b. Ruang konsultasi dan pemeriksaan, dengan kegiatan melengkapi formulir pemeriksaan, pemeriksaan fisik oleh dokter, dan pengambilan spesimen oleh
perawat atau bidan. Laboratorium, dengan kegiatan pengambilan darah, pemeriksaan laboratorium basah, pengecatan grammethylen blue, RPR, dan
TPHA hingga penyerahan hasil laboratorium kepada dokter oleh tenaga analis. d. Ruang konsultasi dan pengobatan, dengan kegiatan penyampaian hasil
pemeriksaan laboratorium, dan KIE Komunikasi, Informasi dan Edukasi oleh dokter.
e. Ruang konseling, dengan kegiatan konseling dan edukasi tentang HIV dan tes dengan 4C Counseling, Consent, Confidential, and Condom, pemberian
brosur KIE, dan perjanjian kunjungan yang akan datang oleh konselor.
4.2 Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah lelaki seks lelaki yang datang berkunjung untuk berkonsultasi di klinik IMS dan VCT Veteran
Medan baik secara rutin melakukan check-up dengan cara datang secara berkala setiap 3 bulan sekali maupun tidak rutin datang untuk pertama kalikunjungan
atau juga mereka yang berkunjung berkala tetapi lewat dari 3 bulan sekali. Jumlah responden dari perhitungan sampel yang telah dilakukan adalah
sebanyak 39 orang. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan terakhir, sumber pendapatan, dan status pernikahan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden No.
Karakteristik Jumlah
Presentase 1.
Umur
1. 15-19 Tahun
2. 20-24 Tahun
3. 25-29 Tahun
4. 30-34 Tahun
5. 35-39 Tahun
6. 40-45 Tahun
2 8
19 2
5 3
5,1 20,5
48,7 5,1
12,8 7,7
Jumlah 39
100,0 2.
Status Pendidikan
1. SDSederajat
2. SMPSederajat
3. SMASederajat
4. D3
5. S1
6. S2
7. S3
1 3
21 5
8 1
2,6 7,7
53,8 12,8
20,5 2,6
Jumlah 39
100,0 3.
Sumber Pendapatan
1. Karyawan tetap 2. Pekerja Bebas
3. Bekerja di Salon 4. Panti Pijat
5. Uang Saku Pelajar 6. Menjual Seks
7. Lainnya 28
5 1
1 4
71,8 12,8
2,6 2,6
10,3 70
Jumlah 39
100,0 4.
Status Pernikahan
1. Belum Menikah
2. Menikah
3. Duda
35 3
1 89,7
7,7 2,6
Jumlah 39
100,0
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berasal dari kelompok umur 25-29 tahun yaitu sebanyak 19 orang 48,7, 21 orang 53,8
pada umumnya dengan pendidikan terakhir SMAsederajat.
Universitas Sumatera Utara
Dapat terlihat juga bahwa sebagian besar responden memiliki sumber pendapatan responden yang berasal dari gaji karyawan yaitu sebanyak 28 orang
71,8, sebagian besar responden belum menikah sebanyak 35 orang 89,7.
4.3 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari, persepsi kerentanan yang dirasakan, persepsi keseriusan yang dirasakan, persepsi
manfaat yang dirasakan, persepsi hambatan yang dirasakan, isyarat untuk bertindak, dan kemungkinan bertindak.
4.3.1 Persepsi Kerentanan
Peneliti ingin mengetahui pandangan kelompok lelaki seks lelaki risiko yang berkunjung ke Klinik IMS Dan VCT Veteran Medan terhadap kemungkinan
dirinya untuk terkena infeksi HIVAIDS di masa mendatang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat persepsi
kerentanan yang dirasakan terhadap kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan seperti pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Persepsi Kerentanan Terhadap Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan
No. Pertanyaan dan Jawaban Responden Jumlah
Persen 1.
