IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KKM PEMROGRAMAN WEB KELAS X MULTIMEDIA SMK PALEBON SEMARANG

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

RECIPROCAL TEACHING

UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KKM

PEMROGRAMAN WEB KELAS X MULTIMEDIA

SMK PALEBON SEMARANG

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Oleh Zeli Primalia NIM.5302411129

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Zeli Primalia

NIM : 5302411129

Program Studi : S-1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Judul Skripsi : IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KKM PEMROGRAMAN WEB KELAS X MULTIMEDIA SMK PALEBON SEMARANG

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Program Studi S-1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer FT.UNNES

Semarang, Agustus 2015 Pembimbing

Drs. Sutarno, M.T.


(3)

(4)

(5)

v

2. Semangatlah dalam menuntut ilmu, barangsiapa berjalan dalam rangka menuntut ilmu maka akan dimudahkan jalannya menuju surga (HR.Muslim)

3. Bahagia tak hanya hadir karena kau mendapatkan sesuatu yang tak kau miliki, tetapi juga karena kau menghargai apa yang kau miliki (Penulis)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk

1. Allah SWT, terimakasih atas semua yang telah Engkau berikan sehingga aku dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan lancar. 2. Bapak, ibu dan keluarga besarku yang selalu mendoakan. 3. Dosen dan guruku


(6)

vi ABSTRAK

Primalia, Zeli. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Reciprocal teaching Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan KKM Pemrograman Web Kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang. Pembimbing Drs. Sutarno, M.T.,Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer.

Berdasarkan observasi pra penelitian ditemukan masih rendahnya motivasi belajar siswa dan hasil belajar masih banyak yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) dalam pembelajaran pemrrograman web di kelas X Multimedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi model pembelajaran Reciprocal teaching untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan KKM Pemrograman Web Kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang tahun ajaran 2014/2015, dengan menggunakan model penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat kolaboratif, dengan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Model PTK ini berdasarkan model dari Kemmis & Mc Taggart. Penelitian ini menggunakan II siklus dan tiap siklus dua kali pertemuan. Kegiatan tiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, angket, soal-soal evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa, dan lembar observasi (untuk mengukur motivasi belajar siswa)

Berdasarkan hasil lembar observasi selama penelitian, menunjukan bahwa rata-rata persentase motivasi belajar pada siklus I adalah 58% dalam kategori baik, rata-rata persentase motivasi belajar pada siklus II 77% dalam kategori sangat baik. Peningkatan hasil belajar siswa kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang dilihat dari ketuntasan klasikal pada tes siklus I dan tes siklus II berturut-turut 41% dan 81%.Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi model pembelajaran reciprocal teaching dapat meningkatkan motivasi belajar dan KKM siswa.


(7)

vii

skripsi yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Reciprocal teaching Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan KKM Pemrograman Web Kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi S-1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Universitas Negeri Semarang. Sholawat dan slam disampaikan kepada junjungan nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua mendapat syafaat Nya di yaumil akhir nanti, Amin.

Penelitian ini diangkat sebagai upaya untuk alternatif model pembelajaran Reciprocal teaching Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan KKM Pemrograman Web Kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang.

Penyelesaian karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik,

3. Drs. Sutarno, M.T., pembimbing yang penuh perhatian dan atas perkenaan memberibimbingan dan dapat dihubungi sewaktu-waktu disertai kemudaan dalam memberikan bahan dan menunjukan sumber-sumber yang relevan sangat membantu penulisan karya ini.

4. Semua dosen Teknik Elektro FT. Unnes yang telah memberi bekal pengetahuan yang berharga.

5. Kepala Sekolah dan guru SMK Palebon Semarang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Berbagai pihak yang telah memberi bantuan untuk karya tulis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pelaksanaan pembelajaran di SMK.

Semarang, November 2015


(8)

viii

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTO ... v

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR PUSTAKA ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Rumusan Masalah ... 9

1.4. Pembatasan Masalah ... 9

1.5. Tujuan Penelitian ... 9

1.6. Manfaat Hasil Penelitian ... 10

1.7. Pembatasan Istilah ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1. Kajian Teori ... 12

2.1.1. Belajar ... 12

2.1.2. Pembelajaran ... 12

2.1.3. Tinjauan Motivasi Belajar ... 13

2.1.3.1. Pengertian Motivasi Belajar... 13

2.1.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 15


(9)

ix

2.1.5. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching ... 25

2.1.5.1 Pengertian ... 25

2.1.5.2. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching ... 26

2.1.5.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching .... 29

2.2. Penelitian yang Relevan ... 29

2.3. Kerangka Berfikir ... 32

2.4. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Model Penelitian ... 34

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.4. Variabel Penelitian ... 39

3.5. Instrumen Penelitian ... 40

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.6.1 Validitas ... 43

3.6.2. Reliabilitas ... 44

3.6.3. Indeks Kesukaran ... 45

3.6.4. Daya Beda Soal ... 46

3.6.5. Analisis Lembar Observasi ... 47

3.6.6. Indikator Keberhasilan ... 47

3.7. Teknik Analisa Data ... 48

3.7.1 Perhitungan Nilai Rata-rata ... 49

3.7.2. Ketuntasan Belajar Klasikal... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51


(10)

x

4.2. Hasil Penelitian ... 54

4.2.1. Pra Penelitian ... 54

4.2.2. Data Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II ... 56

4.3. Hasil Pembahasan ... 63

4.3.1. Motivasi Belajar ... 63

4.3.2. Hasil Belajar ... 66

BAB V PENUTUP ... 70

5.1. Simpulan ... 70

5.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(11)

xi

Tabel 3.2 Instrumen dan Metode Penelitian ... 35

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran Soal ... 38

Tabel 3.4 Klasifikasi Motivasi Belajar... 40

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba ... 43

Tabel 4.2 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 44

Tabel 4.3 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ... 44

Tabel 4.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 45

Tabel 4.5 Hasil Kriteria Soal ... 45

Tabel 4.6 Persentase Pra Penelitian Hasil Angket ... 46

Tabel 4.7 Hasil Belajar Pra Penelitian Ranah Kognitif... 47

Tabel 4.8 Hasil Belajar Pra Penelitian Ranah Psikomotorik... 47

Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Siklus I dan Siklus II ... 48

Tabel 4.10 Kriteria Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 48

Tabel 4.11 Nilai Tes Evaluasi Siklus I dan Siklus II ... 49

Tabel 4.12 Perbandingan Hasil Belajar Ranah Kognitif Pra Penelitian, Siklus I, dan Siklus II ... 50

Tabel 4.13 Perbandingan KKM Pra Penelitian, Siklus I, dan Siklus II ... 51

Tabel 4.14 Hasil Nilai Praktik Siklus I dan Siklus II ... 52

Tabel 4.15 Perbandingan Nilai Praktik Pra Penelitian, Siklus I, dan Siklus II ... 53

Tabel 4.16 Perbandingan KKM Nilai Praktik Pra Penelitian, Siklus I, dan Siklus II ... 54


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Peneliti ... 27 Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 31 Gambar 4.1 Persentase Perbandingan Motivasi Belajar Siklus I dan

Siklus II………… ... 46 Gambar 4.2 Persentase Perbandingan Ketuntasan Belajar Tes Evaluasi Pra

Penelitian, Siklus I, dan Siklus II ... 48 Gambar 4.3 Persentase Perbandingan Ketuntasan Belajar Praktik Pra


(13)

xiii

Lampiran 2 Daftar Pembagian Kelompok ... 76

Lampiran 3 Perhitungan Angket ... 77

Lampiran 4 Analisis Perhitungan Angket ... 78

Lampiran 5 Kisi-Kisi Lembar Observasi Motivasi Belajar ... 80

Lampiran 6 Lembar Observasi Motivasi Belajar ... 81

Lampiran 7 Rubrik Analisis Motivasi Belajar ... 82

Lampiran 8 Analisis Motivasi Belajar Siklus I ... 84

Lampiran 9 Analisis Motivasi Belajar Siklus II ... 85

Lampiran 10 Daftar Nilai Harian Siswa Kelas X Multimedia ... 86

Lampiran 11 Daftar Nilai Harian Praktik Siswa Kelas X Multimedia ... 87

Lampiran 12 Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba Kelas XI Multimedia .. 88

