Faktor-Faktor Resiko Diare Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit

b . Jenis kelamin Diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 insidensi diare menurut jenis kelamin hampir sama, yaitu 8,9 pada laki-laki dan 9,1 pada perempuan. c. Status Imunisasi Berdasarkan laporan Ditjen PPM dan PLP tahun 2005 bahwa diare sering timbul menyertai campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu, anak harus segera diberi imunisasi campak setelah berumur 9 bulan. d. ASI eksklusif ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi baru lahir sampai bayi mencapai usia 6 bulan. Pemberian ASI penuh akan memberikan perlindungan diare 4 kali dari pada bayi dengan ASI disertai susu botol. Bayi dengan susu botol saja akan mempunyai risiko diare lebih berat dan bahkan 30 kali lebih banyak daripada dengan ASI penuh. e. Status Gizi Serangan diare lebih lama dan lebih sering terjadi pada anak dengan malnutrisi. Semakin sering dan semakin berat diare yang diderita, maka semakin buruk keadaan gizi anak. Diare dapat terjadi pada keadaan kekurangan gizi, seperti pada kwashiorkor, terutama karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan di usus Suharyono, 1986. 2. Agent a. Diare karena virus Diare karena virus disebabkan oleh Rotavirus dan Adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun elektrolit meningkat. b. Diare karena bakteri Diare karena bakteri invasif memiliki tingkat kejadian yang cukup sering tetapi akan berkurang dengan sendirinya dengan peningkatan sanitasi lingkungan di masyarakat. Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu kedalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan berlendir. Penyebab pembentukan enterotoksin ialah bakteri E.coli, Shigella sp, Salmonella sp, dan Campylobacter sp. c. Diare karena parasit Diare karena parasit disebabkan oleh protozoa seperti Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia. Diare karena infeksi parasit biasanya bercirikan mencret cairan yang berkala dan bertahan lebih dari satu minggu. 3. Lingkungan a. Sanitasi lingkungan Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah. Status kesehatan suatu lingkungan yang buruk dapat memungkinkan timbulnya diare. b. Personal higiene Personal higiene sendiri dapat diartikan sebagai cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya . Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Memelihara dan memotong kuku dapat. Kebiasaan penduduk yang tidak mau mencuci tangan menggunakan sabun sebelum melakukan aktifitasnya, serta perilaku lainnya yang tidak mencerminkan pola hidup sehat dapat memungkinkan timbulnya diare. c. Penyediaan air bersih Penyediaan air bersih adalah upaya ketersediaan air bersih yang merupakan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak lebih dahulu, air minum sendiri diartikan sebagai air yang kualitasnya memenuhi syarat – syarat kesehatan dan dapat diminum. Air yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan dapat memungkinkan terjadinya diare.

2.2.8. Mekanisme Diare

a. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi apabila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar. b. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah yang besar. Bila tinja dihinggapi binatang kemudian binatang hinggap dimakanan, makanan itu dapat menularkan diare kepada orang yang memakannya. c. Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga kebersihannya, mencuci alat-alat rumah tangga tanpa menggunakan sabun. 2.2.9 Pencegahan Diare 2.2.9.1 Pencegahan Primer Primary Prevention Pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa prepatogenesis dengan tujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap diare. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pencegahan primer yaitu Erlan, 1999: A. Pemberian ASI Ibu sebaiknya hanya memberikan air susu ibu untuk bayi mereka selama 4-6 bulan pertama, dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI sampai 2 tahun atau lebih, sambil memberikan makanan tambahan. Di negara-negara berkembang, bayi yang mendapat ASI mempunyai angka kesakitan dan kematian yang secara bermakna lebih rendah dibandingkan dengan yang diberikan susu formula. B. Pemberian Makanan Pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang