Konteks Situasi Mantra Melaut

Menghadap ke arah lautan selat Melaka Membaca mantra melaut secara perlahan-lahan dipimpin oleh nelayan pemimpin Figura 5.1: Imaji Visual dan Struktur Generik Ritual Mantra Melaut

c. Struktur setelah pembacaan mantra

Setelah dilakukannya pembacaan mantra, maka tahapan berikutnya adalah kegiatan setelah upacara. Menurut pengamatan penulis di lapangan, setelah dilakukan pembacaan mantra, ketiga orang nelayan tersebut istirahat, sambil memandang ke laut lepas. Mereka tampak seperti memiliki kekuatan rohani dan jasmani untuk siap-siap menuju ke lautan lepas.

5.1.3 Konteks Situasi Mantra Melaut

Di dalam konteks situasi mantar melaut, imaji visual mengungkapkan entitas dan aktivitas pelibat. Imaji entitas mengklasifikasikan bagian-bagiannya dan imaji aktivitas mengungkapkan setiap gerak dan aktivitas secara berurutan dan bertautan. Berdasarkan Universitas Sumatera Utara konteks situasinya, struktur visual mantra melaut ini terdiri atas 3 tiga struktur, yang kemudian dapat diuraikan sebagai berikut. a Medan Medan berhubungan dengan aktivitas yang sedang berlangsung, di mana setiap rangkaian aktivitas dipengaruhi oleh masyarakat, benda, proses, tempat, dan kualitas Sinar, 2008: 56. Berkaitan dengan data konteks situasi, maka medan pada penelitian ini adalah ritual mantra melaut yang dimiliki oleh masyarakat suku Melayu di Aras Kabu. Ada dua referensi referents menurut Martin dan Rose, 2003:324 yang bisa diungkapkan sebagai medan imaji visual yaitu a doa kepada Tuhan agar diberi perlindungan selama melaut, b bentuk menjaga hubungan antara alam yaitu alam manusia dan alam gaib yang menguasai lautan. Referensi menggambarkan imaji benda, proses, tempat, dan kualitas ritual mantra melaut yang dikaitkan dengan sistem religi dalam mengawali sebuah ritual dalam tradisi Melayu di Aras Kabu. Mantra melaut yang diucapkan para nelayan ini dimulai dengan mengusir setan A’uzubillahhiminasyaitonnirrojim dan menyebut nama Allah SWT “Bismillahhirrohmanirrahim. Kemudian membaca Surat Al-Fatihah sebagai ummul Qur’an, dan kemudian berkomunikasi dengan makhluk-makhluk gaib agar diijinkan melaut dan saling menjaga keseimbangan alam. b Pelibat Sinar 2008:57 menyebutkan bahwa pelibat mengkarakterisasikan fungsi konteks situasi dan berhubungan dengan siapa yang berperan, status dan peranan mereka, seluruh jenis ucapan yang mereka lakukan dalam dialog, dan ikatan hubungan sosial di mana Universitas Sumatera Utara mereka terlibat. Pelibat ritual mantra melaut di dalam kebudayaan masyarakat Melayu di Aras Kabu ini terdiri dari: 1. Pemimpin nelayan dan sekaligus memimpin pembacaan mantra 2. Nelayan 1 3. Nelauan 2 bisa ditambah dengan nelayan-nelayan lain sesuai dengan kehendak bersama, mau berapa nelayan dalam satu sampan yang akan melaut c Sarana Kemudian bahagian penting dalam konteks situasi selanjutnya adalah sarana. Sarana menurut Sinar 2008:61 berkaitan erat dengan kegiatan menyalurkan komunikasi yang dilakukan dengan bentuk informasi. Berkaitan dengan data visual, sarana pada ritual mantra melaut nelayan Aras Kabu ini terdiri dari dua bagian, yaitu lisan dan visual. Sarana lisan yang terdapat pada ritual mantra melaut berupa mantra, sedangkan sarana visualnya berupa seluruh aspek visual yang terdapat pada ritual mantra melaut tersebut. Contoh : jarring tancap, ambai, jarring apolo, langgei laying, sondong, lukah bubu, tangkul kepiting, pancing rawai, pukat jerut, dan lain-lainnya.

5.1.4 Semantik dan Gramatika Visual