juga menyebabkan kurangnya nilai estetika serta timbulnya bau tidak sedap di sepanjang aliran sungai.
Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya mikroorganisme
pembawa penyakit, dan tidak menjadi media penyebarluasan penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah adalah tidak mencemari udara, air
dan tanah, tidak menimbulkan bau, dan tidak menimbulkan kebakaran Azwar,1996.
Observasi Kepadatan Lalat
Berdasarkan hasil observasi kepadatan lalat di sekitar tempat pembuangan sampah di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan tahun 2014
kepadatan lalat termasuk dalam kategori tinggipadat. Adapun interprestasi hasil pengukuran lalat adalah sebagai berikut :
0-2 : Rendah
3-5 : Sedang
6-20 : Tinggipadat
21 : Sangat tinggisangat padat
Skor diperoleh dari 10 kali perhitungan dari setiap lokasi dimana 1 kali perhitungan adalah 30 detik. Setelah itu 5 perhitungan yang tertinggi dibuat rata-
ratanya, dan dicatat dalam tabel. Hasil perhitungan angka rata-rata merupakan indeks kepadatan lalat di lokasi tersebut.
Salah satu penyebab diare adalah tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri yang di bawa lalat. Lalat dianggap mengganggu karena kesukaannya hinggap
di tempat-tempat yang lembab dan kotor, seperti sampah. Selain hinggap, lalat juga
menghisap bahan-bahan kotor dan memuntahkan kembali dari mulutnya ketika hinggap di tempat yang berbeda. Jika makanan yang dihinggapi lalat tercemar oleh
mikroorganisme baik bakteri, protozoa, telurlarva cacing yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat dan bila dimakan oleh manusia, maka dapat menjadi
faktor resiko terjadinya diare Andriani, 2007.
5.3.4 Sarana Pembuangan Air Limbah
Hasil observasi terhadap 64 rumah responden terdapat 57 responden 89.1 yang memiliki sarana pembuangan air limbah dengan jarak 10m sehingga
mencemari sumber air bersih. Sarana pembuangan air limbah di daerah tersebut mereka buat sendiri dengan menggali tanah hingga berbentuk seperti saluran
penampungan yang langsung dialirkan ke sungai. Saluran pembuangan yang terbuka seperti ini juga menimbulkan bau yang tidak sedap.
Pengelolaan air limbah perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit menular karena sanitasi yang buruk. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga
contohnya air bekas mandi, bekas cucian pakaian, perabot dan bahan makanan, dan lain-lain. Air ini tentunya mengandung banyak detergen dan mikroorganisme. Selain
itu, ada lagi air limbah yang mengandung excreta, yakni tinja dan urine manusia. Walaupunn excreta mengandung zat padat, tetapi tetap dikelompokkan sebagai air
limbah. Dibandingkan dengan air bekas cuci, excreta ini jauh lebih berbahaya karena mengandung banyak kuman patogen. Excreta ini merupakan cara transport utama
bagi penyakit bawaan air, terutama bahaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang sering juga kekurangan gizi Soemirat, 2009.
5.3.5 Kriteria Sanitasi Lingkungan Rumah
Sanitasi lingkungan rumah dapat dilihat dari aspek ketersediaan sarana air bersih, ketersediaan jamban, ketersediaan pengolahan sampah, ketersediaan sarana
pembuangan air limbah yang dikategorikan berdasarkan kriteria yang terdapat pada Kepmenkes RI No.829MenkesSKVII1999 tentang persyaratan kesehatan
perumahan yang terdiri dari 2 kriteria yaitu sehat apabila skor ≥ 334 dan tidak sehat
apabila skor 334. Berdasarkan tabel 4.8 mengenai kategori sanitasi lingkungan rumah dapat
dilihat seluruh rumah responden tergolong dalam kategori rumah tidak sehat. Hal ini disebabkan karena hampir sebagian besar masyarakat yaitu 51 orang 79,7 tidak
memiliki jamban dan buang air besar langsung disungai. Penyebab lainnya juga adalah 57 orang 89,1 memiliki sarana pembuangan air limbah yang terbuka dan
mencemari sumber air, dan juga sebanyak 50 orang 78,1 tidak memiliki sarana pembuangan sampah dan membuang sampah mereka langsung ke sungai.
5.4 Personal Higiene
Hasil penelitian personal higiene terhadap 64 responden di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun tahun 2014 adalah sebagai berikut :
5.4.1 Memelihara dan Memotong Kuku Tangan dan Kuku Kaki
Kuku yang kotor dapat menjadi sarang berbagai kuman penyakit yang dapat ditularkan ke bagian-bagian tubuh yang lain. Hasil penelitian terhadap 64 responden
di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun tahun 2014 menunjukkan kebiasaan memelihara dan memotong kuku tangan dan kuku kaki dengan kategori