Saya berisiko tertular penyakit HIV dari pasangan saya
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
14 12
6 7
35,9 30,8
15,4 17,9
Jumlah 39
100,0 2.
Pekerjaan saya membuat saya berisiko tertular penyakit HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
2 4
17 16
5,1 10,3
43,6 41,0
Jumlah 39
100,0 3.
Perilaku saya membuat saya berisiko tertular penyakit HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
6 25
3 5
15,4 64,1
7,7 12,8
Jumlah 39
100,0 4.
Perilaku orang lain disekitar saya membuat
saya berisiko
tertular penyakit HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
4 8
20 7
10,3 20,5
51,3 17,9
Jumlah 39
100,0 5.
Riwayat kesehatan keluarga saya membuat
saya berisiko
tertular penyakit HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
2 2
12 23
5,1 5,1
30,5 59,0
Jumlah 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat terlihat bahwa responden yang merasa berisiko terkena HIVAIDS dimana sebagian besar responden menyatakan sangat
Universitas Sumatera Utara
setuju yaitu 14 orang responden 35,9, paling sedikit dengan 6 orang responden 15,4 yang menyatakan tidak setuju.
Responden yang menyatakan bahwa pekerjaan membuatnya berisiko terkena HIVAIDS, dengan jumlah responden yang menyatakan tidak setuju
sebanyak 17 orang responden 43,6, paling sedikit dengan jumlah 2 orang responden 5,1 yang menyatakan sangat setuju.
Responden yang menyatakan bahwa perilaku membuatnya berisiko terkena HIVAIDS dengan jumlah responden yang menyatakan setuju sebanyak
25 orang 64,1, paling sedikit dengan jumlah 3 orang 7,7 yang menyatakan sangat tidak setuju.
Responden yang menyatakan bahwa perilaku orang lain di sekitarnya yang membuat saya berisiko terkena HIVAIDS dimana sebagian besar responden
menyatakan tidak setuju yaitu sebanyak 20 orang 51,3, dan paling sedikit dengan jumlah 4 orang 10,3 yang menyatakan sangat setuju.
Responden yang menyatakan bahwa riwayat kesehatan keluarga membuatnya berisiko terkena HIVAIDS yaitu sebagian besar responden
menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 23 orang 59,0, dan paling sedikit sebanyak 2 orang 5,1 masing-masing menyatakan sangat setuju dan setuju.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Kategori Persepsi Kerentanan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Kerentanan Terhadap
Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan No.
Persepsi Kerentanan Jumlah
Persen
1. 2.
Kuat Lemah
29 10
74,4 25,6
Jumlah 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa terdapat 29 orang 74,4 yang memiliki persepsi kerentanan kuat, 10 orang 25,6 yang memiliki persepsi
kerentanan lemah.
4.3.3 Persepsi Keseriusan
Peneliti ingin mengetahui pandangan kelompok lelaki seks lelaki yang berkunjung ke Klinik IMS Dan VCT Veteran Medan tentang beratnya penyakit
yang akan diderita yaitu infeksi HIVAIDS. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat persepsi
keseriusan yang dirasakan terhadap kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Persepsi Keseriusan Terhadap Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan
No. Pertanyaan dan Jawaban Responden Jumlah
Persen 1.
HIV adalah penyakit yang mematikan dan berbahaya
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
11 19
6 3
28,2 48,7
15,4 7,7
Jumlah 39
100,0 2.
Jika saya terkena penyakit HIV maka saya tidak akan sembuh
Sangat Setuju Setuju
2 17
5,1 43,6
Universitas Sumatera Utara
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
14 6
35,9 15,4
Jumlah 39
100,0 3.
Saya akan kehilangan pekerjaan saya jika terkena penyakit HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
1 8
19 11
2,6 20,5
48,7 28,2
Jumlah 39
100,0 4.
Saya akan dijauhi atau dikucilkan dari keluarga
dan teman-teman
jika terkena HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
2 13
15 8
5,1 33,3
38,5 23,1
Jumlah 39
100,0 5.
Kondisi saya akan menjadi buruk jika saya
tidak berhenti
melakukan hubungan seks tidak aman
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
13 18
5 3
33,3 46,2
12,8 7,7
Jumlah 39
100,0 6.
Saya akan dijauhi oleh masyarakat jika terkena HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
1 12
19 7
2,6 30,8
48,7 17,9
Jumlah 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan HIVAIDS adalah penyakit yang berbahaya sebagian besar responden menyatakan
setuju yaitu sebanyak 19 orang 48,7, dan paling sedikit dengan jumlah 3 orang responden 7,7 yang menyatakan sangat tidak setuju.
Responden yang menyatakan jika terkena HIVAIDS maka tidak akan bisa
Universitas Sumatera Utara
sembuh yaitu sebagian besar responden dengan jumlah 17 orang responden 43,6 menyatakan setuju, dan paling sedikit responden dengan jumlah 2 orang
5,1 menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan akan kehilangan pekerjaan jika terkena
HIVAIDS yaitu sebagian besar sebanyak 19 orang responden 48,7 menyatakan tidak setuju, dan paling sedikit 1 orang responden 2,6 yang
menyatakan sngat setuju. Responden yang menyatakan akan dikucilkan dari keluarga dan teman-
teman jika terkena HIVAIDS yaitu sebagian besar sebanyak 15 orang responden 38,5 menyatakan tidak setuju, dan paling sedikit 2 orang responden 5,1
yang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan kondisi kesehatannya akan menjadi buruk
jika tidak ke klinik yaitu sebagian besar sebanyak 18 orang responden 46,2 menyatakan setuju, dan paling sedikit jumlahnya 3 orang responden 7,7
menyatakan sangat tidak setuju. Responden yang menyatakan akan dijauhi oleh masyarakat jika terkena
HIVAIDS yaitu 19 orang responden 48,7 menyatakan tidak setuju dan paling sedikit jumlahnya 1 orang responden 2,6 menyatakan sangat setuju.
Universitas Sumatera Utara
4.3.4 Kategori Persepsi Keseriusan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Keseriusan Terhadap
Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan No.
Persepsi Keseriusan Jumlah
Persen
1. 2.
Kuat Lemah
34 5
87,2 12,8
Jumlah 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.5. dapat diketahui bahwa terdapat 34 orang responden 87,2 yang memiliki persepsi keseriusan kuat, sementara 5 orang responden
12,8 memiliki kategori persepsi keseriusan lemah.
4.3.5 Persepsi Manfaat
Peneliti ingin mengetahui pandangan kelompok lelaki seks lelaki yang berkunjung ke layanan Voluntary Counseling and Testing VCT di Klinik IMS
dan VCT Veteran Medan terhadap kemungkinan alternatif pelayanan kesehatan yang dipilih apakah memang bermanfaat dan dapat mengurangi ancaman kejadian
HIV. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat persepsi
manfaat yang dirasakan terhadap perilaku pencegahan HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Manfaat Terhadap Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan
No. Pertanyaan dan Jawaban Responden Jumlah
Persen 1.
Jika saya menggunakan kondom, maka saya akan terhindar dari HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
12 24
3 30,8
61,5 7,7
Jumlah 39
100,0 2.
Jika saya
tidak berganti-ganti
pasangan, maka saya bisa terhindar dari HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
13 21
4 1
33,3 53,8
10,3 2,6
Jumlah 39
100,0 3.
Saya dapat mengetahui status HIV saya dengan melakukan tes HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
23 16
59,0 41,0
Jumlah 39
100,0 4.
Saya merasa penting untuk melakukan tes HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
17 21
1 43,6
53,8 2,6
Jumlah 39
100,0 5.
Saya akan mendapatkan manfaat dengan melakukan tes HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
19 20
48,7 51,3
Jumlah 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa untuk pernyataan persepsi manfaat responden yang menyatakan dengan menggunakan
kondom maka akan terhindar dari HIV yaitu sebagian besar responden sebanyak
Universitas Sumatera Utara
24 orang 61,5 menyatakan setuju, dan 3 orang responden 7,7 menyatakan tidak setuju.
