Persepsi Keseriusan HASIL PENELITIAN

menyatakan agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya maka ia harus merasakan bahwa ia rentan suspectible pada penyakit tersebut. Perubahan perilaku bukan semata-mata proses individual dalam menyerap informasi dan membuat keputusan rasional tentang perilakunya. Proses perubahan perilaku individu lebih merupakan hasil atas keanggotaan dirinya sendiri dari satu komunitas yang mengubah standar perilakunya dan mengharapkan perubahan perilaku anggotanya. Kebanyakan LSL tidak suka menggunakan kondom, tetapi menerimanya bahwa mereka harus melakukannya. Bukan semata-mata dari keputusan rasional bahwa menggunakan kondom merupakan hal baik untuk menghindari HIV, melainkan karena sadar bahwa komunitas LSL yang mereka miliki telah menerima norma bahwa menggunakan kondom merupakan perilaku standar yang harus dilakukan oleh setiap anggotanya. Sanksi bagi yang tidak menggunakan kondom bukanlah dalam bentuk terinfeksi HIV, tetapi berupa ketidaksetujuan dan pengasingan oleh pasangannya. Hal tersebut berkaitan dengan hampir sebagian besar responden tidak menggunakan kondom karena pasangan yang tidak menginginkan.

5.3 Persepsi Keseriusan

Persepsi keseriusan merupakan pandangan individu tentang beratnya penyakit yang diderita. Pandangan ini mendorong seseorang untuk mencari pengobatan atas penyakit yang dideritanya. Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari suatu penyakit misalnya, kematian, pengurangan fungsi fisik dan Universitas Sumatera Utara mental, kecacatan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial. Persepsi keseriusan yang dirasakan berbicara dengan kepercayaan individu tentang keseriusan atau keparahan penyakit. Sementara persepsi keseriusan sering didasarkan pada informasi medis atau pengetahuan, juga dapat berasal dari keyakinan seseorang bahwa ia akan mendapat kesulitan akibat penyakit dan akan membuat atau berefek pada hidupnya secara umum Pada penelitian ini mengungkapkan bahwa penyakit HIV AIDS adalah penyakit yang mematikan, berbahaya, dan bisa menular ke anggota keluarga lain melalui hubungan seksual Terdapat juga subjek penelitian yang beranggapan apabila mengetahui ada orang yang terkena HIV AIDS sebaiknya jangan dekat- dekat agar tidak tertular. Hal inilah yang sering menjadikan anggapan salah pada seluruh lapisan masyarakat. HIV itu hidup di semua cairan tubuh manusia, tetapi hanya dapat ditularkan melalui cairan tubuh tertentu yaitu darah, air mani cairan, bukan sperma, cairan vagina, dan ASI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 39 orang responden pada persepsi keseriusan, terdapat 34 orang responden 87,2 dengan kategori persepsi yang kuat, 5 orang responden 12,8 kategori persepsi lemah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasakan persepsi keseriusan ataupun ancaman yang diterima terhadap penyakit HIV. Bedasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa untuk korelasi variabel keseriusan dengan kejadian HIV, pada taraf nyata 0,05 didapat angka probabilitas p 1,000 p 0,05. Ini berarti menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara persepsi keseriusan dengan kejadian HIV. Universitas Sumatera Utara Persepsi keseriusan mempengaruhi tindakan responden untuk mencari pengobatan dan pencegahan terhadap penyakit HIV yang diderita. Namun hal tersebut tidak menunjukkan kesesuaian antara teori dengan fakta dilapangan, meski ada responden yang memiliki persepsi keseriusan yang sedang dan tergolong tinggi. Persepsi keseriusan yang dirasakan terhadap HIV kemungkinan juga berbeda-beda pada setiap orang dengan risiko tinggi HIV, hal itu disebabkan karena setiap orang memiliki pandangan subjektif terhadap keseriusan HIV. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki persepsi keseriusan yang tinggi. Responden merasakan adanya ancaman yang diterima apabila terkena HIV. Mereka menganggap bahwa HIV merupakan penyakit yang mematikan dan berbahaya, selain itu mereka menganggap apabila terkena HIV ada pengaruh terhadap pekerjaan mereka sekarang ini. Adanya anggapan bahwa seseorang yang menderita HIV akan mendapatkan diskriminasi ataupun menjadi kelompok minoritas berlaku pada pemahaman responden terhadap persepsi keseriusan. Mereka setuju dengan pandangan masyarakat bahwa orang dengan HIV harus dikucilkan dari masyarakat Fajariyah, 2014

5.4 Persepsi Manfaat

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

7 56 148

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 18

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 2

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 13

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 2 46

Hubungan Perilaku Pencegahan Terhadap Kejadian HIV Pada Kalangan LSL Di Klinik IMS Dan VCT Veteran Medan Tahun 2015

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan - Hubungan Perilaku Pencegahan Terhadap Kejadian HIV Pada Kalangan LSL Di Klinik IMS Dan VCT Veteran Medan Tahun 2015

0 0 28

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN HIV PADA KALANGAN LSL DI KLINIK IMS DAN VCT VETERAN MEDAN TAHUN 2015

0 1 17

Pengetahuan dan Sikap Kelompok Resiko Lelaki Seks Lelaki (LSL) Dalam Pencegahan Penularan HIVAIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 1 12