menyebabkan penyarulan RH berjalan
secara tidak normal. Hal ini menyebabkan produksi FSH dan LH menjadi abnormal. Apabila frekuensi mensruasi meningkat,
produksi prostaglandin juga semakin tinggi, akibarnya risiko terjadinya dismenore juga meningkat Affandi, 2006. Akan tetapi,
berbeda dengan pernyataan teori di atas, pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan
kejadian dismenore.
Beberapa penelitian
terdahulu tidak
mendukung hasil penelitian ini. Penelitian Muntari 2010, mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat stress dengan kejadian dismenore pada remaja usia 16-18
75
tahun. Prihartanti 2010 juga menemukan korelasi sedang antara tingkat kecemasan dengan kejadian dismenore, dengan variasi
kejadian dismenore yang disebabkan oleh tingkat kecemasan sebesar 29,2. Faramarzi dan Salmalian 2014 pun juga
menemukan adanya hubungan antara stres dengan kejadian dismenore. Mereka juga menjelaskan bahwa responden yang
mengalami stres berisiko 1,54 kali mengalami dismenore dibanding dengan responden yang tidak stres. Meskirpun hasil
penelitian ini berbeda dengan teori dan beberapa penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan, tetapi kita dapat melihat
bahwa semakin berat stres yang dimiliki oleh remaja, mereka cenderung mengalami dismenore dengan nyeri berat.
Stres pada remaja dapat disebabkan karena berbagai masalah. Muntari 2010 mengemukakan bahwa pemicu stres
antara lain, kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga, masalah prestasi sekolah, pengarus teman dan lain-lain. Akan
tetapi stres yang dialami oleh remaja dapat dihindari dengan beberapa cara seperti, mendengarkan musik, olahraga, menulis
jurnal atau buku atau menari Muntari, 2010. Oleh karena itu, remaja putri disarankan untuk melakukan kontrol terhadap diri
sendiri sehingga mengurangi tingkat stres yang dialami. Karena jika berada pada keadaan yang tenang, risiko mengalami dismenore
pun akan semakin berkurang.
76
6.3.4. Indeks Massa Tubuh