Lampiran 13 Daftar Nama Siswa Kelas Penelitian Kelas X Multimedia ... 89

Lampiran 14 Kisi-kisi Soal Uji Coba Instrumen Penelitian... 90

Lampiran 15 Soal Uji Coba... 91

Lampiran 16 Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen Penelitian ... 100

Lampiran 17 Lembar Jawaban ... 101

Lampiran 18 Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Beda, Validitas, dan Reliabilitas Soal Uji Coba Instrumen Penelitian ... 102

Lampiran 19 Silabus ... 106

Lampiran 20 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 108

Lampiran 21 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 116

Lampiran 22 Soal Tes Evaluasi... 123

Lampiran 23 Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 129

Lampiran 24 Analisis Tes Evaluasi Siklus I ... 130

Lampiran 25 Hasil Tes Evaluasi Siklus II... 132

Lampiran 26 Analisis Tes Evaluasi Siklus II ... 134


(14)

xiv

Lampiran 28 Analisis Nilai Praktik Siklus I ... 137

Lampiran 29 Nilai Praktik Siklus I ... 138

Lampiran 30 Analisis Nilai Praktik Siklus II ... 140

Lampiran 31 Nilai Praktik Siklus II ... 141

Lampiran 32 Dokumentasi Penelitian ... 143

Lampiran 33 Hasil Praktik ... 145

Lampiran 34 Surat Penetapan Dosen Pembimbing ... 146


(15)

1 1.1.Latar Belakang

Pendidikan merupakan wujud perkembangan zaman dalam era globalisasi. Perubahan dan perkembangan pendidikan akan selalu mengalami perubahan sejalan dengan berjalannya waktu mengenai sistem pendidikan, kurikulum, media pembelajaran, model pembelajaran, serta aturan lainya. Dalam proses pendidikan melibatkan siswa sebagai obyek yang dididik. Sedangkan menurut Hasbullah (2008: 5). Pendidikan merupakan suatu proses bimbingan, tuntunan, atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur pendidik, anak didik, tujuan, dan sebagainya. Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Menurut Sardiman (2007: 13) Pendidikan memegang peranan dalam proses perkembangan karakter peserta didik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang diinginkan dalam hal perubahan pola pikir. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan pembelajaran tersebut, maka dalam pelaksanaannya diperlukan adanya kesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.


(16)

2

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku melalui kegiatan tersebut akan ada kecenderungan untuk menumbuhkan perubahan dalam hal efektivitas belajar. Perubahan tingkah laku tersebut terlihat melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru merupakan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di sekolah. Oleh karena itu berhasil tidaknya upaya peningkatan mutu pendidikan banyak ditentukan juga oleh kemampuan yang ada pada guru dalam mengemban tugas pokok sehari-harinya yaitu pengelolaan pembelajaran di sekolah (http://lpmpjateng.go.id//). Dalam Hamalik (2008: 123) yang dikemukakan oleh Adam dan Dickey bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas meliputi guru sebagai pengajar, pembimbing, guru juga sebagai penghubung dan modernisator dan pembangun. Peran guru dalam menentukan keberhasilan pembelajaran amat besar. Tugas guru adalah memberikan dan mengembangkan motivasi siswa agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal. Apabila peran guru itu tidak dapat terlaksana dengan baik, pembelajaran tidak memberikan motivasi yang kuat kepada siswa maka kualitas pembelajaran tidak akan optimal.

Motivasi menurut Uno (2009: 3) merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut Harahap (2014) beberapa cara menumbuhkan motivasi adalah melalui cara mengajar yang bervariasi, memberikan stimulus baru misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan peserta didik, memberi kesempatan peserta didik untuk menyalurkan keinginaan belajarnya, dan


(17)

menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa sehingga peserta didik tidak jenuh. Dengan demikian peserta didik akan termotivasi untuk belajar (terlibat aktif dalam pembelajaran) apabila sesuai dengan kebutuhan. Di SMK Palebon Semarang dalam proses pembelajaran khususnya pelajaran pemrograman web berdasarkan observasi tahun 2015, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa terlibat secara aktif, daya serap terhadap materi masih rendah, siswa jarang mengerjakan tugas yang diberikan guru, kurangnya antusias bertanya kepada guru dan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Akibatnya pembelajaran terpusat pada siswa untuk berprestasi secara individu tanpa melihat teman yang berpengetahuan rendah, selain itu siswa kurang termotivasi dalam belajar diihat dari siswa kurang antusias bertanya kepada guru dan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran kurang optimal.

Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran berbagai upaya dilakukan terutama peningkatan motivasi belajar. Dalam hal belajar siswa akan berhasil kalau dalam dirinya sendiri ada kemauan untuk belajar dan keinginan atau dorongan untuk belajar, karena dengan peningkatan motivasi belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan sikap dan perilaku siswa dalam belajar. Menurut Catharina Tri Ani (2006: 157) motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar. Secara historik, guru selalu mengetahui kapan siswa perlu diberi motivasi selama proses belajar, sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih menyenangkan, arus komunikasi lebih lancar, menurunkan kecemasan siswa, meningkatkan kreativitas


(18)

4

dana aktivitas belajar. Menurut Rochman Natawidjaya dan L.J. Moleong dalam Setyowati (1979: 11) guru hendaknya membangkitkan motivasi belajar siswa karena tanpa motivasi belajar, hasil belajar yang dicapai akan minimum sekali. Agar hasil yang diajarkannya tercapai secara optimal maka seorang guru harus mengganggap bahwa siswa yang dihadapinya tidak akan mudah menerima pelajaran yang diberikannya itu.

Hasil belajar dapat dilihat dari terjadinya perubahan hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil (Keller dalam H Nashar, 2004: 77). Masukan itu berupa rancangan dan pengelolaan motivasional yang tidak berpengaruh langsung terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Perubahan itu terjadi pada seseorang dalam disposisi atau kecakapan manusia yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui usaha yang sungguh-sungguh dilakukan dalam satu waktu tertentu atau dalam waktu yang relatif lama. Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu (Nashar, 2004: 11).

Sekolah Menengah Kejuruan Palebon Semarang (SMK Palebon Semarang) merupakan sekolah swasta pada jenjang menengah kejuruan. SMK Palebon Semarang merupakan sekolah yang menyelenggarakan pendidikan dengan penerapan kurikulum 2013. Penerapan kurikulum 2013 pada jenjang SMK terdapat beberapa mata pelajaran yang mengalami perubahan struktur. Salah satunya adalah mata pelajaran pemrograman web. Mata pelajaran produktif


(19)

pemrogaraman web merupakan mata pelajaran produktif sesuai penerapan kurikulum 2013, di mana proses pembelajaran yang berpusat kepada guru (teachers-centered) menjadi pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (students-centered), dari pembelajaran pasif (passive learning) ke cara belajar peserta didik aktif (active learning) atau Student Active Learning-SAL (Mohammad Nuh, 2013). Pemrograman web merupakan salah satu mata pelajaran wajib dasar pada dasar program keahlian Teknik Komputer dan Informatika (TKI). Dalam pelajaran ini peserta didik harus memiliki kompetensi dalam hal pemanfaatan teknologi informasi, seperti mengoperasikan hardware komputer dan mengoperasikan perangkat lunak aplikasi. Perangkat lunak aplikasi tersebut antar lain ialah pengolah data untuk menganalisis data hasil eksperimen, pengolah kata untuk membuat laporan dan aplikasi presentasi untuk mengkomunikasikan dan mempresentasikan hasil laporan. Berdasarkan penerapan kurikulum 2013 bahwa pembelajaran dilakukan dua arah antara siswa dan guru. SMK Palebon masih menerapkan pembelajaran satu arah yaitu metode ceramah. Menurut Hayati (2009) penggunaan metode ceramah dan tanya jawab ini dapat menimbulkan permasalahan yakni siswa menjadi pasif karena selama pembelajaran siswa cenderung hanya mendengarkan dan mencatat, sehingga dalam hal ini mempengaruhi hasil belajar.

Berdasarkan hasil observasi di SMK Palebon Semarang khususnya kelas X Multimedia dari sampel jumlah 37 siswa semester II tahun pelajaran 2014/2015 pada mata pelajaran pemrograman web, didapatkan presentase jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 24% atau sekitar 9 orang, 76% jumlah siswa dibawah


(20)

6

KKM atau sekitar 28 orang. Perbedaan prestasi belajar siswa menurut keterangan dari guru mata pelajaran berdasarkan hasil wawancara tahun 2015, hasil ini disebabkan karena kemampuan anak yang bervariatif dan daya kemampuan siswa menangkap materi yang rendah. Hal ini disebabkan karena faktor kesadaran akan arti penting belajar masih rendah dan sekolah belum menjadi kebutuhan bagi mereka.

Berdasarkan penelitian Harahap (2014) yang berjudul” Implementasi Pendekatan Reciprocal Teaching dengan Strategi Pembelajaran Card Sort untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII BM SMK Muhammadiyah 8 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014”. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa hasil belajar siswa meningkat. Hal ini terbukti dari hasil yang diperoleh pada siklus I nilai rata-rata 65 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 56,25% dan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 76,71 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 90,62%. Dimana peningkatan nilai kemampuan siswa antar siklus I ke siklus II adalah 11,71 untuk hasil belajar akuntansi dengan peningkatan persentase 34,37%. Sedangkan berdasarkan penelitian Ade Gita Valentino (2010) yang berjudul “Penerapan Pendekatan Strategi Pengajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi, Prestasi dan Motivasi Belajar pada Mata Pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin Siswa Kelas X di SMKN 6 Malang” dari hasil penelitan menunjukan hasil dari keadaan awal 55% siswa sering mendapatkan remidi setelah di terapkan model pembelajaran Reciprocal teaching meningkat pada siklus I adalah 73,5% dan pada siklus II sebesar 89%,


(21)

peningkatan hasil belajar sekitar 15,5%. Sedangkan motivasi belajar siswa meningkat dari keadaan awal tidak semua siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran itu terbukti dengan banyaknya siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran dan kurangnya antusias bertanya pada guru mengalami peningkatan sebesar 7,15 %.

Terkait dengan hasil penelitian yang relevan dan permasalahan-permasalahan yang telah ditemukan di SMK Palebon maka untuk mengatasi masalah-masalah terhadap motivasi dan nilai KKM, peneliti menawarkan strategi model pembelajaran yaitu model pembelajaran Reciprocal Teaching. Allen (2003) dalam elizabeth dan Becky) menerangkan bahwa model pembelajaran Reciprocal Teaching merupakan suatu prosedur pembelajaran yang di desain untuk meningkatkan pemahaman dan nalar siswa terhadap suatu materi. Reciprocal Teaching atau pembelajaran timbal balik memusatkan perhatian pada proses berfikir anak, selain itu pembelajaran ini mengutamakan peran siswa untuk berinisiatif adan berperan aktif. Guru memberikan kesempatan kepada siswa menjadi aktif dengan melakukan pergantian peran. Siswa berperan sebagai guru di dalam kelas, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator atau moderator. Model pembelajaran reciprocal teaching menggunakan empat strategi yaitu: merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan), dan memprediksi. Masing-masing strategi tersebut dapat membantu siswa membangun pemahaman terhadap apa yang sedang dipelajari.

Berdasarkan pada permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan menerapkan model


(22)

8

pembelajaran yang berbeda. Adapun penelitian ini berjudul ”Implementasi Model Pembelajaran Reciprocal teaching Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan KKM Pemrograman Web Kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang”. Dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching diharapkan bisa memberikan perubahan siswa lebih antusias dan termotivasi belajar, pembelajaran lebih menyenangakan, dan daya serap materi siswa menjadi tinggi sehingga hasil belajar siswa meningkat.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang ada, ditemukan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Motivasi belajar siswa masih rendah, dilihat dari siswa kurang antusias dalam pembelajaran.

2. Kriteria Ketuntasan Minimum siswa masih jauh dari KKM, dilihat dari sampel nilai ulangan harian semester II sekitar 76% siswa memperoleh nilai di bawah KKM.

3. Siswa masih pasif dalam pembelajaran, dilihat dari kurang antusiasnya siswa bertanya kepada guru.

4. Kemalasan siswa, dilihat dari siswa jarang mengerjakan tugas yang diberikan guru.


(23)

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran Reciprocal Teaching dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang?

2. Apakah model pembelajaran Reciprocal Teaching dapat meningkatkan Nilai KKM siswa Kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang?

1.4. Pembatasan Masalah

Penulisan skripsi ini hanya membatasi beberapa permasalahan, yaitu : 1. Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang.

2. Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk meningkatkan Nilai KKM siswa kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui apakah implemetasi model pembelajaran Reciprocal teaching dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang.

2. Mengetahui apakah implementasi model pembelajaran Reciprocal Teaching dapat meningkatkan Nilai KKM siswa kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang.


(24)

10

1.6. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbangan saran dan ilmu pengetahuan terutama tentang proses penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching pada siswa.

2. Manfaat Praktis 1) Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan inovasi pembelajaran dalam dunia pendidikan.

2) Bagi Guru

Guru diharapkan mampu menjadi alternatif dan inovasi untuk perkembangan pembelajaran.

3) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai keadaan siswa, serta sebagai bekal sebagai calon pendidik (guru).


(25)

1.7. Pembatasan Istilah

1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching

Menurut Foster dan Rotoloni (2005) Pengajaran timbal balik (Reciprocal Teaching) adalah pembelajaan yang berpusat pada siswa dimana siswa dan guru beralih peran dalam pelajaran dan termasuk dalam pembelajaran kooperatif dimana dialog yang mengungkapkan peserta didik proses berpikir tentang pengalaman belajar

2. Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2007: 75) Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,merasa senang dan semangat untuk belajar. 3. Kriteria Ketuntasan Minimum

Menurut Depdiknas (2013) Kriteria Ketuntasan Minimum merupakan standar penilaian untuk setiap mata pelajaran yang didasarkan pada perhitungan setiap kompetensi dasar yang memenuhi tiga kriteria yaitu kemampuan siswa, daya dukung, dan kesullitan materi.


(26)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya (Sardiman, 2007: 20), sedangkan menurut Oemar Hamalik (2008: 154) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar dalam hal ini harus dilakukan dengan sengaja,direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu. Guru dengan sengaja menciptakan kondisi dan lingkungan yang menyediakan kesempatan belajar kepada para siswa untuk mencapai tujuan tertentu, dilakukan dengan cara tertentu, dan diharapkan memberikan hasil tertentu pula kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008: 154).

2.1.2. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aktifitas untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa belangsung optimal di dalam lingkup sekolah. Menurut Brunner dalam Anni (2012: 172) mendefinisikan pembelajaran usaha sadar pendidik untuk mengkondisikan lingkungan sehingga peserta didik memperoleh pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan kemauan belajar. Menurut Briggs dalam Anni (2012: 157) Pembelajaran


(27)

merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sehingga peserta didik memperoleh kemudahan. Untuk mencapai kemudahan tersebut pembelajaran menuntut seseorang dalam memahami suatu konsep. Pembelajaran dikatakan efektif apabila mampu menyerap informasi yang telah diajarkan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukan oleh Glass dan Holyoak dalam Miftahul Huda (2014: 2) bahwa dalam pembelajaran perlu, menggunakan memorinya untuk melacak apa saja yang harus ia serap dan bagaimana ia menilai informasi yang telah ia peroleh. Berdasarkan penjelasan tersebut pembelajaran memang menjadi satu hal yang mutlak diperlukan untuk mencapai suatu tujuan belajar. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat di miliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu (Wina Sanjaya ,2007: 86).

