Struktur sebelum pembacaan mantra Struktur ritual mantra melaut Kearifan Lokal tentang Hubungan Harmonis Manusia, Alam, dan Makhluk Gaib

5.1 Analisis Melalui Semiotika Sosial 5.1.1 Pelaksanaan Ritual Mantra Melaut Permainan mantra melaut dianalisis mengikuti analisis semiotika sosial atau multimodal Halliday, Kress, dan van Leeuwen 1996, Kress 2000 dan model Royce 2007. Dapat dijelaskan dalam model tersebut terdapat tingkat ekstravisual dan visual ritual mantra melaut. Di sisi lain, tingkat ekstravisual ritual mantra melaut terdiri dari konteks budaya dan konteks situasi mantra melaut. Pada tingkat visual ritual mantra melaut dipdapati makna semantik visual, sistem desain gramatika visual, dan simbologi representasi mantra melaut.

5.1.2 Konteks Budaya Mantra Melaut

Secara konteks budaya, struktur ekstravisual imaji mantra melaut terdiri atas tiga 3 struktur generik yaitu: 1 struktur persiapan, 2 struktur pembacaan mantra, dan 3 struktur setelah pembacaan mantra dan siap-siap pergi melaut. Deskripsinya adalah sebagai berikut.

a. Struktur sebelum pembacaan mantra

Adapun struktur imaji sebelum acara pembacaan mantra melaut dimulai, pemimpin upacara dan dua nelayan lain mempersiapkan semua kebutuhan yang diperlukan selama melaut di lautan lepas Selat Melaka, yaitu: makanan seperti beras, garam, gula, kopi, teh, air tawar, dan lain-lainnya. Ini adalah bahagian dari persiapan untuk memenuhi kebutuhan pokok makan dan minum selama melaut nantinya. bahan-bahan keperluan ini dibeli di kedai di Desa Aras Kabu ada juga yang dibeli di Desa Pantai Labu sebagai tempat tangkahan pergi dan pulang melaut. Universitas Sumatera Utara

b. Struktur ritual mantra melaut

Dalam rangka melaksanakan upacara mantra melaut, yang paling utama adalah pembacaan mantra di atas sampan yang dipimpin oleh pemimpin nelayan, dan diikuti oleh dua nelayan lainnya. Mantra yang diucapkan ini juga berfungsi sebagai doa, agar nanti selamat melaut dan mendapatkan hasil tangkapan seperti yang diharapkan, dan akhirnya dapat memenuhi kebutuhan ekonomi sang nelayang tersebut. Imaji-imaji di atas menunjukkan bahwa ritual mantra melaut yang terdapat di dalam kebudayaan nelayan suku Melayu di Aras Kabu merupakan kearifan lokal yang dioleh dari konsep adat berseandikan syarak, dan syarakak bersendikan kitabullah. Artinya terjadi harmonisasi secara akulturasi antara kebudayaan Melayu dan agama Islam. Imaji Visual Struktur generik rutual mantra melaut Duduk di atas sampan Universitas Sumatera Utara Menghadap ke arah lautan selat Melaka Membaca mantra melaut secara perlahan-lahan dipimpin oleh nelayan pemimpin Figura 5.1: Imaji Visual dan Struktur Generik Ritual Mantra Melaut

c. Struktur setelah pembacaan mantra

Setelah dilakukannya pembacaan mantra, maka tahapan berikutnya adalah kegiatan setelah upacara. Menurut pengamatan penulis di lapangan, setelah dilakukan pembacaan mantra, ketiga orang nelayan tersebut istirahat, sambil memandang ke laut lepas. Mereka tampak seperti memiliki kekuatan rohani dan jasmani untuk siap-siap menuju ke lautan lepas.

5.1.3 Konteks Situasi Mantra Melaut

Di dalam konteks situasi mantar melaut, imaji visual mengungkapkan entitas dan aktivitas pelibat. Imaji entitas mengklasifikasikan bagian-bagiannya dan imaji aktivitas mengungkapkan setiap gerak dan aktivitas secara berurutan dan bertautan. Berdasarkan Universitas Sumatera Utara konteks situasinya, struktur visual mantra melaut ini terdiri atas 3 tiga struktur, yang kemudian dapat diuraikan sebagai berikut. a Medan Medan berhubungan dengan aktivitas yang sedang berlangsung, di mana setiap rangkaian aktivitas dipengaruhi oleh masyarakat, benda, proses, tempat, dan kualitas Sinar, 2008: 56. Berkaitan dengan data konteks situasi, maka medan pada penelitian ini adalah ritual mantra melaut yang dimiliki oleh masyarakat suku Melayu di Aras Kabu. Ada dua referensi referents menurut Martin dan Rose, 2003:324 yang bisa diungkapkan sebagai medan imaji visual yaitu a doa kepada Tuhan agar diberi perlindungan selama melaut, b bentuk menjaga hubungan antara alam yaitu alam manusia dan alam gaib yang menguasai lautan. Referensi menggambarkan imaji benda, proses, tempat, dan kualitas ritual mantra melaut yang dikaitkan dengan sistem religi dalam mengawali sebuah ritual dalam tradisi Melayu di Aras Kabu. Mantra melaut yang diucapkan para nelayan ini dimulai dengan mengusir setan A’uzubillahhiminasyaitonnirrojim dan menyebut nama Allah SWT “Bismillahhirrohmanirrahim. Kemudian membaca Surat Al-Fatihah sebagai ummul Qur’an, dan kemudian berkomunikasi dengan makhluk-makhluk gaib agar diijinkan melaut dan saling menjaga keseimbangan alam. b Pelibat Sinar 2008:57 menyebutkan bahwa pelibat mengkarakterisasikan fungsi konteks situasi dan berhubungan dengan siapa yang berperan, status dan peranan mereka, seluruh jenis ucapan yang mereka lakukan dalam dialog, dan ikatan hubungan sosial di mana Universitas Sumatera Utara mereka terlibat. Pelibat ritual mantra melaut di dalam kebudayaan masyarakat Melayu di Aras Kabu ini terdiri dari: 1. Pemimpin nelayan dan sekaligus memimpin pembacaan mantra 2. Nelayan 1 3. Nelauan 2 bisa ditambah dengan nelayan-nelayan lain sesuai dengan kehendak bersama, mau berapa nelayan dalam satu sampan yang akan melaut c Sarana Kemudian bahagian penting dalam konteks situasi selanjutnya adalah sarana. Sarana menurut Sinar 2008:61 berkaitan erat dengan kegiatan menyalurkan komunikasi yang dilakukan dengan bentuk informasi. Berkaitan dengan data visual, sarana pada ritual mantra melaut nelayan Aras Kabu ini terdiri dari dua bagian, yaitu lisan dan visual. Sarana lisan yang terdapat pada ritual mantra melaut berupa mantra, sedangkan sarana visualnya berupa seluruh aspek visual yang terdapat pada ritual mantra melaut tersebut. Contoh : jarring tancap, ambai, jarring apolo, langgei laying, sondong, lukah bubu, tangkul kepiting, pancing rawai, pukat jerut, dan lain-lainnya.

