commit to user
11
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
Pada bagian Bab II berikut akan dideskripsikan beberapa konsep atau teori yang relevan dengan topik kajian atau masalah yang diteliti. Teori atau konsep itu
meliputi teori yang berhubungan dengan 1 keterampilan menulis cerita pendek cerpen, dan 2 metode peta pikiran Mind Mapping.
1. Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Pada subbab ini akan dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang terkait dengan keterampilan menulis cerita pendek. Untuk maksud tersebut, secara
berturut-turut pada bab ini dideskripsikan teori tentang a pengertian keterampilan, b hakikat menulis, c hakikat cerita pendek, d hakikat pembelajaran menulis
cerita pendek di SMP, e hakikat keterampilan menulis cerita pendek.
a. Pengertian Keterampilan
Menurut Gagne dan Briggs 1979: 49-50 terdapat lima kategori keluaran belajar: 1 keterampilan intelektual intellectual skill, 2 pengaturan kegiatan
kognitif cognitive strategy, 3 informasi verbal verbal information, 4 keterampilan motorik motor skill, dan 5 sikap attitudes.
commit to user
12
Kata keterampilan yang melekat pada frasa kelompok kata “keterampilan menulis cerita pendek” pada penelitian ini memiliki acuan pengertian yang sepadan
dengan salah satu kategori keluaran belajar yang disebutkan Gagne dan Briggs di atas, yaitu keterampilan intelektual. Dijelaskan oleh Winkel 1991: 73, yang
dimaksud keterampilan intelektual ialah keterampilan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya
konsep dan berbagai lambangsimbol huruf, angka, kata, gambar. Menurut Muhibbin Syah 2000: 119 keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik
melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Jadi, keterampilan intelektual di sini berkenaan dengan kecekatan orang dalam
mendayagunakan segala fungsi mentalkognitifnya untuk mencapai hasil secara maksimal. Melalui penjelasan itu, kata keterampilan pada penyebutan penelitian ini,
bukan dimaksudkan sebagai keterampilan motorik yang berhubungan dengan gerakan-gerakan otot tubuh seseorang.
Berdasarkan pandangan itu, pengertian keterampilan menulis cerita pendek di sini diartikan sebagai kecekatan seseorang siswa dalam hubungannya dengan
bagaimana ia mendayagunakan semua fungsi mentalkognitifnya untuk menuangkan buah pikiran dan imajinasinya secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah
karangan yang berbentuk cerita pendek.
b. Hakikat Menulis
Pada subab ini dideskripsikan 1 pengertian menulis, 2 tujuan menulis, 3
commit to user
13
manfaat menulis, 4 tahap-tahap penulisan, 5 azas-azas menulis, dan 6 jenis-jenis tulisan.
1 Pengertian Menulis
Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam
suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan symbol atau lambang bilangan yang dapat dilihat dan disepakati
pemakainya Sabarti Akhadiah, 1998: 1.3. Pendapat lain mengatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif Henry Guntur Tarigan, 1993: 3.
Iim Rahmina 1997: 7.1 berpendapat bahwa menulis merupakan suatu kegiatan pengungkapan ide, gagasan, pikiran, atau perasaan secara tertulis. Menurut
The Liang Gie 1992: 17, menulis merupakan padanan dari kata mengarang. Mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Unsur karang-mengarang meliputi empat hal, yaitu : 1 gagasan idea,
adalah topik atau tema yang diungkapkan secara tertulis; 2 tuturan discourse, yaitu bentuk pengungkapan gagasan untuk dipahami pembaca; 3 tatanan organization,
yaitu tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan memperhatikan aturan, asas, teknik, dan prosedur; 4 wahana medium, yaitu sarana penghantar gagasan berupa
commit to user
14
bahasa tulis yang berkaitan dengan kosakata, tata bahasa dan retorika. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf
yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Kegiatan menulis ini bersifat produktif dan ekspresif.
Menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa adalah media komunikasi pengungkap pikiran, idea tau gagasan untuk mencapai suatu maksud atau
tujuan. Menulis pada hakikatnya melakukan kegiatan yang kompleks. Diungkapkan oleh Atar Semi 1990: 8 bahwa menulis adalah pemindahan pikiran atau
perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa. Dengan kata lain, menulis adalah melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan Hernowo, 2002: 116. Menulis
dapat juga diartikan sebagai aktivitas berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis Agus Suriamihardja, H.
Akhlan Husein dan Nunuy Nurjanah, 1997: 2 The Liang Gie 2002: 3 menyamakan pengertian menulis dengan
mengarang. Diungkapkan bahwa menulis arti pertamanya ialah membuat huruf, angka, nama, sesuatu tanda kebahasaan apa pun dengan sesuatu alat tulis ada suatu
halaman tertentu. Kini dalam pengertiannya yang luas, menulis merupakan kata sepadan yang mempunyai arti sama dengan mengarang. Mengarang adalah segenap
rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Burhan
commit to user
15
Nurgiyantoro 1988: 273 menambahkan pengertian menulis sebagai aktivitas mengemukakan gagasan melalui bahasa. Aktivitas pertama menekankan unsur bahasa
sedangkan yang kedua gagasan. Gagasan merupakan makna yang menyadarkan. Dalam tulisan, gagasan cemerlang yang tersirat dalam tulisan akan mampu memikat
pembaca dan pada akhirnya mampu membuat pembaca melakukan perubahan- perubahan besar yang berarti dalam hidupnya.
Sebuah tulisan mencerminkan jiwa penulisnya. Oleh karenanya, kegiatan mengarang adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak
mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam tulisan Widyamartaya, 1991: 9. Hernowo 2002: 215 menegaskan bahwa menulis
merupakan aktivitas intelektual praktis yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan amat berguna untuk mengukur sudah seberapa tinggi pertumbuhan ruhani seseorang.
Aktivitas menulis juga bermanfaat menyeimbangkan fungsi kerja kedua belahan otak, baik otak kanan maupun otak kiri. Hernowo, 2002: 230
Sebuah tulisan dikatakan berhasil apabila tulisan tersebut dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Segala ide dan pesan yang disampaikan dipahami
secara baik oleh pembacanya, tafsiran pembaca sama dengan maksud penulis Semi, 1990: 8. Sopa dalam Ari Kusmiatun, 2005: 136 menambahkan komunikasi dengan
cara menulis akan berhasil baik jika apa yang hendak disampaikan dapat sama dengan apa yang dipersepsi. Agar terpahami dengan baik, sebuah tulisan harus
terorganisasi dengan baik. Senada dengan pendapat tersebut, Sabarti Akhdiah, Maidar G Arsjad dan Sakura.
commit to user
16
Berdasar pada beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, secara umum dapat dikemukakan bahwa menulis adalah aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan
lewat tulisan secara tertib dan tertata sehingga dipahami oleh pembaca. Frunchling, Rosemary T. dan Oldham, N.B. 1976 : 7 di dalam bukunya
mengatakan sebagai berikut : We write to communicate
Such an obirous statement hardly needs to be made – or so it would seem. A lot of people, howefer, do not communiace when they write. They
miscommunicate. Why ? Because writing effectively to communicate doas demand some
thougt and a bit of practice – nothing more than the average person can muster. Writing – the everyday, essential writing that is our topic – is not an
obscure, esoteric skill that only a few can master. Writing the everyday, essential writing that is our topic – is not an obscure, esoteric skill that only
a few can master. Tulisan yang komunikatif jarang membutuhkan tindakan, akan tetapi banyak
orang yang tidak berkomunikasi ketika mereka menulis. Penyebabnya adalah menulis secara efektif untuk berkomunikasi perlu pemikiran serius dan sedikit praktik.
Menulis yang dilakukan setiap hari, menulis hal-hal penting untuk dijadikan topik adalah keterampilan yang cukup jelas dan hanya dipahami beberapa orang tertentu
saja, hanya sedikit yang dapat menguasai. Menulis adalah bentuk lain dari ungkapan seorang pembicara yang tidak
harus dibimbing karena sudah menjadi kebiasaan. Bimbingan yang diharapkan hanyalah kebenaran tulisan sesuai dengan kaidah. Menulis dan berbicara formal
menuntut kemampuan individu agar lebih selektif, lebih tetib, lebih akurat, dan lebih efisien. Writing and formal speaking make the greatest demands upon the individual
commit to user
17
for selectiob, orderliness, occuracy, and efficiency Irmscher, 1969: 25. Menulis bagi sebagian orang merupakan sebuah pekerjaan yang
menyulitkan. Padahal menulis merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari seperti menulis surat, menulis diary, maupun menulis sebagai bagian dari pekerjaan
kita sehari-hari. Untuk menimbulkan keinginan menulis harus diawali dengan kegemaran membaca. Dengan banyak membaca, hasil pemikiran orang lain dapat
diketahui. Gaya penulisan dari seorang penulis yang karyanya kita baca dapat kita jadikan acuan sebelum penulis itu menemukan gayanya sendiri. Dengan membaca
banyak buku, lambat laun akan timbul keinginan penulis untuk menulis dan merenungkan pikirannya dalam bentuk tulisan.