2.1.3. Tinjauan Motivasi Belajar 2.1.3.1. Pengertian Motivasi Belajar

Pada dasarnya motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan tujuan keberhasilan dalam belajar. Istilah motivasi berawal dari kata”motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu


(28)

14

tujuan (Sardiman, 2007: 73). Sebenarnya motivasi merupakan istilah yang lebih umum untuk menunjuk pada seluruh proses gerakan,termasuk situasi yang mendorong,dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya,dan tujuan atau akhir dari perbuatan(Sardiman, 2007:73).

Menurut Mc.Donald dalam Sardiman (2007: 73), Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut ada tiga hal penting, yaitu:

1) Motivasi itu mengawali terjadinya energi pada setiap individu manusia, 2) Motivasi tersebut ditandai dengan munculnya rasa ”feeling” atau afeksi

seseorang.

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukan Anni (2012: 134) motivasi belajar menggambarkan proses yang dapat:

a) Memunculkan dan mendorong perilaku, b) Memberikan arah atau tujuan perilaku,

c) Memberikan peluang terhadap perilaku yang sama, dan d) Mengarahkan pada pilihan perilaku tertentu.

Menurut Sardiman (2007: 75) Motivasi dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,dan bila ia tidak suka,maka akan berusaha meniadikan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,merasa senang dan semangat untuk belajar. Seseorang tidak memiliki motivasi,kecuali karena paksaan atau sekedar seremonial.


(29)

Pada hakikatnya motivasi di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti siswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi, boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Maka dari itu, kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/belajar.

2.1.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Anni (2012:135) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

1) Sikap

Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku peran (guru-murid, orang tua-anak, dan sebagainya).

2) Kebutuhan

Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan. Semakin kuat seseorang merasakan kebutuhan, semakin besar peluangnya untuk mengatasi perasaan yang menekan di dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila siswa


(30)

16

membutuhkan atau menginginkan sesuatu untuk dipelajari, mereka cenderung sangat termotivasi.

3) Rangsangan

Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Rangsangan secara langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar siswa. Apabila mereka tidak menemukan proses pembelajaran yang merangsang mengakibatkan siswa yang pada mulanya termotivasi untuk belajar pada akhirnya menjadi bosan dan perhatiannya akan menurun.

4) Afeksi

Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional-kecemasan, kepedulian, dan pemilikan-dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Siswa merasakan sesuatu saat belajar, dan emosi siswa tersebut dapat memotivasi perilakunya kepada tujuan. Apabila emosi bersifat positif pada waktu kegiatan belajar berlangsung, maka emosi mampu mendorong siswa untuk belajar keras. Integritas emosi dan berpikir siswa itu dapat mempengaruhi motivasi belajar dan menjadi kekuatan terpadu yang positif, sehingga akan menimbulkan kegiatan belajar yang efektif.

5) Kompetensi

Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah berusaha keras berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan


(31)

tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas. Dalam situasi pembelajaran, rasa kompetensi pada diri siswa itu akan timbul apabila menyadari bahwa pengetahuan atau kompetensi yang diperoleh telah memenuhi standar yang telah ditentukan. Apabila siswa mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa yang telah dipelajari, dia akan merasa percaya diri. Perolehan kompeten dari belajar baru itu selanjutnya menunjang kepercayaan diri, yang selanjutnya dapat menjadi faktor pendukung dan motivasi belajar yang lebih luas.

6) Penguatan

Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. Penggunaan peristiwa penguatan yang efektif, seperti penghargaan terhadap hasil karya siswa, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian, dinyatakan sebagai variabel penting di dalam perancangan pembelajaran.

2.1.3.3. Fungsi Motivasi Belajar

Fungsi motivasi menurut Sardiman (2007:85) adalah sebagai berikut:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan mellakukan kegiatan beljar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.


(32)

18

Sedangkan Purwanto (2007: 70) menyebutkan fungsi motif adalah:

1. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat / bertindak. Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

2. Motif itu menentukan arah perbuatan. Yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang haruus ditempuh.

3. Motif itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu degan mengenyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Seorang yang benar-benar ingin mencapai gelarnya sebagai sarjana, tidak akan menghambur-hamburkan waktunya dengan berfoya-foya/bermain kartu, sebab perbuatan itu tidak cocok dengan tujuan.

2.1.3.4. Ciri - Ciri Motivasi Belajar

Motivasi belajar, pada umumnya memiliki beberapa indikator atau unsur yang mempunyai peranan dalam keberhasilan seseorang.

Indikator motivasi belajar menurut Uno (2009: 23) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. adanya hasrat dan keinginan berhasil

2. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. adanya penghargaan dalam belajar

5. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6. adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Sedangkan Menurut Sardiman (2007: 83) beberapa ciri motivasi pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama,tidak pernah berhenti sebelum selesai)


(33)

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

3. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4. Lebih senang bekerja sendiri.

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin hal yang bersifat rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,berulang-ulang begitu saja,sehingga kurang kreatif).

6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu) 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas,berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik,kalau siswa tekun mengerjakan tugas,ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Hasil belajar akan menjadi optimal,kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan,akan makin berhasil pula pelajaran. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar (Sardiman, 207: 83).

2.1.3.5.Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan segala aktivistas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam


(34)

20

kegiatan belajar mengajaran seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

Sardiman (2007: 92) menyatakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkann motivasi dalam kegiatan belajar mengajar disekolah, antara lain:

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Siswa beranggapan angka yang baik merupakan pencapaian hasil belajaryang sejati. Oleh karena itu, guur harus memberikan pengertian bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan value yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekadar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak memiliki bakat menggambar.

3. Saingan/kompetensi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


(35)

4. Ego-involvement

Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik denga menjaga harga dirinya.penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya

5. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.

6. Mengetahui Hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau tahu terjadi kemajuan, akan terdorong siswa untuuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat maka akan ada motivasi dalam diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus menungkat.

Menurut De Dece dan Grawford (dalam Djamarah, 2002: 135) “Ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik kearah yang menunnjang tercapainya tujuan pengajaran.”

2.1.3.6. Prinsip - Prinsip Motivasi Belajar

Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa,karena fungsinya yang mendorong, menggerakan, dan mengarahkan kegiatan belajar (Oemar Hamalik, 2008: 156). Karena itu, prinsip-prinsip penggerakan motivasi belajar itu sendiri. Adapun beberapa prinsip belajar dan motivasi belajar dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut :


(36)

22

1. Kebermaknaan

Siswa akan termotivasi belajar apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya. Ada kemungkinna pelajaran yang disajikan oleh guru tidak dirasakan sebagai bermakna berusaha menjadikan pelajarannya dengan makna bagi semua siswa. Caranya yaitu mengaitkan pelajarannya dengan pengalaman masa lampau siswa, tujuan-tujuan masa mendatang, dan minat serta nilai-nilai yang berarti bagi mereka.

2. Modelling

Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengajarkannya dalam bentuk tingkah laku model, bukan dengan hanya menceramahkan/menceritakannya secara lisan.

3. Novelty

Siswa lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (novelty) atau masih asing. Sesuatu gaya dan alat yang baru atau masing-masing bagi siswa akan lebih menarik perhatian mereka untuk belajar,misalnya yang belum pernah dilihat sebelumnya. Cara-cara tersebut misalnya menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi,berbagai alat bantu,tugas macam-macam kegiatan yang mungkin asing bagi mereka.

4. Latihan/Praktik yang Aktif dan Bermanfaat

Siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam latihan/praktik untuk mencapai tujuan pengajaran. Praktik secara aktif berarti


(37)

siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis.

2.1.4. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa memang menjadi tolak ukur dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat di ketahui melalui berbagai macam penilaian, selain itu hasil belajar ditandai adanya perubahan aktivitas siswa. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Hamalik (2010: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjdainya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari yang tidak tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan lainnya.

Menurut Anni (2012: 69) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan peilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Sedangkan menurut Carl dalam (Sudjana, 2009: 39) menyatakan hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi lingkungan. Adanya pengaruh dalam siswa merupakan hal yang wajar, sebab kemampuan siswa berbeda-beda dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pernyataan tersebut dikemukan juga oleh Benyamin S. Bloom dalam Anni (2012: 70) hasil belajar yang hendak dicapai harus meliputi ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Penjabarannya sebagai berikut:


(38)

24

1. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sinesis, dan penilaian.

2. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Ranah afektif meliputi penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Ranah psikomotorik meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, kemahiran komunikasi verbal, dan kemahiran komunikasi nonverbal.

Hasil belajar sesuai dengan kurikulum 2013 di tetapkan dalam Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) merupakan Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Penentuan KKM ditetapkan oleh satuan pendidikan dan KKM yang telah ditentukan oleh pemerintah. Menurut Wina Sanjaya (2007: 70 ) dalam kurikulum, kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standar dalam pencapaian tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan untuk memudahkan dalam merancang strategi dan indikator keberhasilan dan ketuntasan belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik atau setidaknya kurang lebih 75 % menurut Mulyasa dalam (Nisa, 2006: 102).


(39)

Berdasarkan beberapa pendapat menurut Anni, dkk (2012: 69), maka hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar yang ditandai dengan perubahan aktivitas yang meliputi beberapa penilaian pengetahuan, keterampilan,dan sikap.

2.1.5. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

2.1.5.1 Pengertian

Menurut Manohar (dalam Noriasih, 2008), model reciprocal teaching tidak hanya membantu memahami bacaan tetapi juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk memantau sendiri proses belajar dan berpikir. Reciprocal Teaching merupakan strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman, di mana siswa berperan sebagai “guru” menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan, pembimbing yang melakukan scaffolding (bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang tahu) (Muslimin Ibrahim, http://www.kpicenter.org/index).. Pendekatan reciprocal teaching mengacu pada sekumpulan kondisi belajar di mana siswa melakukan sekumpulan kegiatan kognitif tertentu dan perlahan-lahan baru melakukan kegiatan secara mandiri (Muslimin Ibrahim, http://www.kpicenter.org/index).

Ann Brown (1982) dan Anne Marie Palinscar (1984) mengemukakan bahwa dengan pengajaran timbal balik dimana guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan prilaku tertentu dan kemudian membantu siswa


(40)

26

mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu sistem scaffolding.

Model Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik) dalam (Nur dan Prima 2004) merupakan model pengajaran yang diciptakan oleh Ann Brown dan Anne Marie Pallinscar. Ada beberapa definisi mengenai pengajaran terbalik dan semua definisi tersebut pada dasarnya memiliki pengertian yang sama. Reciprocal Teaching adalah pendekatan konstruktivis didasarkan pada prinsip pengajuan pertanyaan, mengajar ketrampilan metakognitif melalui pengajaran dan pemodelan guru untuk memperbaiki kinerja siswa yang memiliki pemahaman rendah.

Menurut Foster dan Rotoloni (2005) Pengajaran timbal balik (Reciprocal Teaching) adalah pembelajaan yang berpusat pada siswa dimana siswa dan guru beralih peran dalam pelajaran dan termasuk dalam pembelajaran kooperatif dimana dialog yang mengungkapkan peserta didik proses berpikir tentang pengalaman belajar.

2.1.5.2. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

Menurut Miftahul Huda (2014: 216) strategi pembelajran reciprocal teaching dapat dilihat sebagai berikut ini.

1. Langkah 1 – Peragaan Awal

Bimbinglah siswa untuk belajar dengan memperagakan,mengikuti,dan menerapkan strategi-strategi pembaca efektif diatas selama proses membaca. Bacalah salah satu bagian teks dengan teks dengan keras dan peragakan empat


(41)

langkah tersebut meringkas, mengklarifikasi, mempertanyakan, dan memprediksi.(*prediksi bisa menjadi optional bergantung pada materi yang dipelajari).

2. Langkah 2 – Pembagian Peran

Dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari empat siswa,bebankan satu peran pada masing-masing anggota sebagai summarizer (perangkum), questioner (penanya), clarifier (pengklarifikasi), dan predictor (penduga).

3. Langkah 3 – Pembacaan dan Pencatatan

Mintalah siswa untuk membacakan beberapa paragraph dari teks terpilih. Mintalah mereka untuk menggunakan strategi mencatat, seperti mengaris bawahi, mengcoding, dan sebagainya.

4. Langkah 4 – Pelaksanaan Diskusi

Siswa yang berperan sebagai prediktor bertugas membantu kelompoknya menghubungkan bagian-bagian teks dengan menyajikan prediksi-prediksi dari bagian sebelumnya dan juga membantu kelompoknya untuk memprediksi apa yang akan mereka baca selanjutnya dengan menggunakan isyarat-isyarat atau kesimpulan-kesimpulan sementara dalam teks. Questioner bertugas membantu kelompok untuk bertanya dan menjawab pertanyaan tentang teks tersebut dan mengingatkan kelompok untuk menggunakan seluruh jenis pertanyaan (level tinggi dan level rendah). Summariser bertugas menegaskan kembali gagasan utama dalam teks dan membantu kelompok menegaskan gagasan utama dalam teks tersebut dengan bahasa mereka sendiri. Clarifier membantu kelompok


(42)

28

menemukan bagian-bagian teks yang tidak jelas dan menemukan cara-cara untuk memperjelas kesulitan-kesuliat ini.

5. Langkah 5 – Pertukaran Peran

Peran-peran dalam kelompok harus saling ditukar satu sama lain. Teks yang berbeda juga perlu disajikan. Siswa mengulang proses ini dnegan peran yang baru. Teruslah proses ini hingga topik /teks telah dipilih selesai dipelajari.

Sedangkan menurut Suratno (2008: 152) strategi pembelajaran reciprocal teaching sebagai berikut:

1. Menyusun Pertanyaan

Strategi bertanya digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini, siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada dirinya sendiri.

2. Memprediksi Jawaban

Pada tahap ini siswa diajak untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan informasi dari hasil membaca, kemudian digunakan untuk memprediksi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat sendiri oleh siswa.

3. Mengklarifikasi Jawaban

Pada tahap ini siswa mengklarifikasi jawaban yang dibuat dengan mengacu pada materi pelajaran yang disediakan oleh guru.

4. Membuat Rangkuman

Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal-hal-hal yang tidak pentin


(43)

2.1.5.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

Menurut Inung (2012: 138) Model pembelajaran Reciprocal Teaching memiliki kekuatan-kekuatan sebagai berikut:

1. Melatih kemampuan siswa belajar mandiri sehingga kemampuan dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan. Reciprocal Teaching juga melatih siswa untuk menjelaskan kembali kepada pihak lain.

2. Melatih siswa untuk menjelaskan kembali materi yang dipelajari kepada pihak lain.Penerapan pembelajaran ini memfasilitasi siswa dalam mempresentasikan idenya.

3. Selama kegiatan pembelajaran,siswa membuat rangkuman. Jadi siswa terlatih untuk menemukan hal-hal peting dari apa yang siswa pelajari dan ini merupakan keterampilan penting untuk belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar.

Menurut Nur Efendi (2013: 87) kelemahan-kelemahan model pembelajaran Reciprocal Teaching :

1. Membutuhkan waktu yang lama.

2. Sangat sulit diterapkan jika pengetahuan siswa tentang materi prasyarat kurang 3. Adakalanya siswa tidak mampu akan semakin tidak suka dengan pembelajaran


(44)

30

2.2. Penelitian Relevam

Hasil penelitian yang telah dilakukan Ade Gita Valentino (2010) dengan judul penelitian ”Penerapan Pendekatan Strategi Pengajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi, Prestasi dan Motivasi Belajar pada Mata Pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin Siswa Kelas X di SMKN 6 Malang” telah melakukan penelitian dari hasil penelitan menunjukan hasil dari keadaan awal 55% siswa sering mendapatkan remidi setelah di terapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching meningkat pada siklus I adalah 73,5% dan pada siklus II sebesar 89%, peningkatan hasil belajar sekitar 15,5%. Sedangkan motivasi belajar siswa meningkat dari keadaan awal tidak semua siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran itu terbukti dengan banyaknya siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran dan kurangnya antusias bertanya pada guru mengalami peningkatan sebesar 7,15%.

