Konsep Fotografi Ilustrasi Teknik Fotografi a. Karya Fotografi sebagai

D esain Grafis K omunikasi 157 saja, tetapi yang paling uatama adalah kesan audient terhadap tampilnya gambar foto, seperti kesan siang, malam, sedih, senang, lucu, tenang, jelek, dan lain-lain. x Pesan Faktor pesan merupakan sesuatu informasi yang dalam pada suatu karya fotografi. Hadirnya pesan didasari oleh sesuatu hal yang ada di benak fotografer lalu dihadirkan dalam suatu karya. Bagai- mana fotografer melihat suatu masalah, gejala, kejadian, peristiwa, atau kelebihan yang pernah lihat yang diwujudkan ke dalam gambar foto. Biasanya pesan ini bisa me- ngarah kearah informasi, himbauan, peringatan, dan larangan yang ditujukan ke- pada audient masyarakat. x Warna Warna merupakan faktor yang dominan dalam tampilan suatu karya fotografi. Orang akan tertarik pada karya fotografi bisa juga melalui warna yang dapat mencerminkan suasana hati bagi yang melihatnya. Warna dalam karya fotografi bisa ditampilkan pada back- ground atau pada obyek gambar foto. Jenis warna yang ditampilkan jelas mem- punyai maksud dan tujuan dalam komunikasi, sesuai dengan fungsi informasi yang disampaikan. Warna gambar foto dalam karya grafis bisa mewakili sebagai identitas budayatradisi, rasa psikologi, dan sebagai penunjuk produk. Bila diperhatikan dalam per- karya grafisan media cetak, karya fotografi dapat dikate- gorikan menjadi dua kelom- pok, yaitu karya yang di- tampilkan dengan pendekatan rasional dan pendekatan emosional. 3 Pendekatan Rasional Karya fotografi dalam karya grafis dengan pendekatan rasional sering ditampilan da- lam masmedia berita ringan. Karya fotografi seakan ingin memberikan segalanya agar audience lebih cepat mema- hami karya. Adapun karya fotografi dengan pendekatan rasional, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: x Secara visual, karya fotografi sering ditampilkan apa adanya, nyata, dan dalam mendramatisir sua- sana sangat ringan. Dalam hal ini audience bila melihat karya fotografi yang ditampilkan langsung mengerti tanpa banyak referen. x Segmen audience yang dibidik adalah masyarakat golongan menengah ke bawah, dengan kefaham- an yang lugu dalam menerima karya fotografi yang ditampilan dalam karya grafis cetak. D esain Grafis K omunikasi 158 Gambar 7.139: Begitu rumitnya memotret pada masa lalu x Karya fotografi menampil- kanmenampakkan secara nyata suatu produk yang dipromosikan. Ditampak- annya nyata produk ini dikarenakan produk yang diinformasikan merupakan produk baru. 4 Pendekatan Emosional Karya fotografi dalam karya grafis dengan pendekatan emosional merupakan karya yang agak aneh, dan karya yang sangat jauh berbeda dengan pendekatan rasional. Karya fotografi yang ditam- pilkan, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: x Merupakan karya fotografi yang didak semua orang memahami secara lang- sung, karena begitu jauh- nya gambar foto yang ditampilkan ke pada audi- ence. Jauh dari yang biasa, bukan hanya seke- dar gambar, dan dalam mendramatisir sangat ting- gi. Dalam mengamati gambar foto biasanya tidak langsung satu kali memahami arti yang ter- kandung di dalamnya, tetapi dua atau tiga kali dalam mengamatinya baru bisa menjawab apa yang dimaksudkan dalam gam- bar foto. x Segmen audience yang dibidik dalam tampilan karya fotografi ini adalah masyarakat golongan me- nenagah ke atas yang mempunyai pendidikan dan kefahaman yang tinggi terhadap karya foto. x Karya fotografi dalam menampilkan produkjasa tidak begitu ditonjolkan. Biasanya teknik ini sering dikalukan oleh perusahaan besar yang mempunyai citra legendaris, atau pro- duk yang sudah lama dikenal masyarakat.

