2 Syaithanirrajim artinya setan yang terkutuk,
3 Bismillah artinya dengan nama Allah,
4 Rahman artinya yang Pengasih,
5 Rahim artinya yang Penyayang,
6 Allahumma shali artinya semoga Tuhan memberi keselamatan,
7 Kuala artinya adalah tempat di tepi pantai sebagai pertemuan sungai dan laut,
8 Jembalang adalah makhluk gaib dalam sistem kosmologi Melayu,
9 Mambang adalah makhluk gaib yang hidup di laut,
10 Sunnah adalah serapan darai bahasa Arab yang artinya adalah hukum Tuhan,
Kata-kata penting ini kemudian dibentuk dalam larik-larik atau baris yang kemudian memiliki makna secara kontekstual, dan menjadi integral dalam konteks kebudayaan
Melayu secara umum.
5.2.2.2 Hermeneutik
Secara hermeneutik, maka mantra melaut tersebut sebenarnya adalah ekspresi langsung dari sistem kosmologi Melayu, yang mendudukkan posisi nelayan sebagai
makhluk ciptaan Allah yang percaya dengan adanya alam gaib penunggu laut, yang perlu dijaga hubungannya. Sehingga dengan demikian nelayan Melayu menghormati makhluk
gaib ini dan mengambil hasil laut tidak sembarangan dan tidak mengeksploitasinya secara berlebihan.
Adapun makna hermeneutik dari mantra melaut yang diucapkan oleh para nelayan Melayu Serdang di Aras Kabu adalah sebagai berikut.
1 Auzubillahiminas syaithonirrajim, maknanya adalah aku berlindung kepada Allah
dari godaan setan yang terkutuk. Kalimat ini adalah kalimat yang umum di dalam
Universitas Sumatera Utara
peradaban Islam yang mengekspresikan bahwa manusia muslim dalam melakukan doa pada bahagian awal adalah sebagai manusia yang selalu berlindung
kepada Allah agar dijauhi oleh godaan setan yang telah dilaknat Allah sejak diciptakan Nabi Adam oleh Allah. Setan adalah makhluk Allah juga yang ketika
diperintah oleh Allah untuk sujud kepada Nabi Adam tidak mau, Ini tercermin di dalam Al-Qur’an, al-Israa’ ayat 61.
Artinya: Dan ingatlah, tatkala Kami berfirman kepada para malaikat:
Sujudlah kamu semua kepada Adam, lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau
ciptakan dari tanah?
Kemudian Allah mengutuk setan karena ketidakmauannya untuk sujud kepada Adam. Sejak saat itu maka setan akan menggoda anak cucu Adam, untuk
melanggar perintah Allah dan menjadi penghuni neraka, serta takluk kepada setan. Jadi inti dari baris ini adalah setiap muslim dalam melakukan doa kepada Allah
selalu dimulai agar dijaga Allah dari godaan setan. 2
Bismillahi rahmanirrahim, baris ini memiliki makna Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ayat ini adalah ayat penerus
Auzubillahiminas syaithonirrajim. Dalam doa-doa umat Islam kedua ayat ini selalu menjadi satu kesatuan di bahagian awalnya. Kata Maha Pengasih dan Maha
Penyayang adalah bahagian dari asma’ul husna nama-nama dan sifat Allah. Bahwa sebagai Tuhan pencipta alam semesta, Allah itu memiliki sifat pengasih dan
penyayang. Bahkan seorang hamba yang telah banyak melakukan dosa sekali pun
Universitas Sumatera Utara
jika ia bertobat dengan sesungguh-sungguhnya tobat taubatan nasuha, maka Allah akan mengampuninya. Sifat pengasih dan penyayang Allah ini tiada batasnya,
seperti yang difirmankan Allah di dalam Al-Qur’an, Al-Baqarah, ayat 143.
