commit to user
86
pada jenjang tersebut diasumsikan memiliki tingkat kemampuan yang hampir sama. Oleh karena itulah, peneliti memilih metode peta pikran mind mapping untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran serta ketereampilan menulis cerpen pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 4 Sukoharjo.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran sastra disinyalir belum ideal terutama pada aspek produktif berupa cipta sastra. Hal serupa terjadi pada pembelajaran sastra khususnya pada
pembelajaran menulis cerita pendek. Hal ini diindikasikan dari kualitas pembelajaran serta keterampilan menulis cerita pendek siswa yang tergolong rendah. Rendahnya
kualitas pembelajaran tersebut diindikasikan oleh kurangnya keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat, dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis cerita pendek.
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh keterampilan guru mengelola kelas. Keterampilan pengelolaan kelas yang kurang dapat mengarahkan pada pembelajaran menulis cerita
pendek yang konvensional. Adapun rendahnya kemampuan menulis ceriata pendek siswa ditandai oleh kreativitas, imajinasi, pengorganisasian paragraf, pemanfaatan
potensi kata, pengembangan bahasa, mekanik, dan ketuntasan belajar yang kurang Sementara itu, sebagian besar siswa menyatakan bahwa mereka tidak tahu
apa yang mesti ditulis. Terkadang sudah ada ide, tetapi tidak bisa mengembangkan lebih lanjut sehingga cerita tidak terselesaikan dengan baik. Beberapa cerita pendek
bahkan memiliki alur cerita yang sama dengan cerita pada sinetron kebanyakan. Di samping itu, sebagian besar cerita pendek yang ditulis siswa memilki ending yang
commit to user
87
tidak logis. Alokasi waktu pembelajaran menulis cerita pendek yang terbatas menjadi kendala tersendiri bagi siswa. Siswa sering tergesa-gesa menyelesaikan cerita pendek
yang ditulisnya tanpa sempat memikirkan apakah cerita pendek yang ditulisnya akan menarik pembaca.
Berdasar pada permasalahan yang ada, dipilihlah metode peta pikiran mind mapping untuk mengatasi permasalahan tersebut. Metode ini dipilih untuk
melakukan pencatatan secara ringkas dan sistematis serta dapat mengembangkan gagasan karena rangsang visual berupa gambar serta warna yang ditawarkan. Di
samping itu, metode ini diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi kerja otak kanan sehingga dapat membangkitkan kreativitas dan imajinasi yang sangat diperlukan
dalam kegiatan menulis cerita pendek. Siswa dapat mengembangkan ide dari peta pikiran yang telah dibuat sehingga tidak lagi kehabisan ide. Hal ini akan lebih
mengefektifkan waktu pembelajaran. Berdasar pada asumsi-asumsi itulah, metode mind mapping dipilih untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan kemampuan menulis cerita pendek. Penerapan metode peta pikiran dalam pembelajaran menulis cerita pendek dilakukan
secara kolaboratif antara guru dan peneliti. Kolaborasi yang dimaksud adalah guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti hanya sebagai partisipan pasif yang
mengamati jalannya proses pembelajaran. Di samping dalam pelaksanaan tindakan, kolaborasi juga dilakukan pada tahap perencanaan yaitu sebelum guru melakukan
tindakan. Tahap selanjutnya adalah observasi yang dilakukan peneliti saat guru melakukan tindakan. Tahap yang terakhir yaitu analisis dan refleksi yang dilakukan
commit to user
88
peneliti dan guru terhadap hasil tindakan yang telah dilakukan. Keempat tersebut membentuk daur yang berkesinambungan dengan berbagai teknik perbaikan tindakan
dari guru. Meskipun demikian, tindakan tersebut masih menerapkan metode peta pikiran mind mapping.
Dari penerapan metode peta pikran tersebut diharapkan terjadi peningkatan baik pada kualitas proses pembelajaran yang ditandai dengan peningkatan keaktifan,
perhatian, konsentrasi, minat, dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis cerita pendek, maupun keterampilan menulis cerita pendek yang ditandai dengan
peningkatan kreativitas, imajinasi, pengorganisasian paragraf, pemanfaatan potensi kata, pengembangan bahasa, mekanik pada cerpen karangan siswa dan ketuntasan
belajar. Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut lihat gambar 5.
D. Hipotesis Tindakan