Hasil penelitian Rahma Seri Harahap (2014) dengan judul penelitian “Implementasi Pendekatan Reciprocal Teaching dengan Strategi Pembelajaran Card Sort untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII BM SMK Muhammadiyah 8 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014” menunjukan dari keadaan awal hasil belajar siswa masih banyak dari ketuntasan belajar menunjukan peningkatan hasil belajar sebesar 34,37% dan peningkatan aktivitas belajar meningkat sekitar 28,12% dengan kategori baik dari keadaan awal siswa cenderung pasif dan kurang antusias.


(45)

Hasil penelitian Ching-Thing Huang dan Shu Ching Yang (2015) dengan judul penelitian “Effects of Online Reciprocal Teaching on Reading Strategies, Comprehension, Self-Efficacy, and Motivation” dari hasil penelitian menunjukan pemahaman dalam membaca menjadi meningkat dengan diterapkannya model Reciprocal teaching dengan tiga jenis strategi yaitu global, dukungan, dan pemecahan masalah. Selain itu, dengan penggunaan model ini meningkatkan konsisten peningkatan prestasi belajar siswa dan motivasi belajar.

Berdasarkan penelitian Akinsola (2013) dengan judul penelitian “Effectiveness Of Reflective - Reciprocal Teaching On Pre-Service Teachers’ Achievement And Science Process Skills In Integrated Science” menunjukan guru berperan sebagai teaching learning yang mampu mempersiapkan bahan ajar, rencana pelajaran, memberikan pelajaran, dan umpan balik yang mampu berperan sebagai fasilitator dalam memecahkan masalah. Sedangkan keterampilan sosial, komunikasi, dan menngkatkan kerjasama sehingga tercapai peningkatan prestasi belajar.


(46)

32

2.3. Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Kerangka berfikir

(dalam LPMP Jateng, 2008)

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, kondisi awal guru masih menerapkan pembelajaran ceramah yang menyebabkan siswa mengalami motivasi yang rendah, pemahaman materi siswa rendah, dan hasil belajar jauh di bawah KKM. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut perlu adanya action atau tindakan yang dilakukan yaitu menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching. Tindakan yang dilakukan terdiri dari 2 siklus. Dari siklus 1 dan siklus 2 diharapkan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saat kondisi awal dapat

Kondisi awal Guru menggunakan model ceramah

Siswa :

- Motivasi rendah

- Pemahaman materi rendah

- Hasil belajar jauh dibawah KKM

Menerapkan model Reciprocal Teaching

Siklus I Siklus II

Tindakan


(47)

teratasi. Kondisi akhir melalui pemberian tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 dapat meningkatkan motivasi belajar dan KKM siswa.

2.4. Hipotesis

1. Ada peningkatan motivasi belajar menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

2. Ada peningkatan Nilai KKM menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching


(48)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Model Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan sebuah metode agar hasil yang diharapakan sesuai dengan rencana. Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu ingin meningkatkan motivasi belajar dan KKM maka penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian yang akan dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif artinya peneliti berkolaborasi atau bekerja sama dengan guru kelas X Multimedia. Sedangkan partisipatif artinya peneliti berpartisipasi dalam proses pembelajaran

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru, menurut Suharsimi Arikunto (2006: 93) perlu berkolaborasi dengan seorang atau tim peneliti. Baik peneliti maupun guru bersama-sama membuat rancangan penelitiannya, selanjutnya guru itulah yang melaksanakan di kelas, dan peneliti yang mengadakan pengamatan. Setelah proses pengamatan selesai, guru dan tim peneliti mengadakan refleksi dalam bentuk diskusi bersama.

Desain penelitian yang akan peneliti gunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart. Adapun tahapan dalam penelitian tindakan ini sebagai berikut : 1. Perencanaan (Planning)

2. Tindakan atau aksi (Acting) 3. Pengamatan (Observing) 4. Refleksi (Reflecting)


(49)

Adapun model Penelitian Tindakan Kelas oleh Kemmis dan Mc Taggart untuk menggambarkan adanya empat langkah, yang disajikan dalam bagan seperti pada gambar 3.1 di bawah ini.

SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suharsimi Arikunto, 2010: 137)

Penelitian ini sebagaimana diacu dalam teks dilaksanakan dalam dua siklus. Berikut perbandingan perlakuan siklus I dan siklus II disajikan dalam tabel berikut:

Perencanaan SIKLUS I Pengamatan

Pelaksanaan Perencanaan

SIKLUS II Pengamatan

Pelaksanaan

?

Refleksi


(50)

36

Tabel 3.1. Penjabaran Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

1. Perencanaan siklus I

Kegiatan perencanaan dimulai dengan konsultasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen untuk mengukur motivasi belajar siswa, dan alat evaluasi berupa test untuk mengukur aspek kognitif siswa. Guru membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 3-4 orang setiap kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan akademis siswa dengan melihat penilian guru baik nilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

1. Perencanaan siklus II

Kegiatan perencanaan dilakukan dengan mengadakan koordinasi terkait kendala-kendala yaitu diskusi yang belum maksimal, nilai tes evaluasi yang jauh dari KKM, serta siswa masih belum termotivasi belajar. Guru membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 3-4 orang setiap kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan akademis siswa dengan melihat penilian guru baik nilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 2. Pelaksanaan siklus I

Kegiatan yang dilakukan pada siklus I terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: 1) Pendahuluan

Guru membuka pelajaran dengan salam dan memeriksa kehadiran siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, serta memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.

2. Pelaksanaan siklus II

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: 1) Pendahuluan

Guru membuka pelajaran dengan salam kepada peserta didik, tujuan pembelajaran dan sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan berpikir kritis guru mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah diterangkan sebelumnya. Sebelum proses pembelajaran dimulai guru memberikan video tentang motivasi belajar agar siswa tertarik mengikuti proses pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti guru menjelaskan kepada siswa tentang penggunaan model pembelajaran Reciprocal teaching. Untuk tahapan model pembelajaran Reciprocal teaching adalah sebagai berikut:

2) Kegiatan inti

Berdasarkan Kegiatan ini dimulai dari guru mulai menerangkan materi terlebih dahulu dengan pelan-pelan sesuai koordinasi dengan siswa, setelah itu mulai mempraktikan contoh yang diberikan kemudian siswa mengikuti perintah yang dilakukan guru. Setelah siswa mengikuti perintah guru maka guru menanyakan hal-hal apa saja yang belum dipahami. Kegiatan dilanjutkan dengan tahapan pembelajaran Reciprocal teaching. Untuk tahapan pembelajaran adalah sebagai berikut:


(51)

a. Merangkum

Kegiatan ini dilakukan untuk merangkum materi yang telah ditugaskan secara kelompok. Pada siklus pertama siswa merangkum materi dasar-dasar HTML. Setelah semua kelompok selesai merangkum, setiap kelompok di tuntut untuk menemukan terkait materi yang belum di pahami. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali tingkat pemahaman materi dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa.

a. Merangkum

Siswa merangkum dan melanjutkan desain rancangan produk untuk mengimplementasikan pembuatan tabel menggunakan HTML.

b. Membuat pertanyaan

Siswa membuat pertanyaan terkait materi yang sudah di pelajari.

b. Membuat pertanyaan

Pada tahapan ini siswa membuat pertanyaan terhadap bahan rangkuman yang telah dibuat.

c. Memprediksi

Setelah siswa membuat pertanyaan, selanjutnya siswa membuat prediksi jawaban terhadap soal yang sudah dibuat.

c. Memprediksi

Tahapan ini siswa dituntut memprediksi jawaban terhadap permasalahan yang di buat.

d. Presentasi

Siswa mempresentasikan contoh soal dan penyelesaiannya. Dengan penerapan pembelajaran ini sebagai latihan siswa dalam mengembangkan kemampuan menjelaskan ide-ide yang telah dirancang siswa. Selain itu, melalui presentasi untuk lebih mengetahui pemahaman siswa terkait materi.

d. Presentasi

Tahapan presentasi ini siswa mempresentasikan hasil ide mereka yang telah diselesaikan.

3) Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru beserta siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Guru beserta peserta didik menyampaikan kesimpulan hasil pembelajaran dan memberikan penugasan untuk pertemuan selanjutnya. Setelah proses pembelajaran selesai dilanjutkan pemberian soal tes evaluasi.

3) Penutup

Kegiatan penutup guru beserta siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Guru beserta peserta didik menyampaikan kesimpulan hasil pembelajaran. Setelah proses pembelajaran selesai dilanjutkan pemberian soal tes evaluasi.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran di kelas. dalam pengamatan ini, peneliti menilai siswa berdasarkan

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran, peneliti menilai siswa berdasarkan penilaian motivasi


(52)

38

penilaian motivasi belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat.

belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi tindakan pada siklus I difokuskan pada permasalahan yang belum bisa teratasi. Masalah yang terjadi pada siklus I adalah siswa masih belum serius dalam memahami materi yang belum mereka kuasai terlihat ketika diskusi kelompok. Selain itu, permasalahan yang terlihat adalah siswa tidak memiliki motivasi belajar dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. Siswa cenderung ramai ketika proses diskusi. Dari hasil tes evaluasi hanya 41% siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM. Hasil tersebut belum mencapai indikator keberhasilan.

4. Refleksi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siklus-II, kendala-kendala yang dihadapi guru pada siklus-I telah dilakukan tindakan perbaika yaitu diskusi lebih terarah dengan menerapkan punishment kepada kelompok yangmasih ramai . Untuk itu, peneliti merasa tidak perlu lagi melanjutkan ke siklus selanjutnya.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Palebon Semarang yang beralamat di Jalan Palebon Raya No.30 Semarang. Penelitian dimulai pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada tanggal 27 April 2015 sampai dengan 14 Mei 2015.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:130). Menurut Sugiyono (2012: 17), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(53)

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006:13). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 118). Secara prinsip dalam penelitian tindakan kelas, populasi dan sampel tidak ada. Karena kelas yang menjadi objek penelitian sudah ditentukan sejak awal sebagai kelas yang bermasalah, dimana populasi dan sampelnya adalah dengan jumlah 1 kelas berjumlah 37 siswa yaitu kelas X Multimedia SMK Palebon.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel menurut Suharsimi Arikunto (2010: 161) merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel sebagai objek penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006: 119) variabel dibedakan menjadi 2 berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, yaitu:

1. Variabel Independent (Variabel Bebas)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau variabel yang menjadi penyebab. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: model pembelajaran Reciprocal teaching.

2. Variabel Dependent (Variabel Terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu: motivasi dan KKM kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang.


(54)

40

3.5. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 192), instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode. Instrumen dalam penelitian sama halnya dengan alat evaluasi. Alat evaluasi secara garis besar digolongkan menjadi dua macam, yaitu Tes dan Non-test (bukan tes). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2009: 221). Adapun data-data yang diperoleh oleh penulis yaitu daftar nama, jumlah siswa, nilai ulangan harian pemrograman web kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang tahun ajaran 2014/2015, lembar penilaian sikap, dan foto dokumentasi penelitian.

b. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2010 :193). Alat yang digunakan untuk metode tes ini yaitu tes evaluasi, yaitu alat ukur yang mampu menentukan kemampuan seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran. Tes ini akan dilaksanakan pada tiap siklusnya. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2013: 73).


(55)

Tes yang digunakan adalah tes tertulis menggunakan soal tes obyektif (pilihan ganda). Tes pilihan ganda hasilnya dapat dikoreksi secara cepat dengan hasil yang dapat dipercaya menurut Nurgiyantoro (dalam Wuri, 2010: 123). Untuk pensekoran tes pilihan ganda menggunakan pensekoran dengan cara setiap butir soal dijawab benar mendapat nilai satu.

c. Observasi

Observasi (observation) merupakan metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung (Ngalim Purwanto, 2009: 149). Sedangkan menurut Suharsimi (2006: 156) dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indra. Jenis observasi ada dua cara:

1. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Pada penelitian ini menggunakan obsevasi sistematis. Peneliti bersama pengamat mengamati proses pembelajaran selama penelitian. Lembar observasi digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa pada setiap siklusnya.


(56)

42

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006: 151). Penelitian ini menggunakan metode dan instrument berupa angket dengan bentuk skala bertingkat. Skala bertingkat ini merupakan sebuah pertanyaan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju (Suharsimi Arikunto, 2006: 152).

3.6.Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan teknik pengumpulan data menggunakan instrumen. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 203) metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Variasi metode yang dimaksud adalah: tes dan pengamatan atau observasi. Berikut adalah tabel mengenai metode dan instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 3.2

Metode dan Instrumen Penelitian

Metode Instrument

1. Tertulis Soal tes

2. Observasi/Pengamatan Check list

3. Dokumentasi Kerangka, sistematika dan data hasil analisis

Dikutip dari: Suharsimi Arikunto (2010: 204).

Untuk mendapatkan keberhasilan dalam penelitian, diperlukan adanya instrumen yang bisa dipercaya dan valid. Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan perlu diuji (Validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, daya beda, dan lain-lain)


(57)

3.6.1 Validitas

Validitas merupakan suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Instrument yang valid mempunyai validitas yang tinggi (Suharsimi, 2010: 211). Validitas secara garis besar ada dua macam, yaitu validitas logis dan validitas empiris. Dalam penelitian ini yang akan dipaparkan hanya validitas logis. Validitas logis sebuah instrumen menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran (Suharsimi, 2009: 65). Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, salah satunya validitas isi (content validity). Validitas isi mengukur tujuan khusus sebuah tes yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Suharsimi, 2009: 67). Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Sugiyono 2013: 177). Rumus yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal adalah rumus korelasi moment angka kasar (Suharsimi Arikunto, 2006: 170):

r

xy

=

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑ ... 1)

Keterangan:

r

xy = koefisien korelasi product moment

N = banyaknya subyek

∑X = jumlah skor tiap item soal ∑Y = jumlah skor total


(58)

44

Harga r yang diperoleh dibandingkan dengan r table product moment dengan taraf signifikan 5% karena untuk pendidikan. Jika harga r hitung > r table product moment, maka item soal yang diuji bersifat valid.

3.6.2. Reliabilitas

Menurut Suharsimi (2010: 221), reliabel artinya dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Artinya, berapa kali pun data diambil, tetap akan sama. Dalam penelitian ini reliabilitas tes diuji dengan rumus K-R 20 (Suharsimi Arikunto, 2006: 188) yang di rumuskan sebagai berikut:

r

11

=

...

….……….….……… 2)

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir item vt = varian total

p = jumlah siswa yang menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan q = jumlah siswa yang menjawab dengan salah butir item yang bersangkutan, atau

q=1-p

∑pq = jumlah dari hasil perkalian p dengan q


(59)

∑ ∑

...….……….….………3) Keterangan:

Vt = Varian total

Y = Skor Siswa N = jumlah siswa

Pengujian reliabilitas soal tes uji coba dilakukan hanya pada soal-soal yang telah valid, dan dianalisis tingkat kesukaran soal serta daya pembeda butir soal. Harga r yang diperoleh dibandingkan dengan r table product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika harga r hitung > r tabel product moment, maka item soal yang diuji bersifat reliabel.

3.6.3. Indeks Kesukaran

Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 207), indeks kesukaran merupakan bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk menghitung taraf kesukaran soal dari suatu tes (Suharsimi Arikunto, 2009: 208) dipergunakan rumus sebagai berikut:

...4) Keterangan:

P = Indeks Kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS= jumlah seluruh siswa peserta tes


(60)

46

Kriteria indeks kesukaran soal (P) disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3.3

Kriteria Indeks Kesukaran Soal

Interval Kriteria

P > 0,70 Mudah

0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

P < 0,03 Sukar

3.6.4. Daya Beda Soal

Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 211) daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda tes dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

...5) Keterangan:

D = indeks daya pembeda

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Suharsimi(2009:218) mengemukakan klasifikasi daya beda D, yaitu: D : 0,00 – 0,20 : jelek(poor)


(61)

D : 0,41 – 0,70 : baik (good)

D : 0,71 – 1,00 : sangat baik (excellent)

D : negatif, semuanya tidak baik semua butir soal yang mempunyai nilai negatif sebaiknya di buang saja.

