4.3.2. Hasil Belajar
Sebelum memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi untuk mengetahui kondisi awal sebelum pemberian tindakan dilakukan.
Observasi dilakukan pada kelas yang akan diteliti yaitu kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian menunjukan hasil
belajar masih rendah. Hali ini ditunjukan dari sejumlah 37 siswa, hanya 9 siswa yang nilainya mencapai ketuntasan belajar dan 28 siswa tidak tuntas belajar.
Rata-rata nilai siswa sebelum tindakan adalah 53,10 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 24. Padahal ketuntasan belajar dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik atau setidaknya kurang lebih 75 menurut Mulyasa dalam Nisa, 2006: 102.
Analisis hasil tes evaluasi hasil belajar siswa pada siklus I menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching dalam mata pelajaran pemrograman web
mengalami peningkatan dibandingkan pada saat kondisi pra penelitian. Hal ini ditunjukan dari hasil nilai rata-rata siswa sebesar 65,6 dibandingkan keadaan pra
penelitian dengan rata-rata 53,10. Nilai tertinggi sebesar 84 dengan frekuensi perolehan sebanyak 2 siswa dan persentase sebesar 5, sebaliknya nilai terendah
sebesar 32 menunjukan perolehan yang sama dengan nilai tertinggi. Dengan ketuntasan klasikal yang dicapai siklus I naik 17 dari sebelumnya 24 saat pra
penelitian menjadi 41 pada siklus I dari jumlah siswa 37 siswa. Pada saat siklus I peningkatan hasil belajar masih belum mengalami peningkatan yang signifikan.
Selain dari pencapaian ketuntasan klasikal yang belum mencapai indikator
keberhasilan kurang lebih sebesar 75. Jumlah siswa yang
≥ KKM
sebanyak 15 siswa atau sekitar 41 dan yang
≤ KKM
22 siswa atau sekitar 59. Analisis hasil tes evaluasi siklus II, menunjukan bahwa nilai rata-rata
yang dicapai siswa kelas X Multimedia naik sebesar 11,00 dari siklus I 65,6 naik menjadi 76,6 pada siklus II. Nilai tertinggi sebesar 92 dengan frekuensi perolehan
sebanyak 3 siswa dan persentase sebesar 8, sedangkan nilai terendah sebesar 48 dengan frekuensi perolehan sebanyak 1 siswa dan persentase sebesar 3.Dengan
ketuntasan klasikal pada siklus II naik 40 dari sebelumnya 41 saat siklus I naik menjadi 81 saat siklus II dari total siswa sejumlah 37 siswa. Jumlah siswa
yang
≥ KKM
sebanyak 30 siswa atau sekitar 84 dan yang
≤ KKM
sebanyak 7 siswa atau sekitar 16.
Penilaian hasil belajar tidak hanya pada tes evaluasi tetapi juga pada tes keterampilan atau praktik. Hasil tes praktik diperoleh peneliti saat observasi.
Berdasarkan hasil nilai praktik, rata-rata nilai praktik pada saat kondisi pra penelitian 66,57. Dengan persentase ketuntasan klasikal 54. Jumlah siswa yang
≥ KKM
sebanyak 20 siswa atau sekitar 54 dan yang
≤ KKM
sebanyak 17 siswa atau sekitar 46.
