2.5.2.2 Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik
Untuk dapat memberi makna secara semiotika, pertama kali dapat dilakukan dengan heuristik dan hermeneutik atau retoaktif Riffaterre, 1978:5-6. Konsep ini akan
diterapkan sebagai langkah awal dalam usaha untuk makna yang terkandung dalam mantra melaut suku Melayu Aras Kabu.
Pembacaan heuristik menurut Riffaterre 1978:5 merupakan pembacaan tingkat pertama untuk memahami makna secara linguistik, sedangkan pembacaan hermeneutik
merupakan pembacaan tingkat kedua untuk menginterpretasi makna secara utuh. Dalam pembacaan ini, pembaca lebih memahami apa yang sudah dia baca untuk kemudian
memodifikasi pemahamannya tentang hal itu. Menurut Santosa 2004: 231 bahwa pembacaan heuristik adalah pembacaan
yang didasarkan pada konvensi bahasa yang bersifat mimetik tiruan alam dan membangun serangkaian arti yang heterogen, berserak-serakan atau tidak gramatikal.
HaI ini dapat terjadi karena kajian didasarkan pada pemahaman arti kebahasaan yang bersifat lugas atau berdasarkan arti denotatif dari suatu bahasa. Sedangkan Pradopo
2005:135 memberi definisi parnbacaan heuristik yaitu pembacaan berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotika adalah berdasarkan konvensi sistem semiotika
tingkat pertama. Pembacaan hemteneutik menurut Santosa 2004:234 adalah pembacaan yang
bermuara pada ditemukannya satuan makna puisi secara utuh dan terpadu. Sementara itu, Pradopo 2005:137 mengartikan pembacaan hermeneutik sebagai pembacaan
berdasarkan konvensi sistem semiotika tingkat kedua makna konotasi. Pada tahap ini, pembaca hanrs meninjau kembali dan membandingkan hal-hal yang telah dibacanya
pada tahap pembacaan heuristik. Dengan cara demikian, pembaca dapat memodifikasi pemahamannya dengan pemahaman yang terjadi dalam pembacaan hermeneutik.
Universitas Sumatera Utara
Puisi harus dipahami sebagai sebuah satuan yang bersifat struktural atau bangunan yang tersusun dari berbagai unsur kebahasaan. Oleh karena itu, pembacaan
hermeneutik pun dilakukan secara struktural atau bangunan yang tersusun dari berbagai unsur kebahasaan. Artinya, pembacaan itu bergerak secara bolak-balik dari suatu bagian
ke keseluruhan dan kembali ke bagian yang lain dan seterusnya. Pembacaan ini dilakukan pada interpretasi hipogram potensial, hipogram aktual, model, dan matriks
lihat Riffaterre, 1978:5. Proses pembacaan yang dimaksudkan oleh Riffaterre dalam Selden, 1993:126 dapat diringkas sebagai berikut. 1 Membaca untuk arti biasa. 2
Menyoroti unsur-unsur yang tampak tidak gramatikal dan yang merintangi penafsiran mimetik yang biasa. 3 Menemukan hipogram, yaitu mendapat ekspresi yang tidak
biasa dalam teks. 4 Menurunkan matriks dari hipogram, yaitu menemukan sebuah pemyataan tunggal atau sebuah kata yang dapat menghasilkan hipogram dalam teks.
2.5.2.3 Matriks dan Model