1. Faktor Infeksi a. Infeksi enteral ; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut Wijoyo, 2013 :
- Diare karena virus
Diare karena virus yang disebabkan, antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel mukosa usus. Akibatnya sel mukosa usus menjadi
rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun elektrolit meningkat. Gejala yang ditimbulkan akibat infeksi rotavirus, adalah muntah, demam,
mual, dan diare cair akut. - Diare karena bakteri infasif
Diare karena bakteri infasif memiliki tingkat kejadian yang cukup sering, tetapi akan berkurang dengan sendirinya seiring dengan peningkatan sanitasi
lingkungan di masyarakat. Diare ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa
yang baru. - Diare karena parasit
Diare karena parasit disebabkan oleh protozoa seperti Entamoeba histolytica dan Glardia lamblia. Diare karena infeksi parasit ini bercirikan mencret cairan yang
berkala dan bertahan lama lebih dari satu minggu. Gejalanya berupa nyeri pada perut, rasa letih umum, deman dan muntah-muntah.
b.Infeksi parenteral ; infeksi diluar alat pencernaan makanan.
2. Faktor Malabsorpsi Faktor malabsoprsi meliputi malabsorpsi lemak, malabsorpsi karbohidrat, dan
malabsorpsi protein. 3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan dapat menjadi faktor penyebab terjadinya diare. Contoh alergi terhadap makanan yaitu alergi terhadap
laktosa, makanan yang mengandung lemak tinggi dan makanan terlalu pedas atau terlalu banyak serat dan kasar.
2.2.4 Epidemiologi Diare
Diare paling sering menyerang anak-anak, terutama usia antara 6 bulan sampai 2 tahun. Penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian
paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di Indonesia, biasanya balita menderita diare lebih dari sekali dalam setahun dan hal ini yang menjadi penyebab
kematian sebesar 15-34 dari semua penyebab kematian pada balita. Depkes RI, 2011. Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur
dengan insidensi tertinggi terdeteksi pada anak balita 1-4 tahun yaitu 16,7. Sedangkan menurut jenis kelamin insidensi laki-laki dan perempuan hampir sama,
yaitu 8,9 pada laki-laki dan 9,1 pada perempuan. Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan
proporsi 3,5. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia. Di Indonesia penyebab kematian
bayi usia 29 hari-11 bulan yang terbanyak disebabkan oleh diare 31,4 dan
pneumonia 23,8. Demikian pula penyebab kematian anak balita usia 12-59 bulan, terbanyak adalah diare 25,2 dan pneumonia 15,5.
2.2.5 Gejala Diare
Gejala yang ditimbulkan akibat diare adalah Depkes RI, 1994 : 1. Diare tanpa dehidrasi: mata normal dan air mata ada, keadaan umum baik dan
sadar, tidak merasa haus, mulut dan lidah basah. 2. Diare dengan dehidrasi ringan: mencret 3 kali sehari atau lebih, kadang-kadang
muntah, terasa haus, kencing sedikit, nafsu makan kurang, aktivitas menurun, mata cekung, mulut dan lidah kering, gelisah dan mengantuk, nadi lebih cepat
dari normal, dan ubun-ubun cekung. 3. Diare dengan dehidrasi berat: mencretnya terus menerus, muntah lebih sering,
terasa sangat haus, tidak kencing, tidak ada nafsu makan, mata sangat cekung, mulut sangat kering, nafas sangat cepat dan dalam, nadi sangat cepat, lemah
dan tidak teraba, ubun-ubun sangat cekung.
2.2.6 Patofisiologi Diare
Patofisiologi diare dapat dibagi dalam tiga macam kelainan pokok, yaitu :
a. Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit
Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat menyebabkan diare, contohnya pada kejadian infeksi.
b. Kelainan cepat laju bolus makanan di dalam lumen usus Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal apabila bolus
makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran pencernaan dan berada