Dapat menulis dengan baik merupakan kesenangan, anugerah, dan kepuasan pribadi, tetapi sangat sedikit penulis yang baik mau mengungkapkan kejujurannya
bahwa tulisannya itu baik. Menyukai apa saja termasuk menulis membutuhkan waktu, dedikasi, dan kerja keras. Akan tetapi ada sebuah cara untuk menjadikan
menulis itu menyenangkan. Anda harus banyak membaca tugas dan mendengarkan nasihat dari instruktur. Ketika mendapatkan topik untuk karangan anda, segeralah
bekerja dengan memanfaatkan apa saja yang disebut penemuan atau ilham. Pernyataan ini sebagaimana pendapat yang dikemukakan berikut ini.
Good writing is fun, rewarding, and ego – statisfying, but very few good writers can tell you truthfully tht is easy. Like anything else worth doing.
Writing takes time, dedication, and hard work, There are ways, however, to make it easier. Do your reading assignments. Listen to your instructur’s
advice. When you get the topics for your essay, star immediately doing what is sometimes called invention or brainstorming Beidler, 1992 : 5.
commit to user
18
Menulis perlu dibiasakan. Pembiasaan ini sangatlah penting karena lama- kelamaan otot menulis kita akan semakin terlatih. Ibarat hendak bertanding olahraga,
latihan-latihan berupa pemanasan sangatlah penting untuk melemaskan otot-otot kita. Selain itu, menulis harus dijadikan sebuah gaya hidup. Biasakanlah budaya menulis
dalam hidup sehari-hari. Tulislah diary, jurnal, surat pribadi, bahkan catatan belanja. Di kantor, sambutlah pekerjaan yang mewajibkan kita untuk menulis dengan senang
hati. Jangan lupa, banyak-banyaklah membaca buku untuk menggali sumber informasi yang akan memperkaya tulisan kita. Perlu diingat, sering-seringlah
membuat intisari ataupun semacam resensi bagi buku yang baru kita baca. Inipun dapat dijadikan pembiasaan menulis. http:carol karimartikel. blogdrive.com.
Ciri-ciri khas yang dimiliki oleh bahasa tulis dapat disebutkan antara lain sebagai berikut : a dalam pemakaiannya, antara penulis dan pendengar kehilangan
sarana komunikasi yang dalam pemakaiannya bahasa lisan memberikan sumbangan paling hakiki untuk terjadi dan berhasilnya komunikasi; b biasanya tidak ada
kemungkinan hubungan fisik antara penulis dan pembaca; c dalam hal teks tertulis, sering kali penulis malahan tidak hadir sebagiannya ataupun seluruhnya dalam situasi
komunikasi; d teks tertulis juga mungkin sekali makin lepas dari kerangka referensi aslinya. Penulis mungkin mengarang tulisannya berdasarkan situasi tertentu, situasi
pribadi, situasi sosial, dan lain-lain, pembaca yang tidak tahu situasi itu membina situasi dan kerangka acuan tersendiri, berdasarkan situasi dia sediri sebagai pembaca
dan berdasarkan informasi yang terkandung dalam tulisan yang dibacanya; e pembaca memiliki keuntungan lain, kalau dibandingkan dengan pendengar dalam
commit to user
19
situasi komunikasi; f teks tertulis pada prinsipnya dapat direproduksi dalam berbagai bentuk: fotocopi, stensilan, buku, dan lain-lain; g komunikasi antara
penulis dan pembaca lewat tulisan membuka kemungkinan adanya jarak jauh antara kedua belah pihak dalam hal ruang, waktu, juga dari segi kebudayaan Teeuw, A.,
2003: 23-26. Sebenarnya menulis itu gampang, kalau saja kita: a tahu apa yang akan kita
tulis; b punya bahan dan referensi yang lengkap; c bisa memetakan pikiran kita tentang apa yang akan kita tulis; d punya ketetapan hati dan niat; e rajin berlatih
dan tidak kenal putus asa; dan f memiliki cukup rasa percaya diri
http:carolkarimartikel.blogdrive.com.
Mengetahui apa yang akan kita tulis sangatlah penting karena memudahkan kita untuk memulai menulis. Sedangkan untuk menulis suatu topik, diperlukan
sumber-sumber referensi dari berbagai media seperti koran, majalah, buku, radio, televisi dan informasi internet.