Responden yang menyatakan jika tidak berganti-ganti pasangan akan terhindar dari HIV yaitu sebagian besar responden sebanyak 21 orang 53,8
menyatakan setuju dan 1 orang responden 2,6 menyatakan sangat tidak setuju. Responden yang menyatakan dapat mengetahui status HIV dengan
melakukan tes HIV yaitu 23 orang responden 59,0 menyatakan sangat setuju, 16 orang responden 41 menyatakan setuju.
Responden yang menyatakan akan mendapatkan manfaat dengan melakukan tes HIV yaitu sebanyak 20 orang responden 51,3 menyatakan
setuju, dan 19 orang responden 48,7 menyatakan sangat setuju.
4.3.6 Kategori Persepsi Manfaat Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Manfaat Terhadap
Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan No.
Persepsi Manfaat Jumlah
Persen
1. Kuat
39 100
Jumlah 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebanyak 39 orang responden 100 memiliki persepsi manfaat kuat.
Universitas Sumatera Utara
4.3.7 Persepsi Hambatan
Peneliti ingin mengetahui pandangan kelompok lelaki seks lelaki di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan terhadap biayaaspek negatif yang menghalangi
seseorang untuk melakukan tindakan kesehatan di klinik VCT dan IMS Veteran, misalnya mahal, bahaya, pengalaman tidak menyenangkan, atau rasa sakit
sehubungan dengan penyakit infeksi HIVAIDS.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Hambatan Terhadap Kejadian HIV
di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan No. Pertanyaan dan Jawaban Responden
Jumlah Persen
1. Tidak ada alasan bagi saya untuk
mengetahui status HIV saya Sangat Setuju
Setuju Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju 6
2 17
14 15,4
5,1 43,6
35,9
Jumlah 39
100,0 2.
Saya merasa tidak perlu mengetahui status HIV saya karena saya tidak
beresiko untuk tertular penyakit HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
1 1
23 14
2,6 2,6
59,0 35,9
Jumlah 39
100,0 3.
Saya merasa
saya tidak
perlu mengetahui status HIV saya karena
tidak ada obat untuk menyembuhkan HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
1 3
21 14
2,6 7,7
53,8 35,9
Jumlah 39
100,0 4.
Saya tidak senang datang ke klinik karena jauh lokasinya
Sangat Setuju 2
5,1
Universitas Sumatera Utara
Setuju Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju 2
22 13
5,1 56,4
33,3
Jumlah 39
100,0 5.
Saya memerlukan biaya yang besar untuk datang ke klinik
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
1 1
23 14
2,6 2,6
59,0 35,9
Jumlah 39
100,0 6.
Saya takut petugas tidak menjaga kerahasiaan saya jika saya mau
melakukan tes HIV
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
2 8
17 12
5,1 20,5
43,6 30,8
Jumlah 39
100,0 7.
Saya takut melakukan tes HIV karena takut hasilnya positif
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
1 5
23 10
2,6 12,8
59,0 25,6
Jumlah 39
100,0 8.
Saya tidak mau datang ke klinik karena takut dijauhi oleh teman-teman
dan masyarakat Sangat Setuju
Setuju Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju 1
3 25
10 2,6
7,7 64,1
25,6
Jumlah 39
100,0 9.