3.6.5. Analisis Lembar Observasi

Analisis lembar observasi digunakan untuk menilai motivasi belajar siswa. Adapun perhitungannya mengguanakan skala penilaian yang indikatornya dipaparkan berdasarkan aspek-aspek tertentu dalam bentuk rubric penilaian. Jumlah skala penilaian kemudian ditafsirkan dengan rentang kuantitatif dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

...6) Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor Maksimum

100 = Bilangan tetap

(Purwanto,2010 :102)

3.6.6. Indikator Keberhasilan

Berdasarkan ketetapan kurikulum 2013 penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh pihak sekolah. Penentuan ketuntasan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan kemampuan rata-rata peserta didik,


(62)

48

mengidentifikasi indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar, dan kemampuan daya dukung. Untuk keberhasilan penelitian, bisa dilihat dari hasil tes kognitif, tes ketrampilan, dan lembar observasi motivasi belajar siswa. Peningkatan hasil belajar ditandai dengan tercapainya nilai KKM > 75 secara individual dan kurang lebih mencapai 75% secara klasikal baik penilaian praktik dan juga observasi motivasi belajar siswa.

3.7. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian yang sudah terkumpul selanjutnya dilakukan analisa. Data hasil observasi dianalisa secara deskriptif kualitatif, sedangkan data hasil tes evaluasi dianalisa secara kuantitatif. Analisa data hasil observasi mengenai motivasi belajar hasilnya diklasifikasikan dengan rentang kualitatif sebagai berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Motivasi Belajar

Interval Kriteria

75% < rata-rata ≤ 100% Sangat Baik 50% < rata-rata ≤ 75% Baik 25% < rata-rata ≤ 50 % Cukup Baik

0% ≤ rata-rata ≤ 25% Kurang Baik Sumber: Safari, 2005:103

Sedangkan untuk analisa hasil belajar untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan hasil belajar siswa atau biasa disebut KKM yang telah ditetapkan yaitu 75, maka siswa yang mendapatkan nilai kurang 75 dinyatakan belum tuntas belajar, sedangkan siswa yang mendapat nilai > 75 telah tuntas belajar. Untuk menghitung hasil belajar setiap siswa aspek kogntif menggunakan


(63)

rumus percentages correction (hasil yang dicapai setiap siswa dihitung dari persentase jawaban yang benar), yaitu :

………7)

Keterangan :

S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = skor maksimum dari tes tersebut

100 = bilangan tetap

(Purwanto,Ngalim. 2010 :112)

3.7.1 Perhitungan Nilai Rata-rata

Untuk mendapatkan nilai rata-rata dari hasil evaluasi pada setiap pertemuan digunakan rumus :

∑ ………8)

Keterangan :

: Mean (rata-rata)

: Jumlah nilai

N : Jumlah yang akan dirata-rata

(Arikunto, 2009 : 264 ) 3.7.2. Ketuntasan Belajar Klasikal

Untuk menghitung ketuntasan belajar klasikal menggunakan rumus sebagai berikut:


(64)

50

Keterangan :

KB = Ketuntasan Belajar Klasikal n = Jumlah siswa yang tuntas

N = Jumlah seluruh siswa


(65)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Uji Coba

Sebelum diguankan sebagai alat evaluasi, 40 butir soal diuji terlebih dahulu untuk diketahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Berikut hasil analisisnya:

a. Uji Validitas

Validitas butir soal dicari dengan rumus korelasi product moment angka kasar, dengan menggunakan taraf signifikan sebesar 5% karena penelitian ini termasuk penelitian pendidikan. Taraf signifikan 5% artinya kebenaran/ validitasnya mencapai 95%. Dari hasil perhitungan, harga r yang diperoleh dibandingkan dengan r table product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika Jika harga r hitung > r table product moment (nilainya sebesar 0.444), maka item soal yang diuji bersifat valid. Rumus korelasi moment angka kasar (Arikunto, 2006: 170), yaitu:

= ∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba

No. Soal Keterangan

1,2,5,6,9,10,11,12,13,14,16,19, 20,21,22,23,24,25,26,27,28,30, 33,34,35,36,37,39,40

0.445 – 0.703 Valid ( > 0.445) 3,4,7,8,15,17,18,29,31,32,38 (-0.216)-0.369 Tidak Valid ( < 0.444) Catatan: Selengkapnya hasil uji validitas ada di lampiran


(66)

52

b. Uji Reliabilitas

Analisis reliabilitas dengan menggunakan teknik K , rumus uji reliabilitas dapat dijabarkan sebagai berikut:

= ∑ ∑ ∑ √ (∑ ) ∑ (∑ ) ∑ =

√ =

= √ =

= 0,68057

Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus tersebut, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,68057. Harga r yang diperoleh dibandingkan dengan r table product moment dengan taraf signifikan 5%. Harga r hitung > r tabel product moment, sehingga kesimpulan pada perhitungan manual diatas adalah r hitung (0,68057) > r tabel ( 0,444) item soal yang diuji bersifat reliable dengan tingkat reliabilitas yang tinggi.

c. Indeks Kesukaran Soal

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran soal, hasilnya dapat dijabarkan sebagai berikut: Diperoleh 3 kriteria soal yang sesuai dengan tabel klasifikasi indeks kesukaran soal di bawah ini:

Tabel. 4.2

Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal

Interval Kriteria

P > 0,70 Mudah

0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang


(67)

Adapun hasil analisis indeks kesukaran soal uji coba adalah sebagai berikut: Tabel. 4.3

Hasil Analisis Indeks Kesukaran Soal Uji Coba

Nomor Soal Kriteria Jumlah soal

2,3,4,6,7,8,11,12,15,17,18,27, 28,31,38,39

Mudah

(0.75-0.95) 16

1,5,9,10,13,14,16,21,25,29,30, 32,34,35,36,

Sedang

(0.3-0.75) 15

19,20,22,23,24,26,33,37,40 Sukar

(0.05-0.2) 9

d. Daya Pembeda Soal

Dari hasil analisis diperoleh kriteria soal uji coba dengan daya pembeda: sangat baik (0.71 ≤ D ≤ 1.00), baik (0.41 ≤ D ≤ 0.70), cukup (0.21 ≤ D ≤ 0.40), dan jelek (0.00 ≤ D ≤ 0.20). Namun dalam perhitungan analisis, ditemukan nilai yang tidak memenuhi keempat kriteria tersebut, jadi 2 soal yang memperoleh daya pembeda di bawah 0.00 masuk ke dalam kriteria “Sangat Jelek”. Hasil analisis daya pembeda disajikan dalam tabel berikut:

Tabel. 4.4

Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba

Nomor Soal Interval Kriteria Jumlah Soal

1 0.71-1.00 Sangat Baik 1

5,9,12,14,25,35,36 0.41-0.60 Baik 7

2,6,10,11,16,18,20,21,

22,26,27,28,30,34,39 0.21-0.40 Cukup 15

3,4,7,8,12,17,19,23,24,29,

31,33,37,38,40 0-0.13 Jelek 15


(1)

LAMPIRAN 33


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran Ips

0 7 107

Pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching terhadap penguasaan konsep biologi berbasis nilai: quasi eksperimen pada siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta

0 3 120

Hubungan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Di Sma Negeri 46 Jakarta)

6 25 142

Perbedaan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TTW (Think Talk Write) dan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) di SMA Nusa Putra Tangerang

1 6 154

PENGARUH PEMANFAATAN VIDEO PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PERAKITAN KOMPUTER KELAS X MULTIMEDIA SMK PALEBON

2 40 178

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MATA Penerapan Metode Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ips Pada Siswa Kelas V Sd N 01 Sumberejo Tahun Pel

0 3 14

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MATA Penerapan Metode Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ips Pada Siswa Kelas V Sd N 01 Sumberejo Tahun Pel

0 4 14

PENERAPAN METODE INKUIRI BERBANTU MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMAMPUAN PEMROGRAMAN WEB PADA MATA PELAJARAN DESAIN WEB UNTUK SISWA SMK.

1 4 48

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PEMROGRAMAN DASAR UNTUK KELAS X SMK.

2 11 144

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR

0 0 8