Memetakan pikiran untuk sesuatu yang akan kita tulis perlu dilakukan agar tulisan yang akan dibuatnya tertata secara sistematis. Yang tidak kalah pentingnya
adalah mempunyai ketetapan hati dan niat. Menulis tanpa ada niat yang kuat tidak akan menghasilkan tulisan yang baik. Untuk itu, membulatkan tekat antara ketetapan
hati dan niat yang baik dalam menghasilkan tulisan harus tetap diperjuangkan. Ternyata menulispun membutuhkan latihan yang rajin. Dengan latihan yang
rajin dan tidak kenal putus asa, tulisan-tulisan yang dibuatnya suatu saat akan menampakkan bentuknya. Yang harus dilakukan adalah latihan menulis tentang apa
commit to user
20
yang dirasakan dan dialami setiap hari secara bebas dan tidak perlu takut membuat kesalahan. Yang terakhir adalah memiliki cukup rasa percaya diri. Memiliki rasa
percaya diri akan bisa memicu semangat menulis. Kalau kita tidak memiliki rasa percaya diri, bagaimana orang lain bisa percaya dengan kemampuan kita?
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, seorang penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar yang meliputi: a keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan
menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, pemilihan kata serta penggunaan kalimat yang efektif; b keterampilan penyajian, yaitu keterampilan pembentukan
dan pengembangan paragraph, keterampilan merinci pokok bahasan menjadi sub pokok bahasan, menyusun pokok bahasan dan sub pokok bahasan ke dalam susunan
yang sistematis; c keterampilan perwajahan, yaitu keterampilan pengaturan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efisien, tipe huruf, dan lain-lain.
Ketiga keterampilan tersebut saling menunjang dalam kegiatan menulis tentunya didukung oleh keterampilan menyimak, membaca serta berbicara yang baik Semi,
1990: 10.
2 Tujuan Menulis
Tujuan yang harus dicapai melalui pembelajaran menulis di sekolah dasar ialah agar siswa memahami cara menulis berbagai hal yang telah dikemukakan serta
mampu mengkomunikasikan ide atau pesan melalui tulisan. Tujuan menulis yang perlu diperhatikan, bukan hanya memupuk pengetahuan dan ketrampilan menulis
tetapi juga harus memupuk jiwa estetis, informatif, dan persuasif Supriyadi, Eues
commit to user
21
Nuraeni, H. Alam Sutanjaya, Mien Rumini, 1994: 270. Tujuan artistik atau estetis yaitu tujuan tentang nilai keindahan, tujuan
informatif, yaitu memberikan informasi kepada pembaca, tujuan persuasif, yakni mendorong atau menarik perhatian pembaca agar mau menerima informasi yang
disampaikan penulis. Widyamartaya 1991: 13 membedakan tujuan mengarang menjadi tiga
macam: a memberi tahu, memberi informasi karangan khusus ditujukan pada pikiran untuk menambah pengetahuan, mengajukan pendapat, mengupas persoalan,
b menggerakkan hati, menggetarkan perasaan, mengharukan, karangan khusus ditujukan untuk menggugah perasaan, untuk mempengaruhi, mengambil hati,
membangkitkan simpati, c campuran kedua hal di atas, yaitu memberi tahu sekaligus mempengaruhi.
Setelah mencermati paparan di atas bahwa tujuan pembelajaran menulis di sekolah dasar ialah siswa mampu menulis berbagai jenis tulisan serta mampu
mengkomunikasikan tulisan itu kepada orang lain. Secara umum tujuan menulis akan ditentukan oleh jenis atau bentuk tulisan atau karangan yang digunakan. Misalnya,
bila jenis atau bentuk tulisan laporan atau paparan tujuan yang ingin dicapai ialah memberitahu atau memberi informasi. Apabila jenis atau bentuk tulisan cerita atau
narasi tujuannya untuk menceritakan sesuatu agar pembaca tergerak hatinya atau perasaannya.
commit to user
22
3 Manfaat Menulis
Memang dalam pengajaran umumnya diterima bahwa pada setiap orang harus dikembangkan keterampilan pokok yang disebut 3R, yakni Reading, ‘Riting,
‘Ritmalic Membaca, Menulis, Menghitung. Dari antara 3R itu, kiranya menulis merupakan suatu keterampilan yang terbesar jasanya bagi peradaban manusia.