5.1.4 Semantik dan Gramatika Visual

Semantik dan gramatika visual mengandungi sistem makna dan sistem desain visual dari pelibat ritual mantra melaut ini. a Pemimpin nelayan Pemimpin nelayan adalah orang yang bertundak sebagai pemimpin nelayan baik sebelum melaut, ketika melaut, dan selepas melaut. Pemimpin nelayan ini adalah orang yang juga memimpin ritual mantra melaut. Pemimpin ini biasanya mengucapkan mantra-mantra melaut yang diamini oleh beberapa orang nelayan Universitas Sumatera Utara lainnya. Pemimpin nelayan ini dipandang sebagai orang yang mampu membawa keselamatan ritual dan jalannya penangkapan ikan di laut dengan meminta ridha Allah SWT. Pemimpin nelayan ini menerima mantra ritual dalam tradisi lisan yang diwariskan juga secara kelisanan. b Nelayan 1 Nelayan ini adalah anggota dari pemimpin nelayan yang tugasnya adalah bekerja bersama nelayan-nelayan lain dalam satu sampan. Ia dalam konteks ritual mantra melaut adalah mengikuti upacara tersebut dan selalu mengikuti mantra yang diucapkan oleh pemimpin nelayan. Nelayan ini nantinya di laut akan menangkap ikan secara bersama-sama dengan pemimpin nelayan dan para nelayan lain. c Nelayan 2 Sama dengan nelayan 1 maka nelayan 2 ini tugasnya adalah untuk bekerja bersama- sama nelayan lain dan pemimpin nelayan dalam mencari ikan di laut. Ia juga mengikuti upacara mantra melaut yang dipimpin oleh pemimpin nelayan. Dalam konteks ritual ini nelayan 2 mengikuti mantra yang diucapkan pemimpin nelayan dan mengamini mantra tersebut yang juga berfungsi sebagau doa. Nelayan ini nantinya akan menangkap ikan di laut dengan menggunakan peralatan penangkapan ikan yang telah disediakan sebelum melaut. 5.2 Analisis Melalui Semiotika Riffaterre 5.2.1 Ketidaklangsungan Ekspresi Penting untuk diketahui bahwa mantra melaut adalah agak berbeda dengan puisi pada umumnya yang selalu menggunakan ketidaklangsungan ekspresi sebagai salah satu gaya penyampaian verbal. Mantra ini lebih bersifat ekspresi langsung kepada Allah dan makhluk gaib di laut. Menurut teori seiotika Riffaterre seperti yang sudah diuraikan Universitas Sumatera Utara sebelumnya, ketidaklangsungan ekspresi dalam puisi pada dasarnya dapat digolongkan kepada tiga jenis yaitu: penggantian, penyimpangan, dan penciptaaan arti. Dalam mantra melaut ini ketidaklangsungan ekspresi itu dapat dilihat pada lirik berikut ini. a Untuk ketidaklangsungan ekspresi berupa penggantian arti adalah pada kata-kata bertikut ini. Hai kuala tempat berdiri Kata kuala pada larik di atas sebenarnya adalah menggantikan objek yaitu mambang atau makhluk gaib yang berada di kuala tempat nelayan beridir, dan sedang memabcakan mantra. Kuala bukanlah dimaksud sebagai daratan yang bersempadan langsung dengan laut, tepatnya tempat tangkahan, tetapi lebih mengarah kepada makna makhluk gaib yang ada di kuala. b Ketidaklangsungan ekspresi berupa penciptaan makna, ada pada larik mantra berikut ini. Khaidir datnglah ke mari Penciptaan makna dari larik mantra di atas adalah sebenarnya datnglah wahai Allah melalui Nabi Mu yaitu Nabi Khaidir untuk memberkati nelayan dalam melakukan aktivitas menangkap ikan di laut. Jadi maknanya tidak hanya sekedar kedatangan Nabi Allah Khaidir tetapi juga riodha Allah kepada para nelayan. 5.2.2 Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik 5.2.2.1 Heuristik Untuk dapat memberi makna secara semiotika, pertama kali dapat dilakukan dengan heuristik dan kemudian bergerak ke pembacaan hermeneutik atau retoaktif Riffaterre, 1978:5-6. Konsep ini akan diterapkan sebagai langkah awal dalam usaha untuk makna yang terkandung dalam mantra melaut suku Melayu Aras Kabu. Universitas Sumatera Utara Dari hasil lapangan dengan contoh lima mantra melaut dari informan kunci yang berbeda didapati persamaan-persamaan struktural secara umum. Kelima contoh mantra melaut dalam kebudayaan Melayu Aras Kabu itu berasal dari para informan sebagai berikut: a mantra melaut I disajikan oleh Haji Amiruddin; b mantra melaut II oleh Tok Sokbi; c mantra melaut III oleh Basyaruddin; d mantra melaut IV oleh Alang Dulmail; dan e mantra melaut V oleh Buyung. Adapun selengkapnya lirik atau teks mantra yang penulis dapatkan di lapangan, yaitu yang diucapkan oleh kelima informan kunci tersebut adalah seperti berikut ini. Mantra ini dikumpulkan di lapangan dari bulan Agustus sampai Desember 2012. Karena secara umum, mantra melaut yang disajikan memiliki kesamaan yang besar, maka analisis lirik mantra akan difokuskan kepada satu mantra saja, mantra melaut I yang disajikan oleh Haji Amiruddin pada tanggal 12 Oktober 2012, di daerah tangkahan di Desa Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.

1. Mantra Melaut I Oleh: Haji Amiruddin

Auzubillahiminas syaithonirrajim Bismillahi rahmanirrahim Allahumma shali ala saidina Muhammad Wa ala ali syaidina Muhammad Alfatihah Alhamdulillahi rabbil alamin Arrahmanirrahim Maliki yaumiddin Iyakanakbudu waiyakanastain Universitas Sumatera Utara Ihdinassirathal mustaqim Sirathalazina anamt ‘alaihim Ghairil maghdubi alaihim Waladhallin Amiin Allahumma shali ala Saidina Muhammad Wa ala ali Saidina Muhammad Allahumma shali ala Saidina Muhammad Wa ala ali Saidina Muhammad Hai… kuala tempat berdiri bagai diarah bagai diiring Khaidir datanglah ke mari Ikan pun masuklah ke jaring Hai… jembalang laut Kami datang mencarilah ikan Tidak menggangu tempatnya tuan Harap kita terus berkawan Mambang Hitam, Mambang Kuning, Mambang Hijau, Ijinkan kami menangkap hasil laut Pada sunnah Allah kami pun ikut Menjaga semua yang telah dianut Universitas Sumatera Utara Semua itu berkat Laa ilaha ilallah Muhammadarrasulullah Aaa ...

2. Mantra Melaut II Oleh: Tok Sokbi

Bismillahi rahmanirrahim Allahumma shali ala saidina Muhammad Wa ala ali syaidina Muhammad Alfatihah Alhamdulillahi rabbil alamin Arrahmanirrahim Maliki yaumiddin Iyakanakbudu waiyakanastain Ihdinassirathal mustaqim Sirathalazina anamt ‘alaihim Ghairil maghdubi alaihim Waladhallin Amiin Allahumma shali ala Saidina Muhammad Wa ala ali Saidina Muhammad Tangkahan tempat aku berdiri Delapan penjuru mata angin Wahai Khaidir mari kemari Universitas Sumatera Utara Ikan dan udang datang beriring Wahai Mambang Laut yang bertakhta Mohon kami mencari nafkah Minta izin minta dibela Darinya Allah kita bersama Mambang Hitam, Mambang Kuning, Mambang Hijau, Ijinkan kami menangkap hasil laut Pada sunnah Allah kami pun ikut Menjaga semua yang telah dianut Berkat Laa ilaha ilallah Muhammadarrasulullah Aaa ...

3. Mantra Melaut III Oleh: Basyaruddin

Auzubillahiminas syaithonirrajim Bismillahi rahmanirrahim Allahumma shali ala saidina Muhammad Wa ala ali syaidina Muhammad Alfatihah ala Nabi Alhamdulillahi rabbil alamin Arrahmanirrahim Universitas Sumatera Utara Maliki yaumiddin Iyakanakbudu waiyakanastain Ihdinassirathal mustaqim Sirathalazina anamt ‘alaihim Ghairil maghdubi alaihim Waladhallin Amiin Allahumma shali ala Saidina Muhammad Wa ala ali Saidina Muhammad Allahumma shali ala Saidina Muhammad Wa ala ali Saidina Muhammad Ahoi... kuala tempat aku berdiri Bagaikan diarah bagai diiring Nabi Khaidir datang ke mari Ikan melambak masuk ke jaring Ahoi… para jembalang laut Kami datang mencarilah ikan Tidak menggangu tempatnya tuan Harap kita terus berkawan Mambang Hitam, Mambang Kuning, Mambang Hijau, Ijinkan kami menangkap hasil laut Pada sunnah Allah kami pun ikut Universitas Sumatera Utara Menjaga semua yang telah dianut Berkat Laa ilaha ilallah Muhammadarrasulullah Aaa ...

4. Mantra Melaut IV Oleh: Alang Dulmail

Bismillahi rahmanirrahim Allahumma shali ala saidina Muhammad Wa ala ali syaidina Muhammad Alfatihah ... Alhamdulillahi rabbil alamin Arrahmanirrahim Maliki yaumiddin Iyakanakbudu waiyakanastain Ihdinassirathal mustaqim Sirathalazina anamt ‘alaihim Ghairil maghdubi alaihim Waladhallin Amiin Allahumma shali ala Saidina Muhammad Wa ala ali Saidina Muhammad Allahumma shali ala Saidina Muhammad Wa ala ali Saidina Muhammad Universitas Sumatera Utara Hoi... tangkahan titik bermula Laut lepas hamparan permata Nabi Khaiidir Si Nabi Allah Bersama engkau kami melata Wahai… jembalang laut Kami datang mencarilah ikan Tidak menggangu tempatnya tuan Harap kita tetap berkawan Mambang Hitam, Mambang Kuning, Mambang Hijau, Ijinkan kami menangkap hasil laut Pada sunnah Allah kami pun ikut Menjaga semua yang telah dianut Berkat Laa ilaha ilallah Muhammadarrasulullah Aaa ...