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu umat Islam, umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia
dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu sekarang
melainkan agar Kami mengetahui supaya nyata siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh pemindahan kiblat itu
terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia
3 Allahumma shali ala saidina Muhammad, artinya adalah semoga keselamatan bagi
Nabi Muhammad. Ayat ini lazim disebut pula dengan shalawat, yaitu doa kepada Allah semoga Nabi Muhammad diberi keselamatan oleh Allah. Walaupun pada
prinsipnya dalam ajaran Islam Nabi Muhammad pastilah selamat dan masuk surga, tetapi umat Muhammad yaitu kaum muslimin dianjurkan untuk selalu membacakan
shalawat untuk Nabi itu. Tujuan utama dari shalawat kepada Nabi ini nanti adalah orang yang mengucapkannya akan memperoleh syafaat pertolongan di hari
akhirat ketika dosa dan pahala ditimbang oleh Allah. Selain itu shalawat ini adalah menjadi sarana komunikasi antara setiap orang Islam dengan Nabi Muhammad
Universitas Sumatera Utara
yang sangat dicintainya. Dengan selalu mengucapkan shalawat ini setiap umat Islam merasakan kehadiran Nabi Muhammad beserta ajarannya yang
disempurnakan Allah. 4
Wa ala ali syaidina Muhammad, artinya kesaelamatan juga untuk Nebi Muhammad dan keturunannya. Ayat ini juga masih sebagai rangkaian ayat sebelumnya yaitu
Setiap muslim biasanya dianjurkan untuk membacakan shalawat kepada Nabi dan keturunannya. Artinya adalah bahwa Nabi sebagai Rasul Ulul Azmi pilihan,
semoga diberi keselamatan oleh Allah beserta keturunannya. Di sini penting untuk melihat diri seseorang itu keturunan siapa dalam konteks yang lebih luas.
5 Alfatihah, adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang disbut juga sebagai
ummul Qur’an, atau induk Al-Qur’an. Al-Fatihah ini selalu dibacakan dalam setiap rakaat shalat, dan semua aktivitas keagamaan.
6 Alhamdulillahi rabbil alamin,
maknanya adalah Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Ayat ini menjelaskan tentang Allah
dan hubungannya dengan ciptaan-Nya yaitu alam semesta. Bahwa hanya Allah lah yang menciptakan alam semesta ini. Alam semesta terdiri dari berbagai isinya
seperti: satelit, planet, bulan, bintang, rasi, galaksi, dan lainnya dalam alam makrokosmos, juga alam dunia, yang terdiri dari berbagai jenis flora, fauna,
mikroba, amuba, protozoa, virus, dan lain-lainnya dalam alam mikrokosmos. Bagaimanapun semua alam dan isinya ini adalah makhluk Tuhan. Oleh karena itu
seluruhnya wajib sujud dan tunduk kepada Tuhan yang menciptakannya. Ayat ini juga memiliki makna religi bahwa semua makhluk hendaknya mengucapkan puji-
pujian senantiasa kepada Allah. Dalam konteks ajaran Islam, puji-pujian ini disebut secara umum sebagai zikir. Adapun jenis-jenis zikir itu di antaranya adalah tasbih
mengucapkan subhanallah, artinya Maha Suci Allah, tahmid mengucapkan
Universitas Sumatera Utara
alhamdulillah yang artinya terima kasih kepada Allah, tahlil mengucapkan la ilaha ilallah, artinya Tiada Tuhan selain Allah, dan takbir mengucapkan Allahu
Akbar yang artinya Allah Maha Besar. 7
Arrahmanirrahim , Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sama seperti pada baris kedua bahwa Allah itu adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua makhluk ciptaan-Nya. Allah itu kasih dan sayangnya
tidak terbatas. Bahkan lebih jauh Allah itu adalah Maha Pengampun dan Maha Penolong. Sebagai pencipta alam ia mengetahui segalanya tentang ciptannya itu,
termasuk eksistensi ciptaan, keperluan ciptaan, apa yang akan terjadi pada ciptaan, dan hal-hal sejenis.
8 Maliki yaumiddin
, yang menguasai di hari pembalasan. Ayat ini menggambarkan bahwa dalam agama Islam diajarkan tentang adanya hari
pembalasan atau alam akhirat. Setelah manusia meninggalkan dunia ini, maka ia akan mebnuju alam akhirat yang di dalamnya manusia akan kekal. Alam akhirat
ini terdiri dari surga dan neraka. Surga tempat orang yang memiliki amal yang baik sedangkan neraka adalah tempat orang yang memiliki amal jahat semasa hidupnya
di dunia. Allah lah yang menguasai hari pembalasan atau kedudukan di alam akhirat ini. Makna agama dalam hal ini adalah bahwa hanya Allah lah yang
menentukan seseorang itu masuk ke neraka atau ke surga, atau sementara di neraka, selepas itu dimasukkan ke surga. Ini adalah hak mutlak Allah.
9 Iyakanakbudu waiyakanastain
, maknanya adalah hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya Engkaulah kami meminta
pertolongan. Ayat ini mengandung makna bahwa setiap muslim adalah orang yang secara bersungguh-sungguh hanya menyembah satu Tuhan yaitu Allah. Seorang
Universitas Sumatera Utara
muslim tentu saja tidak akan menyembah yang lainnya, seperti dewa, harta, takhta, dan keduniawian lainnya. Selain itu, setiap muslim juga hanya meminta
pertolongan kepada Allah, bukan kepada yang lainnya. Dalam konteks nelayan di Aras Kabu, maka mereka menyembah kepada Allah dan meminta pertolongan
kepada Allah, tetapi tetap menjaga hubungan dengan makhluk gaib penunggu laut, yang juga adalah makhluk Allah. Adalah diharamkan untuk menyembah makhluk-
makhluk gaib ini. Apalagi manusia derajatnya lebih tinggi dari makhluk-makhluk tersebut.
10 Ihdinassirathal mustaqim
, maknanya adalah tunjukkan kami jalan yang lurus. Bahwa setiap umat Islam, selalu memohon
kepada Allah agar selalu ditunjukkan dan diarahkan ke jalan yang lurus. Maksud dari jalan yang lurus di sini adalah jalan yang benar yang mesti dilalui seorang
manusia, agar selamat di dunia dan akhirat. Jalan yang lurus adalah jalan yang wajib ditempuh manusia sesuai dengan arahan-arahan yang telah digariskan oleh
Allah kepada manusia. Jalan lurus atau jalan agama ini akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang dapat menerangi alam semesta, dan menjadi rahmat kepada
seluruh alam. 11
Sirathalazina anamta alaihim ghoiril makdubi alaihim waladhalin
maknanya adalah yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Jalan lurus yang dimaksudkan adalah jalan kehidupan seperti yang telah
diarahkan oleh Allah kepada orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah yaitu orang yang selalu berada di jalan Allah. Di dalam ayat ini didikotomikan
Universitas Sumatera Utara
pula dengan ada satu jalan lagi yaitu jalan yang dimurkai Allah, yaitu jalan yang sesat, yang mengikuti hawa nafsu serta memperturutkan arahan-arahan setan
sebagai musuh yang terkutuk. Jadi pilihan yang memang wajib dipilih adalah jalan yang lurus bukan jalan yang sesat.
12 Allahumma shali ala Saidina Muhammad, artinya adalah semoga keselamatan
untuk Nabi Muhammad. Ayat ini adalah ulangan dari larik ketiga. Ayat ini juga adalah bahagian dari shalawat kepada Nabi Muhammad yang diharapkan
syafaatnya kelak di hari akhirat. 13
Wa ala ali Saidina Muhammad, artinya adalah semoga keselamatan bagi Nabi Muhammad dan keturunannya, yang merupakan ulangan dari larik keempat
dalam mantra melaut ini. 14
Allahumma shali ala Saidina Muhammad, ayat ini adalah ulangan larik ketiga dan kedua belas, yang juga adalah shalawat kepada Nabi Muhammad,
15 Wa ala ali Saidina Muhammad, ayat ini adalah ulangan larik keempat dan
ketiga belas, yang juga adalah ayat dari shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
16 Hai… kuala tempat berdiri, ayat atau baris ini adalah sampiran mantra yang
mengambil unsur pantun. Baris ini adalah menegaskan bahwa para nelayan yang akan melaut selalu bermula di kawasan muara pertemuan sungai dan laut.
17 Bagai diarah bagai diiring, ayat ini adalah sampiran yang juga indeks dari baris
16, yaitu kuala tempat nelayan berdiri tersebut adalah kuala tempat mereke seterusnya diiring ke lautan lepas mencari nafkah di lautan. dalam hal ini adalah
lautan Selat Melaka. Dari kuala inilah mereka selanjutnya diarahkan dan dibimbing.
Universitas Sumatera Utara
18 Khaidir datanglah ke mari. Ayat ini secara langsung adalah mengharap Nabi
Allah yaitu Khaidir Alaihissalam untuk hadir bersama nelayan tersebut dan melindungi para nelayan dalam mencari ikan di laut. Sebagaimana diketahui
bahwa umat Islam meyakini Nabi Khaidiri ini masih hidup sampai sekarang dan selalu juga menjaga para umat Islam dalam mencari kehidupannya di laut.
Dalam Al-Qur’an keberadaan Nabi Khaidir ini dijelaskan sebagai berikut Qur’an Surah Al-Kahfi ayat 72, 74.
Artinya: Dia Khidhr berkata: Bukankah aku telah berkata:
Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku.
Artinya: Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan
seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain?
Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar.
Dalam ajaran Islam Nabi Khaidir adalah Nabi Allah yang memiliki ilmu yang cukup tinggi. Bahkan ketika Nabi Musa bertanya kepada Allah siapa yang
pandai di dunia ini, Allah menjawab Nabi Khaidir. Ketika Musa menjumpai Nabi Khaidir untuk menjadi muridnya, maka Nabi Khaidiri menyanggupiny
tetapi dengan syarat jangan banyak bertanya. Kemudian dalam pengembaraan keduanya, ketika ada kapal yang bagus bentuknya dirusak oleh Nabi Khaidir,
musa bertanya, mengapa dirusak. Begitu juga ketika jumpa seorang anak kecil lalu dibunuh Nabi Khaidir, Musa pun bertanya kenapa mesti dibunuh. Akhisrnya
Nabi Khaidiri menjawab, kenapa kapal yang bagus dirusak, agar tidak dirampok oleh bajak laut. Kemudian kenapa anak-anak tersebut mesti dibunuh, karena
Universitas Sumatera Utara
menurut Allah kalau besar kelak anak itu akan durhaka kepada orang tuanya. Jadi sebelum dewasa dibunuh agar ia masuk surga.
Bagi masyarakat nelayan di Aras Kabu, mereka mempercayai bahwa Nabi Khaidir adalah Nabi Allah yang selalu menolong manusia di tengah lautan
ketika mencari nafkah karena Allah. Nabi Khaidir juga dipercayai kawin dengan salah satu putri di alam gaib di lautan. Nabi Khaidir juga Nabi yang memiliki
ilmu pengetahuan termasuk kelautan yang relatif luas, karena diperoleh langsung dari Allah SWT.
19 Ikan pun masuklah ke jaring. Ayat ini berupa pengharapan bahwa para nelayan
dengan pertolongan Allah melalui Nabi Khaidir agar memberikan ikan-ikan untuk masuk ke dalam perlatan penangkapan ikan nelayan yaitu berupa jaring.
Atau lebih jauh lagi ke alat-alat penangkap ikan lainnya yang diindekskan dengan jaring, seperti langgei, pukat, jerut, dan lainnya.
20 Hai… jembalang laut, ayat ini merujuk kepada alam gaib di lautan, yang dihuni
oleh salah satu jenis makhluknya yang disebut jembalang. Istilah ini adalah “asli” dari bahasa Melayu yang menamakan makhluk gaib dengan jembalang.
Dalam persepsi Melayu, jembalang hidup di kuala-kuala, hulu, dan hilir sungai, hilir, dan juga lautan lepas.
21 Kami datang mencarilah ikan, ayat ini merujuk kepada aktivitas nelayan yang
sedang mencari ikan. Ikan tersebut adalah bahagian dari penghasilan ekonomi sang nelayan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Mencari
ikan adalah kerjaan utama nelayan, dengan izin Allah SWT. Mereka bersyukur diciptakan Tuhan sebagai seorang nelayan, yang tentu saja tetap harus mengikuti
segala perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.
Universitas Sumatera Utara
22 Tidak menggangu tempatnya tuan. Ayat ini adalah bermakna bahwa sang
nelayan tidak akan mengganggu apa yang menjadi hak dari makhluk gaib jembalang tadi. Setiap makhluk memiliki hak dan kewajibannya sendiri. Oleh
karena itu, maka antara manusia dan jembalang haruslah menjaga hubungan kosmologis yang telah digariskan Allah.
23 Harap kita terus berkawan. Ayat ini memiliki makna bahwa antara nelayan
manusia dengan makhluk gaib jembalang jangan saling memusuhi dan menyakiti. Nelayan sebagai manusia dengan derajat yang lebih ditinggikan ingin
selalu berkawan dengan jembalang makhluk gaib tersebut. Arti berkawan di sini adalah tidak saling memusuhi tetapi berkawan sesuai dengan hakikatnya sesama
makhluk Allah di muka bumi ini. Atau lebih jauh berkawan dalam hal ini adalah menjaga komunikasi yang telah digariskan Allah.
24 Mambang Hitam, Mambang Kuning, Mambang Hijau. Ayat ini menyebutkan
bahwa makhluk gaib lainnya di laut, selain jembalang, adalah mambang. Lebih diperinci lagi bahwa di dalam lautan tersebut ada Mambang Hitam, Mambang
Kuning, dan Mambang Hijau. Jenis-jenis mambang ini adalah menurut sistem kosmologi Melayu. Mereka memiliki fungsinya masing-masing di tengah lautan.
Menurut informasi yang diberikan oleh informan Tok Sokbi wawancara 13 April 2012 bahwa mambang-mambang laut ini biasanya hidup di tali air, yaitu
tempat pertemuan antara air lautan besar dengan air yang ada di seputar pesisir pantai, yang dapat dibedakan menurut warnanya, di lautan dalam lebih biru, di
pesisir lebih putih. 25
Ijinkan kami menangkap hasil laut. Ayat ini mengemukakan bahwa sang nelayan meminta ijin kepada para mambang di laut untuk menangkap hasil laut,
terutama ikan. Dalam menangkap hasil laut ini, para nelayan perlu meminta ijin
Universitas Sumatera Utara
sebagai tanda penghormatan kepada makhluk gaib yang ada di laut. Selain itu juga untuk menjaga keseimbangan ekologis yang telah digariskan Tuhan.