Bayangkan saja seandainya umat manusia tidak memiliki dan mengembangkan keterampilan menulis sehingga tiada tulisan-tulisan yang mewariskan seluruh
kebudayaan rohaniah turun-temurun sepanjang abad mungkin manusia dewasa ini merupakan kumpulan kera yang berbaju saja. The Liang Gie, 2002: 22-23.
Pada penjelasan lain The Liang Gie 2002: 21 menjelaskan betapa pentingnya kegiatan mengarang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
kemajuan perseorangan tidak diragukan lagi. Seseorang yang tidak mempunyai keterampilan mengarang adalah ibarat burung yang sayapnya kurang satu sehingga
tidak dapat terbang jauh dan tinggi untuk mencapai sukses seluas-luasnya dalam hidup.
Untuk menjelaskan pentingnya menulis Asul Wiyanto 2006: 3 mengajukan pertanyaan “Mengapa kita harus menulis?” yang membedakan zaman
prasejarah ditandai dengan tidak diabadikan dengan tulisan sehingga tidak diketahui generasi sesudahnya. Baru setelah ditemukan batu tertulis, peristiwa penting masa
lalu dapat diketahui dan manusia meninggalkan zaman prasejarah untuk memasuki zaman sejarah.
commit to user
23
Lebih lanjut Asul Wiyanto 2006: 4 mengatakan bahwa tulisan adalah rekaman peristiwa, pengalaman, pengetahuan, ilmu, serta pemikiran manusia. Tulisan
dapat menembus ruang dan waktu. Artinya tulisan dapat dibaca oleh orang yang berbeda diberbagai tempat pada waktu sekarang dan yang akan dating. Dengan
tulisan itu manusia lain yang tinggal di tempat yang jauh dapat menangkap dan memahami pengetahuan dan pikiran tersebut. Hebatnya lagi tulisan dapat dibaca
sekarang, sepuluh tahun lagi, bahkan sampai kapanpun. Sampai sekarang masih banyak kita jumpai buku-buku yang ditulis berabad-abad yang lalu dan masih dibaca
dan dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat zaman sekarang. Karena itu, seandainya sekarang tidak ada yang mau menulis, lambat laun pengetahuan itu hilang
dan generasi berikutnya akan kembali lagi ke zaman prasejarah. Selain itu kegiatan menulis atau mengarang akan melahirkan enam jenis
nilai, yaitu a kecerdasan maksudnya seseorang akan senantiasa tambah daya pikirnya dan kemampuan khayalnya. Sampai tingkat kecerdasannya, b
kependidikan, yaitu dapat memelihara ketekunan kerja dan senantiasa berusaha memajukan diri, c Kejiwaan, keberhasilan mengarang dapat menimbulkan kepuasan
batin, kegembiraan kalbu, kebanggaan pribadi, kepercayaan diri, d kemasyarakatan, pengarang yang sudah berhasil akan mendapatkan penghargaan dari masyarakat, e
Keuangan, hasil tulisan atau karangan yang sudah diterima masyarakat, akan diberikan imbalan uang, f Kefilsafatan, buah pikiran seseorang akan tetap abadi atau
diabadikan The Liang Gie, 2002: 19-20.
commit to user
24
Sementara itu Bernard Perey dalam The Liang Gie, 2002: 21-22 dalam bukunya The Power of Creative Writing 1981 berpendapat bahwa manfaat kegiatan
mengarang ada enam, yaitu mengarang sebagai suatu sarana untuk a pengungkapan diri a tool for self-expression, b pemahaman a tool for understanding, c
membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebangsaan, dan suatu perasaan bangga diri a tool to help developing personal satifaction, pride, an a feling of self
worth, d suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan terhadap lingkungan sekeliling seseorang a tool for increasing a wereness and perception of
one’s envirounment, e suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah a tool active involvement, not passive accetemee,
dan f suatu sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa a tool for developing an understanding of and
ability to use the language. Selanjutnya Widyamartaya 1991: 8 mengatakan mengarang itu banyak
keuntungannya. Terutama bagi orang yang suka bergelut dengan ilmu pengetahuan. Orang yang sering mengarang, pengetahuannya akan tambah dan berkembang. Sebab
untuk membuat sebuah karangan orang perlu banyak membaca. Dengan demikian seorang pengarang akan berlatih dan terlatih membaca kritis. Mengarang juga dapat
melatih orang untuk mengeluarkan pikirannya dengan baik sehingga dapat dimengerti orang lain. Dengan demikian pengarang yang baik tentu akan membina dan
memajukan hidup masyarakatnya sendiri.
commit to user
25
4 Tahap-tahap Penulisan
Menulis sebagai suatu aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan secara tertata sehingga dipahami oleh pembaca merupakan suatu proses.
Sebagai suatu proses, aktivitas menulis dilakukan dalam beberapa tahap. Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad dan Sakura H. Ridwan 1999: 3 mengemukakan tiga
tahap dalam aktivitas menulis, yaitu: a tahap prapenulisan, b tahap penulisan, dan c tahap revisi.
a Tahap Prapenulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis. Dalam tahap ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1 Pemilihan topik
Topik merupakan bahan atau pokok pembicaraan dalam tulisan. Pemilihan topik ini merupakan langkah awal yang penting karena topik inilah yang menentukan
apa saja yang akan dibahas dalam tulisan. Topik tulisan dapat diperoleh dari berbagai sumber. Semi 1990: 11 - 12 mengemukakan empat sumber dalam pemilihan topik,
yaitu pengalaman, pengamatan, imajinasi serta pendapat dan keyakinan.
2 Pembatasan topik
Setelah topik dipilih, topik tersebut perlu dibatasi. Membatasi topik berarti mempersempit dan memperkhusus lingkup pembicaraan dalam penulisan. Topik
dapat dibatasi dengan cara membuat bagan, gambar, serta diagram.
commit to user
26
3 Pemilihan Judul
Topik yang telah dipilih harus dinyatakan dalam judul. Judul harus mencerminkan keseluruhan isi tulisan. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada
karangan fiktif. Judul dibuat secara mana suka oleh pengarangnya. Terkadang judul tulisan dalam karangan fiktif sama sekali tidak berhubungan dengan isi tulisan
meskipun pada dasarnya, judul yang dipilih pengarang mengandung makna tertentu. Di sini, judul sekadar nama atau semacam label dalam karangan. Diungkapkan oleh
Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad dan Sakura H. Ridwan 1997: 43 bahwa penulisan judul tulisan nonformal tidak terikat pada aturan-aturan seperti yang
berlaku untuk tulisan formal. Penulis bebas merumuskan judul yang dirasa cocok serta menarik pembaca. Meskipun demikian, perumusan judul harus mengacuhkan
kaidah-kaidah umum yang berlaku misalnya menyinggung rasa keagamaan, suku, ras, nilai moral serta falsafah.
4 Tujuan Penulisan Karangan
Tujuan penulisan karangan merupakan arah atau maksud yang hendak dicapai. Tujuan penulisan harus ditentukan lebih dahulu karena tujuan tersebut akan
dijadikan titik tolak dalam seluruh kegiatan menulis. Tujuan penulisan tersebut akan mengarahkan penulis pada jenis tulisan yang akan dibuat.
5 Kerangka Karangan
Kerangka karangan atau sering disebut dengan outline merupakan rencana kerja yang digunakan penulis dalam mengembangkan tulisannya. Menyusun
commit to user
27
kerangka berarti memecahkan topik ke dalam sub-subtopik. Kerangka ini dapat berupa kerangka topik yang terdiri dari topik-topik serta kerangka kalimat yang
terdiri dari kalimat-kalimat. Penyusunan kerangka karangan ini merupakan kegiatan terakhir yang dilakukan pada tahap persiapan.
b Tahap Penulisan
Pada tahap penulisan, topik-topik yang telah dijabarkan ke dalam sub- subtopik dalam kerangka karangan disusun. Penyusunan tersebut diramu dengan
bahan-bahan yang telah didapat. Dalam tahap ini, bahasa sangat diperlukan untuk mengemukakan gagasan. Pada tahap penulisan ini perlu diperhatikan content isi,
gagasan, form organisasi isi, grammar tata bahasa dan pola kalimat, style gaya: pilihan struktur dan kosa kata serta mechanics ejaan Burhan Nurgiyantoro, 2001:
306. Berbeda dengan karangan ilmiah, dalam karangan fiktif, aspek-aspek tersebut tidak diberlakukan secara ketat.
c Tahap Revisi
Tahap revisi dilakukan setelah buram seluruh tulisan telah selesai. Tulisan tersebut perlu dibaca kenudian diperbaiki, dikurangi atau kadang diperluas. Tahap
revisi ini juga disebut dengan tahap penyuntingan yang mencakup penyuntingan isi dan penyuntingan bahasa. Penyuntingan isi berkenaan dengan penyuntingan naskah.