5. Mantra Melaut V Oleh: Buyung

Auzubillahiminas syaithonirrajim Bismillahi rahmanirrahim Allahumma shali ala saidina Muhammad Wa ala ali syaidina Muhammad Universitas Sumatera Utara Alfatihah ala Nabi Muhammad Alhamdulillahi rabbil alamin Arrahmanirrahim Maliki yaumiddin Iyakanakbudu waiyakanastain Ihdinassirathal mustaqim Sirathalazina anamt ‘alaihim Ghairil maghdubi alaihim Waladhallin Amiin Allahumma shali ala Saidina Muhammad Wa ala ali Saidina Muhammad Allahumma shali ala Saidina Muhammad Wa ala ali Saidina Muhammad Ahoi… kuala tempat kami berdiri bagai diarah bagai diiring Khaidir datanglah ke mari Ikan pun masuklah ke jaring Hai… jembalang laut Kami datang mencari ikan Tidak menggangu tempat tuan Harap kita terus berkawan Universitas Sumatera Utara Mambang Hitam, Mambang Kuning, Mambang Hijau, Ijinkan kami menangkap hasil laut Pada sunnah Allah kami pun ikut Menjaga semua yang telah dianut Semua itu berkat Laa ilaha ilallah Muhammadarrasulullah Aaa ... Secara struktural kelima mantra melaut tersebut di atas terdiri dari kata-kata yang berasal dari Al-Qur’an dan juga shalawat pujian kepada Nabi Muhammad SAW yaitu dalam bahasa Arab. Diteruskan dengan kata-kata yang berasal dari bahasa Melayu. Kemudian pada bahagian akhir ditutup dengan kata-kata dalam bahasa Arab. Menurut penjelasan Haji Amiruddin, mantra ini bersumber pada budaya Melayu yang berdasar kepada ajaran-ajaran agama Islam. Ini sesuai pula dengan jawaban beliau dalam menjelaskan sumber mantra Melayu umumnya berasal dari Al-Qur’an, yang kemudian diterapkan dalam konteks peradaban Melayu. Beliau sendiri menerima mantra melaut dan mantra-mantra Melayu lainnya dari seorang gurunya yang berasal dari Malaysia yang bernama Encik Hishamuddin. Ketika penulis tanyakan apakah mantra tersebut tidak bertentangan dengan akidah Islam, ia menjawab justru mantra ini adalah berunsur kebudayaan Islam, yang diselaraskan dengan kebudayaan Alam Melayu. Adapun struktur lirik mantra melaut ini dapat digambarkan seperti pada bagan berikut ini. Universitas Sumatera Utara Bagan 5.1: Struktur Mantra Melaut Melayu Aras Kabu Secara heuristik, kata-kata yang digunakan di dalam mantra melaut ini memiliki arti-artinya secara harfiah, yang dapat diketahui oleh para nelayan walau disampaikan secara lisan. Arti kata-kata yang terkandung di dalam mantra ini di antaranya adalah sebagai berikut. 1 Auzubillah artinya adalah aku berlindung, Universitas Sumatera Utara 2 Syaithanirrajim artinya setan yang terkutuk, 3 Bismillah artinya dengan nama Allah, 4 Rahman artinya yang Pengasih, 5 Rahim artinya yang Penyayang, 6 Allahumma shali artinya semoga Tuhan memberi keselamatan, 7 Kuala artinya adalah tempat di tepi pantai sebagai pertemuan sungai dan laut, 8 Jembalang adalah makhluk gaib dalam sistem kosmologi Melayu, 9 Mambang adalah makhluk gaib yang hidup di laut, 10 Sunnah adalah serapan darai bahasa Arab yang artinya adalah hukum Tuhan, Kata-kata penting ini kemudian dibentuk dalam larik-larik atau baris yang kemudian memiliki makna secara kontekstual, dan menjadi integral dalam konteks kebudayaan Melayu secara umum.

