Didalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut antara lain: susunan saraf pusat, persepsi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya. Perilaku diawali dengan dengan adanya
pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor di luar orang tersebut lingkungan, baik fisik maupun non fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan
tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini dan sebagainya sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat yang
berupa perilaku Notoatmodjo,2005.
2.2 HIV
2.2.1 Pengertian HIV
Depkes 2006 mendefinisikan HIV Human Immunodeficiency Virus sebagai virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi.
Human Immunodeficiency Vyrus HIV yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom adalah
sindrom kekebalan tubuh oleh infeksi HIV. Perjalanan penyakit ini lambat dagejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah terjadi infeksi,
bahkan dapat lebih lama lagi. HIV ini menyerang sel-sel darah putih dalam tubuh, sehingga jumlah sel
darah putih semakin berkurang dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi melemah. Padahal, fungsi sel darah putih adalah sebagai pelindung tubuh dari
Universitas Sumatera Utara
serangan luar seperti kuman, virus, atau penyakit yang masuk kedalam tubuh. Selain itu, sel darah putih berfungsi memproduksi zat antibodi yang khas untuk
penyakit tersebut. Bahkan sel darah putih mampu memproduksi antibodi yang dapat melindungi tubuh seumur hidup.
HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh manusia. HIV dapat menyerang salah satu dari jenis sel-sel darah putih yang bertugas menangkal
infeksi. Kerja virus setelah masuk ke dalam tubuh manusia yaitu merusak salah satu jenis sel imun tertentu yang dikenal dengan sel T Helper dan sel tubuh
lainnya, antara lain sel otak, sel usus, sel paru. Sel T Helper adalah titip pusat pertahanan tubuh, sehingga infeksi HIV menyebabkan daya tahan tubuh menjadi
lemah. Virus HIV ditemukan dan diisolasikan dari sel limfosit T4, limfosit B, sel makrofag di otak dan paru dan berbagai cairan tubuh terutama pada darah,
cairan sperma, cairan vagina, air susu ibu. Sebagian besar 75 penularan terjadi melalui hubungan seksual Noviana, 2013.
2.2.2 Cara Penularan HIV
Nasronudin 2007 menyatakan bahwa masuknya virus HIV ke dalam tubuh manusia atau transmisi HIV yaitu secara vertikal, transeksual dan
horizontal. Nasution 2000 AIDS adalah HIV yang terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang tertular, walaupun orang tersebut belum
menunjukkan keluhan atau gejala penyakit. HIV dapat menular kepada siapapun melalui cara-cara tertentu tanpa melihat status, kebangsaan, ras, jenis kelamin,
agama, tingkat pendidikan, kelas ekonomi maupun orientasi seksual Nasution, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Cara pencegahan penularan HIV yang paling efektif adalah dengan memutus rantai penularan. Pencegahan dikaitkan dengan cara-cara penularan
HIV. Infeksi HIVAIDS merupakan suatu penyakit dengan perjalanan yang panjang dan hingga saat ini belum ditemukan obat yang efektif, maka pencegahan
dan penularan menjadi sangat penting terutama melalui pendidikan kesehatan dan peningkatan pengetahuan yang benar mengenai patofisiologi HIV dan cara
penularannya. Penangggulangan merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan,
meliputi kegiatan pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi. Seperti diketahui, penyebaran virus HIV melalui hubungan seks, jarum suntik yang tercemar,
transfusi darah, penularan dari ibu ke anak maupun donor darah atau donor organ tubuh Noviana, 2013
Tiga cara penularan HIV yang paling sering terjadi adalah: a. Hubungan seksual
Ada beberapa cara untuk melakukan hubungan seksual, yaitu vaginal lewat vagina. Anal menggunakan dubur, oral menggunakan mulut dan
manogenital menggunakan tangan. Dari keempat cara tersebut, risiko terbesar untuk dapat tertular HIV adalah apabila melakukan hubungan seksual secara anal
dan vaginal. 80 sampai dengan 90 kasus HIV ditemukan pada mereka yang melakukan kegiatan seksual secara anal. Hal ini disebabkan karena lapisan kulit di
sekitar dubur cukup tipis, sehingga dapat mengakibatkan luka yang mengeluarkan darah dan dapat terjadi kontak antar cairan tubuh.
b. Kontak langsung dengan darahproduk darah jarum suntik
Universitas Sumatera Utara
Transfusi darahproduk darah yang tercemar HIV merupakan risiko tinggi penularan HIV yaitu mencapai lebih dari 90. Namun demikian, kasus penularan
HIV melalui transfusi darah ini hanya dijumpai 3-5 dari total kasus penularan HIV sedunia. Selain itu, pemakaian jarum suntik yang tidak steril ataupun
pemakaian jarum suntik secara bersama terutama seperti yang dilakukan oleh para pecandu narkotik. Cara ini mengandung 0,5 - 1 dan telah ditemukan pada 5-
10 dari total kasus sedunia. c. Secara vertikal
Secara vertikal maksudnya yaitu dari ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya, dimana penularan bisa saja terjadi pada waktu kehamilan,
melahirkan ataupun sesudah melahirkan ketika menyusui. Risiko penularan lewat cara ini adalah 25-40 dan telah ditemukan pada kurang dari 0,1 dari
total kasus sedunia Nasution, 2000. Secara umum HIV dapat diisolasi dari darah, semen, cairan serviks, cairan
vagina, ASI, air liur, serum, urine, air mata, cairan elveoler, cairan serebrospinal. Meskipun HIV pernah ditemukan pada air liur penderita namun tidak ada bukti
secara empiris yang menunjukkan bahwa air liur dapat menularkan HIV. Demikian juga untuk cairan tubuh lain seperti, air mata, urine maupun keringat
Nasronudin, 2007. Sehingga HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan, toilet yang dipakai bersama-sama, berpelukan di
pipi, berjabat tangan, hidup serumah KPAN, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Perlu digaris bawahi transmisi yang terbukti dapat terjadi secara efisien adalah melalui darah, cairan semen, cairan vaginaserviks, dan ASI. Adapun pola
penularan HIV di Asia memiliki pola seperti berikut Susilowati, 2011
Gambar 2.2 Pola Penularan HIV di Asia
Populasi umum pria
Pelanggan Laki-laki
seks laki-laki Wanita
pekerja seks
Penasun
Populasi umum
Bayi
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Perjalanan Infeksi HIV