Adapun penyuntingan bahasa mencakup ketepatan penyajian. Penyuntingan tulisan disesuaikan dengan jenis naskah, berupa fiksi ataukah nonfiksi. Penyuntingan pada
tulisan fiksi lebih diarahkan pada prinsip keindahan misalnya kalimat dengan gaya
commit to user
28
tertentu, gaya tutur yang mengandaikan, klimaks dan antiklimaks, gaya penyampaian yang mendekati gaya tutur lisan dan nonformal, lebih menyentuh rasa daripada
pikiran, gaya deskripsi yang lebih berkisah daripada menerangkan dan sebagainya. Sementara itu, penyuntingan tulisan nonfiksi lebih diarahkan pada prinsip
kebenaran. Kalimat-kalimatnya lugas, formal, lebih menyentuh pikiran daripada rasa serta deskripsi yang lebih bersifat menerangkan. Meskipun demikian, tidak berarti
tulisan nonfiksi kering dan akademis. Faktor keindahan juga perlu diperhatikan. Oleh karenanya, deskripsi yang jelas, logis, mengalir, serta enak dibaca juga perlu
dipertimbangkan dalam menyunting tulisan nonfiksi tersebut.
5 Asas-asas Menulis
Setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan sejumlah asas yang dapat dijadikan pedoman. Demikian pula halnya dengan aktivitas menulis. The Liang Gie
2002: 33 – 37 mengemukakan enam asas menulis –yang disebut dengan asas mengarang– sebagai berikut.
a Kejelasan clarity
Berdasarkan asas ini, setiap karangan haruslah jelas benar. Tulisan harus mencerminkan gagasan yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembacanya. Di
samping itu, tulisan yang jelas berarti tidak dapat disalahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang
diungkapkan tampak nyata oleh pembaca. Untuk memenuhi asas ini, H.W. Fowler sebagaimana dikutip oleh The Liang Gie 2002: 34 mengungkapkan bahwa asas
commit to user
29
kejelasan dalam kegiatan menulis sepanjang menyangkut kata-kata dapat dilaksanakan dengan memilih: 1 kata yang umum dikenal ketimbang kata yang
harus dicari-cari artinya; 2 kata yang konkret ketimbang kata yang abstrak; 3 kata tunggal ketimbang keterangan yang panjang lebar; 4 kata yang pendek ketimbang
kata yang panjang; 5 kata dalam bahasa sendiri ketimbang kata asing. Asas menulis yang pertama ini berlaku untuk tulisan nonfiksi ilmiah, tetapi
tidak berlaku untuk tulisan fiksi. Dalam tulisan fiksi seperti cerpen, novel, drama maupun puisi, asas-asas tersebut sengaja dilanggar untuk memperoleh efek
keindahan.
b Keringkasan conciseness
Keringkasan yang dimaksud dalam asas menulis ini bukan berarti setiap tulisan harus pendek. Keringkasan berarti suatu tulisan tidak boleh ada penghamburan
kata, tidak terdapat butir ide yang dikemukakan berulang-ulang, gagasan tidak disampaikan dalam kalimat yang terlalu panjang. Harry Shaw sebagaimana
diungkapkan oleh The Liang Gie 2002: 36 mengungkapkan bahwa penulisan yang baik diperoleh dari ide-ide yang kaya dan kata-kata yang hemat, bukan kebalikannya,
ide yang miskin dan kata yang boros. Jadi, sesuatu karangan adalah ringkas bilamana karangan itu mengungkapkan banyak buah pikiran dalam kata-kata yang sedikit.
Sebagaimana halnya dengan asas yang pertama, asas menulis yang kedua tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Puisi terkadang diungkapkan dengan
kata yang hemat meskipun pada dasarnya mengandung berbagai gagasan. Lain halnya
commit to user
30
dengan novel dan cerpen yang diungkapkan dengan kata berlebihan untuk memperoleh efek keindahan, memperkuat perwatakan serta memperjelas setting.
c Ketepatan correctness
Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada membaca dengan kecocokan sepenuhnya
seperti yang dimaksud oleh penulisnya The Liang Gie, 2002: 36. Untuk menepati asas ini, penulis harus memperhatikan berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa,
ejaan, tanda baca serta kelaziman. Seperti halnya dua asas sebelumnya, asas ketiga ini tidak berlaku sepenuh-
nya untuk tulisan fiksi. Tulisan fiksi bersifat multitafsir. Pemahaman pembaca bukan bergantung pada ketepatan tulisan, akan tetapi tingkat apresiasi yang dimilikinya.
d Kesatupaduan unity
Berdasar pada asas ini, segala hal yang disajikan dalam tulisan tersebut memuat satu gagasan pokok atau sering disebut dengan tema. Tulisan yang tersusun
atas alinea-alinea tidak boleh ada uraian yang menyimpang serta tidak ada ide yang lepas dari gagasan pokok tersebut. Asas yang sering disebut dengan syarat kohesi
suatu tulisan ini berlaku untuk semua jenis tulisan baik fiksi maupun nonfiksi.
e Pertautan coherence
Jika pada asas sebelumnya sebuah tulisan harus memuat satu gagasan pokok, maka berdasar pada asas pertautan ini tiap alinea dalam satu tulisan hendaklah
commit to user
31
berkaitan satu sama lain. Kalimat satu dengan kalimat yang lain harus berkesinambungan. Asas yang sering disebut dengan prinsip koherensi ini berlaku
untuk semua tulisan baik jenis fiksi maupun nonfiksi.
f Penegasan emphasis
Asas ini menegaskan bahwa dalam tulisan perlu ada penekanan atau penonjolan tertentu. Hal ini diperlukan agar pembaca mendapatkan kesan yang kuat
terhadap suatu tulisan. Asas ini sangat perlu untuk diterapkan pada tulisan-tulisan fiksi meskipun tulisan nonfiksi juga perlu memperhatikan asas ini. Penegasan pada
beberapa bagian fiksi menjadikan tulisan lebih menarik.
6 Jenis-jenis Tulisan
Ada banyak cara yang dipilih seseorang untuk mengemukakan gagasannya dalam sebuah tulisan. Cara yang dipilih serta tujuan penulisan menghasilkan berbagai
bentuk tulisan. Semi 1990: 32 mengemukakan empat bentuk atau jenis tulisan, yaitu: narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.
Narasi merupakan satu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi Gorys
Keraf, 2004: 136. Penggambaran peristiwa dalam bentuk paragraf narasi didasarkan pada perkembangan dari waktu ke waktu. Semi 1990: 33 mengemukakan ciri
penanda narasi, yaitu: a berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia; b kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian
yang benar-benar terjadi, semata-mata imajinasi, atau gabungan keduanya; c
commit to user
32
berdasarkan konflik; d memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampaiannnya bersifat sastra; e menekankan susunan kronologis; dan f biasanya memiliki dialog.
Eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu Semi, 1990: 37. Eksposisi ditandai dengan tulisan berupa:
pengertian atau pengetahuan; menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana; disampaikan dengan lugas serta bahasa yang baku; penggunaan
bahasa netral, tidak memihak serta tidak memaksakan sikap penulis terhadap pembaca.
Deskripsi merupakan tulisan yang bertujuan memberikan perincian atau detail tentang objek. Perincian tersebut memberi pengaruh pada sensitivitas dan
imajinasi pembaca atau pendengar. Tulisan deskripsi yang berhasil, dapat membawa pembaca untuk melihat, mendengar, merasakan atau mengalami langsung objek
tersebut. Argumentasi merupakan tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk
pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis Semi, 1990: 47. Argumen merupakan proses penalaran. Oleh karenanya, sebuah tulisan argumentatif
dapat dikembangkan dengan teknik induktif maupun deduktif. The Liang Gie 2002: 25 menggolongkan tulisan berdasar pada bentuk,
tujuan, isi, ciri khas, fungsi serta sifatnya. Berdasar pada bentuk --sama halnya dengan Semi- The Liang Gie mengklasifikasikan tulisan menjadi empat, yaitu: narasi,
eksposisi, deskripsi. dan argumentasi. Berdasar ragamnya, tulisan dibedakan atas tulisan khayali dan tulisan faktawi. Adapun berdasarkan jenisnya, tulisan digolongkan
commit to user
33
atas tulisan ilmiah, tulisan informatif, prosa serta puisi. Menurut rumpunnya, tulisan dibedakan atas karangan kependidikan, karangan penelitian, kisah, laporan,
ringkasan, ulasan, novel, cerpen, fiksi ilmu, drama, puisi lirik epik serta dramatik. Secara lebih jelas, penggolongan tulisan yang dikemukakan oleh The Liang Gie
dijabarkan dalam bagan sebagai berikut.
Gambar 1. Penggolongan Karangan The Liang Gie 2002: 32
commit to user
34
Cerita pendek sebagai salah satu bentuk tulisan narasi lebih lanjut akan dipaparkan sebagai berikut.
c. Hakikat Cerita Pendek