5.2.2.2 Hermeneutik

Secara hermeneutik, maka mantra melaut tersebut sebenarnya adalah ekspresi langsung dari sistem kosmologi Melayu, yang mendudukkan posisi nelayan sebagai makhluk ciptaan Allah yang percaya dengan adanya alam gaib penunggu laut, yang perlu dijaga hubungannya. Sehingga dengan demikian nelayan Melayu menghormati makhluk gaib ini dan mengambil hasil laut tidak sembarangan dan tidak mengeksploitasinya secara berlebihan. Adapun makna hermeneutik dari mantra melaut yang diucapkan oleh para nelayan Melayu Serdang di Aras Kabu adalah sebagai berikut. 1 Auzubillahiminas syaithonirrajim, maknanya adalah aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Kalimat ini adalah kalimat yang umum di dalam Universitas Sumatera Utara peradaban Islam yang mengekspresikan bahwa manusia muslim dalam melakukan doa pada bahagian awal adalah sebagai manusia yang selalu berlindung kepada Allah agar dijauhi oleh godaan setan yang telah dilaknat Allah sejak diciptakan Nabi Adam oleh Allah. Setan adalah makhluk Allah juga yang ketika diperintah oleh Allah untuk sujud kepada Nabi Adam tidak mau, Ini tercermin di dalam Al-Qur’an, al-Israa’ ayat 61. Artinya: Dan ingatlah, tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu semua kepada Adam, lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah? Kemudian Allah mengutuk setan karena ketidakmauannya untuk sujud kepada Adam. Sejak saat itu maka setan akan menggoda anak cucu Adam, untuk melanggar perintah Allah dan menjadi penghuni neraka, serta takluk kepada setan. Jadi inti dari baris ini adalah setiap muslim dalam melakukan doa kepada Allah selalu dimulai agar dijaga Allah dari godaan setan. 2 Bismillahi rahmanirrahim, baris ini memiliki makna Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ayat ini adalah ayat penerus Auzubillahiminas syaithonirrajim. Dalam doa-doa umat Islam kedua ayat ini selalu menjadi satu kesatuan di bahagian awalnya. Kata Maha Pengasih dan Maha Penyayang adalah bahagian dari asma’ul husna nama-nama dan sifat Allah. Bahwa sebagai Tuhan pencipta alam semesta, Allah itu memiliki sifat pengasih dan penyayang. Bahkan seorang hamba yang telah banyak melakukan dosa sekali pun Universitas Sumatera Utara jika ia bertobat dengan sesungguh-sungguhnya tobat taubatan nasuha, maka Allah akan mengampuninya. Sifat pengasih dan penyayang Allah ini tiada batasnya, seperti yang difirmankan Allah di dalam Al-Qur’an, Al-Baqarah, ayat 143. Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu umat Islam, umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu sekarang melainkan agar Kami mengetahui supaya nyata siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh pemindahan kiblat itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia 3 Allahumma shali ala saidina Muhammad, artinya adalah semoga keselamatan bagi Nabi Muhammad. Ayat ini lazim disebut pula dengan shalawat, yaitu doa kepada Allah semoga Nabi Muhammad diberi keselamatan oleh Allah. Walaupun pada prinsipnya dalam ajaran Islam Nabi Muhammad pastilah selamat dan masuk surga, tetapi umat Muhammad yaitu kaum muslimin dianjurkan untuk selalu membacakan shalawat untuk Nabi itu. Tujuan utama dari shalawat kepada Nabi ini nanti adalah orang yang mengucapkannya akan memperoleh syafaat pertolongan di hari akhirat ketika dosa dan pahala ditimbang oleh Allah. Selain itu shalawat ini adalah menjadi sarana komunikasi antara setiap orang Islam dengan Nabi Muhammad Universitas Sumatera Utara yang sangat dicintainya. Dengan selalu mengucapkan shalawat ini setiap umat Islam merasakan kehadiran Nabi Muhammad beserta ajarannya yang disempurnakan Allah. 4 Wa ala ali syaidina Muhammad, artinya kesaelamatan juga untuk Nebi Muhammad dan keturunannya. Ayat ini juga masih sebagai rangkaian ayat sebelumnya yaitu Setiap muslim biasanya dianjurkan untuk membacakan shalawat kepada Nabi dan keturunannya. Artinya adalah bahwa Nabi sebagai Rasul Ulul Azmi pilihan, semoga diberi keselamatan oleh Allah beserta keturunannya. Di sini penting untuk melihat diri seseorang itu keturunan siapa dalam konteks yang lebih luas. 5 Alfatihah, adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang disbut juga sebagai ummul Qur’an, atau induk Al-Qur’an. Al-Fatihah ini selalu dibacakan dalam setiap rakaat shalat, dan semua aktivitas keagamaan. 6 Alhamdulillahi rabbil alamin, maknanya adalah Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Ayat ini menjelaskan tentang Allah dan hubungannya dengan ciptaan-Nya yaitu alam semesta. Bahwa hanya Allah lah yang menciptakan alam semesta ini. Alam semesta terdiri dari berbagai isinya seperti: satelit, planet, bulan, bintang, rasi, galaksi, dan lainnya dalam alam makrokosmos, juga alam dunia, yang terdiri dari berbagai jenis flora, fauna, mikroba, amuba, protozoa, virus, dan lain-lainnya dalam alam mikrokosmos. Bagaimanapun semua alam dan isinya ini adalah makhluk Tuhan. Oleh karena itu seluruhnya wajib sujud dan tunduk kepada Tuhan yang menciptakannya. Ayat ini juga memiliki makna religi bahwa semua makhluk hendaknya mengucapkan puji- pujian senantiasa kepada Allah. Dalam konteks ajaran Islam, puji-pujian ini disebut secara umum sebagai zikir. Adapun jenis-jenis zikir itu di antaranya adalah tasbih mengucapkan subhanallah, artinya Maha Suci Allah, tahmid mengucapkan Universitas Sumatera Utara alhamdulillah yang artinya terima kasih kepada Allah, tahlil mengucapkan la ilaha ilallah, artinya Tiada Tuhan selain Allah, dan takbir mengucapkan Allahu Akbar yang artinya Allah Maha Besar. 7 Arrahmanirrahim , Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sama seperti pada baris kedua bahwa Allah itu adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua makhluk ciptaan-Nya. Allah itu kasih dan sayangnya tidak terbatas. Bahkan lebih jauh Allah itu adalah Maha Pengampun dan Maha Penolong. Sebagai pencipta alam ia mengetahui segalanya tentang ciptannya itu, termasuk eksistensi ciptaan, keperluan ciptaan, apa yang akan terjadi pada ciptaan, dan hal-hal sejenis. 8 Maliki yaumiddin , yang menguasai di hari pembalasan. Ayat ini menggambarkan bahwa dalam agama Islam diajarkan tentang adanya hari pembalasan atau alam akhirat. Setelah manusia meninggalkan dunia ini, maka ia akan mebnuju alam akhirat yang di dalamnya manusia akan kekal. Alam akhirat ini terdiri dari surga dan neraka. Surga tempat orang yang memiliki amal yang baik sedangkan neraka adalah tempat orang yang memiliki amal jahat semasa hidupnya di dunia. Allah lah yang menguasai hari pembalasan atau kedudukan di alam akhirat ini. Makna agama dalam hal ini adalah bahwa hanya Allah lah yang menentukan seseorang itu masuk ke neraka atau ke surga, atau sementara di neraka, selepas itu dimasukkan ke surga. Ini adalah hak mutlak Allah. 9 Iyakanakbudu waiyakanastain , maknanya adalah hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya Engkaulah kami meminta pertolongan. Ayat ini mengandung makna bahwa setiap muslim adalah orang yang secara bersungguh-sungguh hanya menyembah satu Tuhan yaitu Allah. Seorang Universitas Sumatera Utara muslim tentu saja tidak akan menyembah yang lainnya, seperti dewa, harta, takhta, dan keduniawian lainnya. Selain itu, setiap muslim juga hanya meminta pertolongan kepada Allah, bukan kepada yang lainnya. Dalam konteks nelayan di Aras Kabu, maka mereka menyembah kepada Allah dan meminta pertolongan kepada Allah, tetapi tetap menjaga hubungan dengan makhluk gaib penunggu laut, yang juga adalah makhluk Allah. Adalah diharamkan untuk menyembah makhluk- makhluk gaib ini. Apalagi manusia derajatnya lebih tinggi dari makhluk-makhluk tersebut. 10 Ihdinassirathal mustaqim , maknanya adalah tunjukkan kami jalan yang lurus. Bahwa setiap umat Islam, selalu memohon kepada Allah agar selalu ditunjukkan dan diarahkan ke jalan yang lurus. Maksud dari jalan yang lurus di sini adalah jalan yang benar yang mesti dilalui seorang manusia, agar selamat di dunia dan akhirat. Jalan yang lurus adalah jalan yang wajib ditempuh manusia sesuai dengan arahan-arahan yang telah digariskan oleh Allah kepada manusia. Jalan lurus atau jalan agama ini akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang dapat menerangi alam semesta, dan menjadi rahmat kepada seluruh alam. 11 Sirathalazina anamta alaihim ghoiril makdubi alaihim waladhalin maknanya adalah yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Jalan lurus yang dimaksudkan adalah jalan kehidupan seperti yang telah diarahkan oleh Allah kepada orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah yaitu orang yang selalu berada di jalan Allah. Di dalam ayat ini didikotomikan Universitas Sumatera Utara pula dengan ada satu jalan lagi yaitu jalan yang dimurkai Allah, yaitu jalan yang sesat, yang mengikuti hawa nafsu serta memperturutkan arahan-arahan setan sebagai musuh yang terkutuk. Jadi pilihan yang memang wajib dipilih adalah jalan yang lurus bukan jalan yang sesat. 12 Allahumma shali ala Saidina Muhammad, artinya adalah semoga keselamatan untuk Nabi Muhammad. Ayat ini adalah ulangan dari larik ketiga. Ayat ini juga adalah bahagian dari shalawat kepada Nabi Muhammad yang diharapkan syafaatnya kelak di hari akhirat. 13 Wa ala ali Saidina Muhammad, artinya adalah semoga keselamatan bagi Nabi Muhammad dan keturunannya, yang merupakan ulangan dari larik keempat dalam mantra melaut ini. 14 Allahumma shali ala Saidina Muhammad, ayat ini adalah ulangan larik ketiga dan kedua belas, yang juga adalah shalawat kepada Nabi Muhammad, 15 Wa ala ali Saidina Muhammad, ayat ini adalah ulangan larik keempat dan ketiga belas, yang juga adalah ayat dari shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. 16 Hai… kuala tempat berdiri, ayat atau baris ini adalah sampiran mantra yang mengambil unsur pantun. Baris ini adalah menegaskan bahwa para nelayan yang akan melaut selalu bermula di kawasan muara pertemuan sungai dan laut. 17 Bagai diarah bagai diiring, ayat ini adalah sampiran yang juga indeks dari baris 16, yaitu kuala tempat nelayan berdiri tersebut adalah kuala tempat mereke seterusnya diiring ke lautan lepas mencari nafkah di lautan. dalam hal ini adalah lautan Selat Melaka. Dari kuala inilah mereka selanjutnya diarahkan dan dibimbing. Universitas Sumatera Utara 18 Khaidir datanglah ke mari. Ayat ini secara langsung adalah mengharap Nabi Allah yaitu Khaidir Alaihissalam untuk hadir bersama nelayan tersebut dan melindungi para nelayan dalam mencari ikan di laut. Sebagaimana diketahui bahwa umat Islam meyakini Nabi Khaidiri ini masih hidup sampai sekarang dan selalu juga menjaga para umat Islam dalam mencari kehidupannya di laut. Dalam Al-Qur’an keberadaan Nabi Khaidir ini dijelaskan sebagai berikut Qur’an Surah Al-Kahfi ayat 72, 74. Artinya: Dia Khidhr berkata: Bukankah aku telah berkata: Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku. Artinya: Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar. Dalam ajaran Islam Nabi Khaidir adalah Nabi Allah yang memiliki ilmu yang cukup tinggi. Bahkan ketika Nabi Musa bertanya kepada Allah siapa yang pandai di dunia ini, Allah menjawab Nabi Khaidir. Ketika Musa menjumpai Nabi Khaidir untuk menjadi muridnya, maka Nabi Khaidiri menyanggupiny tetapi dengan syarat jangan banyak bertanya. Kemudian dalam pengembaraan keduanya, ketika ada kapal yang bagus bentuknya dirusak oleh Nabi Khaidir, musa bertanya, mengapa dirusak. Begitu juga ketika jumpa seorang anak kecil lalu dibunuh Nabi Khaidir, Musa pun bertanya kenapa mesti dibunuh. Akhisrnya Nabi Khaidiri menjawab, kenapa kapal yang bagus dirusak, agar tidak dirampok oleh bajak laut. Kemudian kenapa anak-anak tersebut mesti dibunuh, karena Universitas Sumatera Utara menurut Allah kalau besar kelak anak itu akan durhaka kepada orang tuanya. Jadi sebelum dewasa dibunuh agar ia masuk surga. Bagi masyarakat nelayan di Aras Kabu, mereka mempercayai bahwa Nabi Khaidir adalah Nabi Allah yang selalu menolong manusia di tengah lautan ketika mencari nafkah karena Allah. Nabi Khaidir juga dipercayai kawin dengan salah satu putri di alam gaib di lautan. Nabi Khaidir juga Nabi yang memiliki ilmu pengetahuan termasuk kelautan yang relatif luas, karena diperoleh langsung dari Allah SWT. 19 Ikan pun masuklah ke jaring. Ayat ini berupa pengharapan bahwa para nelayan dengan pertolongan Allah melalui Nabi Khaidir agar memberikan ikan-ikan untuk masuk ke dalam perlatan penangkapan ikan nelayan yaitu berupa jaring. Atau lebih jauh lagi ke alat-alat penangkap ikan lainnya yang diindekskan dengan jaring, seperti langgei, pukat, jerut, dan lainnya. 