Dengan meminta ijin seperti terdapat dalam mantra ini, maka diharapkan para makhluk gaib di laut menghormati para nelayan, dan merasa saling menghormati
eksistensi masing-masing. 26
Pada sunnah Allah kami pun ikut. Larik ini memiliki makna sosiobudaya bahwa Allah sebagai Tuha Yang Maha Kuasa telah menciptakan alam beserta isinya,
termasuk laut. Di laut terdapat berbagai kehidupan, baik hewan maupun tumbuhan juga. Misalnya ada ikan dengan berbagai spesiesnya, senangin, bawal,
kerapu, udang, kerang, dan lain-lain. Begitu juga di lautan ada juga tumbuhan seperti lumut, rumput laut, jaring halus, dan lainnya. Semua ini ada mengikuti
hukum yang telah Allah gariskan. 27
Menjaga semua yang telah dianut. Nelayan sebagai manusia dan makhluk Allah ingin senantiasa menjaga semua yang telah diperintahkan Tuhan baik kepada
manusia atau jembalang dan mambang. Untuk itu jangan saling mengintervensi dan merusak alam masing-masing. Perlu dijaga semua yang telah diperintahkan
Allah. Itulah maksud larik ini. 28
Semua itu berkat Laa ilaha ilallah, Muhammadarrasulullah. Ayat ini adalah sebagai ekspresi bahwa semua yang dilakukan oleh para nelayan yang mencari
kehidupan ekonominya di laut sekali lagi adalah karena Allah tiada Tuhan selain Dia, dan juga karena Muhammad itu Rasul Pesuruh Allah. Larik ini dalam
sistem teologi Islam lazim disebut syahadatain atau juga kalimah syahadat, yaitu pengakuan tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah.
29 Aaa ... Ini adalah partikel untuk mengekspresikan mantra melaut tersebut
menyatu dengan keinginan yang akan dilakukan oleh nelayan.
Universitas Sumatera Utara
Melalui pembacaan hermeneutik yaitu pembacaan mantra secara utuh, maka diperoleh beberapa kerifan lokal dalam teks mantar melaut melayu Aras Kabu ini. Kearifan
lokal adalah satu usaha untuk menemukan kebenaran yang didasarkan kepada fakta-fakta atau gejala-gejala yang berlaku secara spesifik dalam sebuah budaya masyarakat tertentu.
Dalam hal ini budaya masyarakat Melayu Aras Kabu Serdang. Kearifan lokal lebih jauh juga merupakan wujud prilaku atau pikiran-pikiran manusia pada masyarakat tertentu
dalam mengekspresikan keinginan dan budaya mereka. Di samping untuk mengeskpresikan pikiran-pikiran manusia, kearifan lokal juga merupakan suatu alat yang
digunakan untuk memperlihatkan bagaimana sistem kehidupan suatu masyarakat dalam menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan sekitar yang merupakan urat nadi
kehidupan mereka. Dalam hal ini adalah urat nadi kehidupan masyarakat nelayan di Aras Kabu.
Seiring dengan pesat dan derasnya perkembangan zaman di era globalisasi ini, yang mencakup dan perubahan religi, ekonomi, sosial, dan budaya, masyarakat suku Melayu
Aras Kabu Serdang masih memperlihatkan kuatnya kearifan lokal yang mereka miliki demi mempertahankan identitas diri, religi, kehidupan sosial, lingkungan, pelestarian, dan
inovasi budaya. Etnik Melayu Aras Kabu Serdang ini percaya bahwa pelestarian kearifan lokal akan dapat menjaga warisan hutan, tanah, sungai, laut dan budaya masyarakat suku
Melayu dalam konteks masa kini. Usaha-usaha untuk memahami konsep kearifan lokal dalam tradisi mantra melaut, merupakan ruang untuk memahami pikiran-pikiran
masyarakat suku Melayu yang berhubungan dengan lingkungan dan tata hubungan sosial budaya masyarakat suku Melayu Aras Kabu tersebut. Berikut ini akan diuraikan konsep
kearifan lokal suku Melayu yang terdapat dalam mantra melaut.
Universitas Sumatera Utara
a. Kearifan Lokal tentang Hubungan Harmonis Manusia, Alam, dan Makhluk Gaib