Kearifan Lokal Terhadap Identitas Diri Kearifan Lokal Terhadap Pelestarian Budaya

manusia pula alam ini bisa lestari dan harmoni. Alam memerlukan rekayasa teknologi dan kebijakan yang bersumber dari ajaran Tuhan.

b. Kearifan Lokal Terhadap Identitas Diri

Dalam persepsi budaya masyarakat Melayu Aras Kabu Serdang, mereka dalam ritual mantra melaut ini memang memiliki kearifan lokal untuk mempertahankan dan menunjukkan jati dirinya. Bahwa manusia adalah bahagian dari alam. Manusia perlu menjaga hubungan yang harmonis dengan alam sekitar, baik yang tampak kasat mata ataupun yang gaib. Dalam kebudayaan suku Melayu Aras Kabu, mereka mempercayai adanya alam gaib yang dapat membantu manusia dalam berbagai hal, seperti mengobati penyakit, menjaga rumah, menjaga lahan pertanian, membantu mencari ikan di laut, dan lain-lainnya. Melalui mantra melaut, masyarakat Melayu Serdang ini menunjukkan identitasnya yang kuat. Di antaranya adalah bahwa orang Melayu adalah orang yang memiliki adat. Semua hal berkaitan dengan adat, termasuk ketika melaut. Mereka menunjukkan identitasnya sebagai masyarakat nelayan yang mempercayai adanya Tuhan yang senantiasa akan menolong mereka baik ketika di daratan atau di lautan. Mereka pun selalu menunjukkan identitas kemelayuan tersebut sebagai orang yang beragama, menjaga kelestarian alam, mempercayai makhluk-makhluk lain ciptaan Allah selain manusia, orang Melayu adalah rahmat kepada seluruh alam, bukan hanya untuk orang Melayu saja tetapi juga orang lain yang bukan suku Melayu dan umat agama lain. Ini adalah identitas yang selaras dengan ide bhinneka tunggal ika dalam konteks Indonesia. Contoh kearifan lokal sebagai pengejewantahan identitas orang Melayu di Aras kabu ini dapat ditemui di dalam mantra melaut sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Pada sunnah Allah kami pun ikut Menjaga semua yang telah dianut Dua larik mantra melaut tersebut menunjukkan bahwa orang Melayu selalu taat kepada hukum Tuhan, mematuhi segala yang diperintahkan Tuhan dan menjauhi yang dilarang oleh Tuhan. Orang Melayu selalu menjaga harmonisasi baik kepada Tuhan maupun makhluk di dunia ini.

c. Kearifan Lokal Terhadap Pelestarian Budaya

Kearifan budaya masyarakat suku Melayu Aras Kabu pada hakikatnya berpangkal dari sistem nilai dan religi yang dianut suku Melayu dalam komunitasnya. Ajaran agama dan kepercayaan masyarakat suku Melayu menjiwai dan memberi warna serta mempengaruhi citra budayanya dalam wujud sikap dan perilaku terhadap tradisi dan budayanya. Hakikat yang terkandung di dalamnya adalah memberi tuntunan kepada masyarakat untuk berperilaku yang serasi dan selaras dengan tradisinya, sehingga tercipta keseimbangan hubungan antara manusia dengan budayanya. Adapun kearifan lokal yang terkandung dalam setiap bait mantra melaut merupakan sistem seluruh budaya daerah atau etnik yang sudah lama hidup dan berkembang pada masyarakat suku Melayu. Mantra melaut suku Melayu Aras Kabu dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk kearifan lokal budaya masyarakatnya yang harus dipelihara dan diupayakan untuk diintegrasikan menjadi budaya di daerah sendiri secara keseluruhan. Pengembangan kearifan-kearifan lokal pada mantra ritual melaut yang relevan dan kontekstual memiliki arti penting bagi berkembangnya suatu budaya masyarakat Melayu, terutama jika dilihat dari sudut ketahanan budaya, di samping juga mempunyai arti penting bagi identitas daerah itu sendiri. Kearifan lokal yang juga meniscayakan adanya muatan Universitas Sumatera Utara budaya masa lalu, dengan demikian, juga berfungsi untuk membangun kerinduan pada kehidupan nenek moyang, yang menjadi tonggak kehidupan masa sekarang. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat suku Melayu Aras Kabu, dinilai dapat menjadi sebuah potensi kekayaan budaya daerah dan bahkan bisa menjadi identitas diri bagi masyarakat suku Melayu. Kearifan masyarakat suku Melayu dalam mengelola tradisi dan budayanya dapat disampaikan lewat media-media tradisional seperti mitos, ritual, dan pesan-pesan leluhur, fabel, parabel, dongeng, legenda, tetapi sesungguhnya mengandung pengetahuan religi, yaitu sistem pengetahuan mengenai fungsi kosmologi dan agama sebagai penyeimbang kehidupan. Bahkan uraian di atas memperlihatkan tiga elemen kearifan budaya, yaitu sistem nilai, pengetahuan, dan religi.

d. Kearifan Lokal Terhadap Kesejahteraan Hidup