c. Sejarah Fotografi

Fotografi berasal dari kata Yunani ”phos” dan ”graphein” yang berarti ”menulis dengan cahaya, atau membuat gam- bar dengan alat optis dan sinar. Secara teknis, gambar diterima oleh film yaitu bahan peka cahaya yang mengha- silkan gambar negatif, selan- jutnya ditransfer ke kertas foto untuk menghasilkan gambar positif. Fotografi seperti yang kita kenal ini adalah hasil pertemuan di bidang ilmu alam yang menghasilkan kamera dan bidang ilmu kimia yang menghasilkan film. D esain Grafis K omunikasi 159 Gambar 7.140: Jenis kamera view Munculnya kamera obscura yang berarti kamar gelap pada awalnya disebabkan oleh cahaya yang dihasilkan oleh lubang kecil dalam sebuah ruangan gelap berupa baying- bayang yang dihasilkan dari lubang tersebut dalam posisi keadaan terbalik dari atas ke bawah dan sebaliknya. Gio- vanni Battista Della Porta merupakan orang pertama yang melengkapi camera obs- cura dengan sebuah lensa sederhana. Ditemukannya pinhole camera atau lubang jarum, merupakan alat untuk memotret berupa sebuah kotak yang tertutup dengan sebuh lobang pada satu dindingnya. Pada kemera ini tidak terdapat lensa, me- lainkan lobang sebesar ujung jarum yang meluluskan cahaya untuk penyinaran. Gambar yang dihasilkan tentunya ku- rang jelas dikarenakan tidak ada lensa. Bahan peka cahaya cikal bakal film sudah diketahui orang sebelum abad ke 12. Seorang ahli kimia Arab bernama Zuber telah mene- mukan perak nitrat yang peka cahaya. Di abad ke 13 Albertus Magnum telah me- nulis tentang perak nitrat itu. Tahun 1727 Dr. Johan Heinrich Schulze menemukan pencampuran perak nitrat de- ngan kapur yang peka cahaya dengan menghasilkan warna merah tua menjadi lembayung hijau. Kira-kira ada pada tahun 1777 seorang bangsa Swedia bernama Karl Scheele mene- mukan reaksi garam perak dengan sinar yang meng- hasilkan gambar yang pempu- nyai kesan naturalis. Pada tahun 1802 Thomas Wedgwood bangsa Inggris menemukan metode pemin- dahan gambar yang terdapat di bidang kaca ke atas kertas hanya sifatnya sementara, ka- rena setelah kena sinar gam- bar tersebut hilang. Pada tahun 1816 di Perancis Joseph Nicephore Niepce mencoba D esain Grafis K omunikasi 160 Gambar 7.141: Bagimana cara membuka dan menutup film pada kamera view menggabungkan antara kame- ra yang dilengkapi lensa dengan berbagai jenis bahan kimia. Pada waktu itu ia telah berhasil membuat gambar negatif dengan cahaya di atas kertas peka cahaya. Pada tahun 1822 ia telah meng- hasilkan gambar positif yang permanen dengan jalan men- cetak. Louis Jacques M. Daguerre pada tahun 1826 menemukan proses daguer-reotipi, merupa- kan tembaga yang disinari dalam kamera, lalu diuapi air raksa dalam tabung akan menghasilkan gambar. Pada 15 Juni 1839 raja Louis Philipe memberi hadiah se- bagai penemuan baru. Di Amerika, George Eastman mulai kariernya di bidang fotografi sebagai tukan plat, yaitu kaca yang diolesi dengan gelatin sebagai bahan peka cahaya. Dalam tahun 1879 berhasil membuat alat dalam kapasitas banyak, dan tahun 1888 ia memasarkan kamera bok merk Kodak. Pada tahun 1891 ia telah menjual gu- lungan film yang dimasukkan ke dalam kamera untuk mengabadikan obyek dengan cara memotret yang bernama ”kodak”. Jenis kamera ini, pada tahun 1930-an sudah mulai menyebar di Indonesia. Pada umur 77 tahun Eastman memiliki perusahaan besar bernama Eastman Kodak Company, yang akhirnya bunuh diri. Dalam surat wasiatnya ia menulis; “My work is done, why wait ?”, yang artinya ”pekerjaanku telah selesai, apa yang ditunggu lagi ?”. Pada tahun 1932, Edwin Herbert Land membangun laboratorium bersama Wheel- wright untuk mengembangkan teknologi lensa filter polarisasi pada kaca dan kamera, hingga berkembang menjadi Polaroid Corporation. Akhirnya pada 21 Februari 1947 menciptakan kamera dan film instan yang disebut Land Camera. Kamera yang secara otomatis ini