20 Hai… jembalang laut, ayat ini merujuk kepada alam gaib di lautan, yang dihuni oleh salah satu jenis makhluknya yang disebut jembalang. Istilah ini adalah “asli” dari bahasa Melayu yang menamakan makhluk gaib dengan jembalang. Dalam persepsi Melayu, jembalang hidup di kuala-kuala, hulu, dan hilir sungai, hilir, dan juga lautan lepas. 21 Kami datang mencarilah ikan, ayat ini merujuk kepada aktivitas nelayan yang sedang mencari ikan. Ikan tersebut adalah bahagian dari penghasilan ekonomi sang nelayan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Mencari ikan adalah kerjaan utama nelayan, dengan izin Allah SWT. Mereka bersyukur diciptakan Tuhan sebagai seorang nelayan, yang tentu saja tetap harus mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Universitas Sumatera Utara 22 Tidak menggangu tempatnya tuan. Ayat ini adalah bermakna bahwa sang nelayan tidak akan mengganggu apa yang menjadi hak dari makhluk gaib jembalang tadi. Setiap makhluk memiliki hak dan kewajibannya sendiri. Oleh karena itu, maka antara manusia dan jembalang haruslah menjaga hubungan kosmologis yang telah digariskan Allah. 23 Harap kita terus berkawan. Ayat ini memiliki makna bahwa antara nelayan manusia dengan makhluk gaib jembalang jangan saling memusuhi dan menyakiti. Nelayan sebagai manusia dengan derajat yang lebih ditinggikan ingin selalu berkawan dengan jembalang makhluk gaib tersebut. Arti berkawan di sini adalah tidak saling memusuhi tetapi berkawan sesuai dengan hakikatnya sesama makhluk Allah di muka bumi ini. Atau lebih jauh berkawan dalam hal ini adalah menjaga komunikasi yang telah digariskan Allah. 24 Mambang Hitam, Mambang Kuning, Mambang Hijau. Ayat ini menyebutkan bahwa makhluk gaib lainnya di laut, selain jembalang, adalah mambang. Lebih diperinci lagi bahwa di dalam lautan tersebut ada Mambang Hitam, Mambang Kuning, dan Mambang Hijau. Jenis-jenis mambang ini adalah menurut sistem kosmologi Melayu. Mereka memiliki fungsinya masing-masing di tengah lautan. Menurut informasi yang diberikan oleh informan Tok Sokbi wawancara 13 April 2012 bahwa mambang-mambang laut ini biasanya hidup di tali air, yaitu tempat pertemuan antara air lautan besar dengan air yang ada di seputar pesisir pantai, yang dapat dibedakan menurut warnanya, di lautan dalam lebih biru, di pesisir lebih putih. 25 Ijinkan kami menangkap hasil laut. Ayat ini mengemukakan bahwa sang nelayan meminta ijin kepada para mambang di laut untuk menangkap hasil laut, terutama ikan. Dalam menangkap hasil laut ini, para nelayan perlu meminta ijin Universitas Sumatera Utara sebagai tanda penghormatan kepada makhluk gaib yang ada di laut. Selain itu juga untuk menjaga keseimbangan ekologis yang telah digariskan Tuhan. Dengan meminta ijin seperti terdapat dalam mantra ini, maka diharapkan para makhluk gaib di laut menghormati para nelayan, dan merasa saling menghormati eksistensi masing-masing. 26 Pada sunnah Allah kami pun ikut. Larik ini memiliki makna sosiobudaya bahwa Allah sebagai Tuha Yang Maha Kuasa telah menciptakan alam beserta isinya, termasuk laut. Di laut terdapat berbagai kehidupan, baik hewan maupun tumbuhan juga. Misalnya ada ikan dengan berbagai spesiesnya, senangin, bawal, kerapu, udang, kerang, dan lain-lain. Begitu juga di lautan ada juga tumbuhan seperti lumut, rumput laut, jaring halus, dan lainnya. Semua ini ada mengikuti hukum yang telah Allah gariskan. 27 Menjaga semua yang telah dianut. Nelayan sebagai manusia dan makhluk Allah ingin senantiasa menjaga semua yang telah diperintahkan Tuhan baik kepada manusia atau jembalang dan mambang. Untuk itu jangan saling mengintervensi dan merusak alam masing-masing. Perlu dijaga semua yang telah diperintahkan Allah. Itulah maksud larik ini. 28 Semua itu berkat Laa ilaha ilallah, Muhammadarrasulullah. Ayat ini adalah sebagai ekspresi bahwa semua yang dilakukan oleh para nelayan yang mencari kehidupan ekonominya di laut sekali lagi adalah karena Allah tiada Tuhan selain Dia, dan juga karena Muhammad itu Rasul Pesuruh Allah. Larik ini dalam sistem teologi Islam lazim disebut syahadatain atau juga kalimah syahadat, yaitu pengakuan tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah. 29 Aaa ... Ini adalah partikel untuk mengekspresikan mantra melaut tersebut menyatu dengan keinginan yang akan dilakukan oleh nelayan. Universitas Sumatera Utara Melalui pembacaan hermeneutik yaitu pembacaan mantra secara utuh, maka diperoleh beberapa kerifan lokal dalam teks mantar melaut melayu Aras Kabu ini. Kearifan lokal adalah satu usaha untuk menemukan kebenaran yang didasarkan kepada fakta-fakta atau gejala-gejala yang berlaku secara spesifik dalam sebuah budaya masyarakat tertentu. Dalam hal ini budaya masyarakat Melayu Aras Kabu Serdang. Kearifan lokal lebih jauh juga merupakan wujud prilaku atau pikiran-pikiran manusia pada masyarakat tertentu dalam mengekspresikan keinginan dan budaya mereka. Di samping untuk mengeskpresikan pikiran-pikiran manusia, kearifan lokal juga merupakan suatu alat yang digunakan untuk memperlihatkan bagaimana sistem kehidupan suatu masyarakat dalam menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan sekitar yang merupakan urat nadi kehidupan mereka. Dalam hal ini adalah urat nadi kehidupan masyarakat nelayan di Aras Kabu. Seiring dengan pesat dan derasnya perkembangan zaman di era globalisasi ini, yang mencakup dan perubahan religi, ekonomi, sosial, dan budaya, masyarakat suku Melayu Aras Kabu Serdang masih memperlihatkan kuatnya kearifan lokal yang mereka miliki demi mempertahankan identitas diri, religi, kehidupan sosial, lingkungan, pelestarian, dan inovasi budaya. Etnik Melayu Aras Kabu Serdang ini percaya bahwa pelestarian kearifan lokal akan dapat menjaga warisan hutan, tanah, sungai, laut dan budaya masyarakat suku Melayu dalam konteks masa kini. Usaha-usaha untuk memahami konsep kearifan lokal dalam tradisi mantra melaut, merupakan ruang untuk memahami pikiran-pikiran masyarakat suku Melayu yang berhubungan dengan lingkungan dan tata hubungan sosial budaya masyarakat suku Melayu Aras Kabu tersebut. Berikut ini akan diuraikan konsep kearifan lokal suku Melayu yang terdapat dalam mantra melaut. Universitas Sumatera Utara