Analisis hasil evaluasi tes praktik menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching
saat pelaksanaan siklus I menunjukan rata-rata meningkat menjadi 72,13 dibandingkan keadaan pra penelitian dengan rata-rata 66,57. Nilai
tertinggi sebesar 85 dengan frekuensi perolehan sebanyak 3 siswa dan persentase sebesar 8, sedangkan nilai terendah sebesar 60 dengan frekuensi perolehan
sebanyak 8 siswa dan persentase sebesar 22. Dengan ketuntasan klasikal yang
dicapai siklus I naik 24 dari sebelumnya 54 saat pra siklus menjadi 70 pada siklus I dari jumlah siswa 37 siswa. Akan tetapi, ketuntasan klasikal belum
mencapai indikator kurang lebih 75. Jumlah siswa yang
≥ KKM
sebanyak 26 siswa atau sekitar 70 dan yang
≤ KKM
sebanyak 11 siswa atau sekitar 30. Nilai rata-rata praktik yang dicapai siswa kelas X Multimedia pada siklus
II naik sebesar 6,53 dari siklus I sebesar 72,13 naik menjadi 78,66 pada siklus II. Nilai tertinggi sebesar 90 dengan frekuensi perolehan sebanyak 5 siswa dan
persentase sebesar 14, sedangkan nilai terendah sebesar 65 dengan frekuensi perolehan sebanyak 2 siswa dan persentase sebesar 5. Dengan ketuntasan
klasikal yang dicapai pada siklus II naik 22 dari sebelumnya yaitu sebesar 70 saat siklus I naik menjadi sebesar 95 saat siklus II dari total siswa berjumlah 37
siswa. Jumlah siswa yang
≥ KKM
sebanyak 35 siswa atau sekitar 70 siswa dan yang
≤ KKM
sebanyak 2 siswa atau sekitar 5. Dengan begitu penelitian tindakan kelas ini dapat diakhiri karena kedua nilai sudah mencapai indikator keberhasilan
yang telah ditentukan yaitu 75. Selama pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Repirocal
Teaching ada beberapa kendala yang dihadapi dalam penelitian. Sebagai upaya
mengatasi kendala tersebut dilakukan refleksi. Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi Suharsimi Arikunto, 2010: 140.
Pada saat pelaksanaan tindakan siklus I kendala yang terjadi pada saat proses diskusi siswa masih ramai dan proses diskusi kurang terarah sehingga proses
berbagi pengetahuan menjadi kurang optimal. Padahal prinsip pembelajaran lebih menekankan siswa yang berpengetahuan lebih untuk mengajari siswa yang
berpengetahuan rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa kurang sabar dalam menghadapi siswa yang berpengetahuan rendah.
Berdasarkan kekurangan pada siklus I tersebut, maka perlu dilakukan refleksi pada pelaksanaan siklus II. Hal yang dilakukan pada siklus II adalah
proses diskusi lebih teratur dengan menggunakan prinsip memberikan pertanyaan pada setiap kelompok dengan pertanyaan yang berbeda pada setiap individu
kemudian individu tersebut wajib menjawab pertanyaan dengan benar dan pada saat proses pengerjaan tes evaluasi siswa lebih bersungguh-sungguh dengan
menerapkan pengawasan ynag lebih ketat agar siswa tidak mencontek. Model pembelajaran Reciprocal teaching memiliki kelebihan maupun kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran Reciprocal teaching adalah siswa yang berkemampuan lebih bisa membantu siswa yang berkemampuan rendah dalam
proses pembelajaran dengan sistem pembagian kelompok yang heterogen berdasarkan kemampuan siswa. Kekurangan dari model pembelajaran Reciprocal
teaching adalah kurangnya waktu siswa dalam berdiskusi
maupun mempresentasikan sehingga kurang maksimal dalam menilai kemampuan siswa
memahami materi.
70
BAB V PENUTUP
5.1.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran reciprocal teaching pada mata pelajaran pemrograman web dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X
Multimedia SMK Palebon Semarang. 2. Model pembelajaran reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang pada materi memahami dasar HTML, CSS, dan PHP serta menyajikan dasar HTML, CSS, dan PHP
dalam bentuk tabel.
5.2. Saran
Model pembelajaran reciprocal teaching terbukti meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas X Multimedia SMK Palebon Semarang pada
mata pelajaran pemrograman web, maka dapat disarankan sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya, hendaknya meneliti aspek psikomotorik siswa.
2. Bagi pihak calon peneliti, pengelolaan waktu dalam reciprocal teaching harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar semua tahapan dalam pembelajaran
tercapai sesuai dengan skenario pembelajaran.