a. Kearifan Lokal tentang Hubungan Harmonis Manusia, Alam, dan Makhluk Gaib

Pada kebudayaan suku Melayu yang berdasar kepada ajaran agama Islam, maka mereka mencoba menerapkan ajaran Islam ini dalam konteks memaknai hubungan antara manusia, alam, dan makhluk gaib. Manusia adalah bahagian dari alam. Manusia itu juga kadang disebut dengan alam diri. Manusia harus menjaga keharmonisan hubungannya dengan alam dan segala isi yang diciptakan Tuhan termasuk makhluk gaib tidak kasat mata. Dalam hal ini makhluk gaib di lautan tersebut disebut dengan jembalang dan mambang. Makhluk gaib yang di dalam ajaran Islam salah satunya disebut jin memang wujud dan perlu dijaga hubungannya dengan manusia. Oleh karena itu bagi seorang suku Melayu dilarang merusak alam. Merusak alam juga akan berakibat akan merusakkan tatanan dunia gaib, yang dihuni oleh para jin. Oleh karena itu jangan sekali-kali merusak alam, termasuk di dalamnya lautan yang perlu dilestarikan keberadaannya. Begitu juga dengan berbagai hasil lautan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dalam konsep kearofan lokal suku Melayu Aras Kabu, lingkungan merupakan urat nadi keberlangsungan hidup mereka. Mereka tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya, karena semua yang mereka butuhkan telah disediakan oleh lingkungannya. Sebagai masyarakat nelayan dan berkebun, masyarakat suku Melayu memiliki hubungan yang sangat erat dengan lautan, sungai, hutan, dan tanah. Hubungan antara manusia, alam, dan makhluk gaib ini menjadi bahagian dari hukum alam yang telah ditentukan Tuhan, yang haris dijaga keberadaannya masing- masing. Jangan saling menghabisi dan menyakiti, jaga keseimbangan ekologis. Manusia adalah pemimpin di atas dunia. Di tangan manusia alam ini bisa rusak atau di tangan Universitas Sumatera Utara manusia pula alam ini bisa lestari dan harmoni. Alam memerlukan rekayasa teknologi dan kebijakan yang bersumber dari ajaran Tuhan.

b. Kearifan Lokal Terhadap Identitas Diri