Pasangan saya tidak mau melakukan hubungan seks jika saya menggunakan
kondom Sangat Setuju
Setuju Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju 2
4 29
13 5,1
10,3 51,3
33,3
Jumlah 39
100,0 10. Saya tidak terbiasa menggunakan
kondom jika berhubungan Sangat Setuju
Setuju 2
5 5,1
12,8
Universitas Sumatera Utara
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
20 12
51,3 30,8
Jumlah 39
100,0
Untuk pernyataan tidak ada alasan bagi saya untuk mengetahui status HIV sebanyak 17 orang 43,6 menyatakan tidak setuju dan sebanyak 2 orang
responden 5,1 menyatakan setuju. Pernyataan responden merasa tidak perlu mengetahui status HIV karena ia
tidak berisiko untuk terkena HIVAIDS yaitu 23 orang responden 59,0 tidak setuju dan sebanyak 1 orang responden 2,6 menyatakan sangat setuju dan
setuju. Pernyataan responden merasa tidak perlu mengetahui status HIV karena
tidak ada obat untuk menyembuhkan HIV yaitu sebanyak 21 orang responden 53,8 menyatakan tidak setuju dan sebanyak 1 orang responden 2,6
menyatakan sangat setuju. Pernyataan responden tidak senang datang ke klinik karena jauh dijangkau
lokasinya yaitu sebanyak 22 orang responden 56,4 menyatakan tidak setuju dan sebanyak 2 orang responden 2,6 masing-masing menyatakan sangat setuju
dan setuju. Pernyataan responden tidak memerlukan biaya yang mahal untuk datang
ke klinik yaitu sebanyak 23 orang 59,0 menyatakan tidak setuju dan sebanyak 1 orang responden 2,6 masing-masing menyatakan sangat setuju dan setuju.
Pernyataan responden bahwa ia takut petugas tidak menjaga kerahasiaan jika saya ia melakukan tes HIV 17 orang responden 43,6 menyatakan tidak
Universitas Sumatera Utara
setuju dan paling sedikit jumlahnya sebanyak 2 orang responden 2,6 menyatakan sangat setuju.
Pernyataan responden bahwa takut melakukan tes HIV karena ketakutan hasilnya positif yaitu 23 orang responden 59,0 menyatakan tidak setuju, dan
paling sedikit jumlahnya sebanyak 1 orang responden 2,6 menyatakan sangat setuju.
Pernyataan responden tidak mau datang ke klinik karena takut dijauhi oleh teman-teman dan masyarakat yaitu 25 orang 64,1 menyatakan tidak setuju,
dan 1 orang responden 2,6 menyatakan sangat setuju. Pernyataan pasangan saya tidak mau melakukan hubungan seks jika saya
menggunakan kondom yaitu sebanyak 20 orang 51,3 menyatakan tidak setuju, dan 1 orang 2,6 menyatakan sangat setuju.
Pernyataan responden bahwa ia tidak terbiasa menggunakan kondom jika berhubungan sebanyak 20 orang 51,3 menyatakan tidak setuju dan 2 orang
5,1 menyatakan sangat setuju.
Universitas Sumatera Utara
4.3.8 Kategori Persepsi Hambatan Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Hambatan Terhadap Kejadian HIV
di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan No.
Persepsi Hambatan Jumlah
Persen
1. 2.
Kuat Lemah
38 1
97,4 2,6
Jumlah 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebanyak 38 orang responden 97,4 memiliki persepsi hambatan kuat dan 1 orang responden 2,6 yang
memiliki persepsi hambatan lemah.
4.3.9 Isyarat Untuk Bertindak
Peneliti ingin mengetahui faktor pendorong kelompok lelaki seks lelaki di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan untuk memutuskan menerima atau menolak
alternatif tindakan pelayanan VCT dalam diri individu itu sendiri, konsultasi dengan petugas kesehatan, pengaruh media massa yang diberikan di klinik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat faktor isyarat untuk bertindak yang dirasakan dalam perilaku pencegahan terhadap
kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan seperti pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Isyarat Untuk Bertindak Terhadap Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan
No. Pertanyaan dan Jawaban Responden Jumlah
Persen 1.
Saya mendapat informasi tentang HIV dari orang lain
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
7 23
7 2
17,9 59,0
17,9 5,1
Jumlah 39
100,0 2.
Saya mendapat informasi kondom dari orang lain
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
4 25
8 2
10,3 64,1
20,5 5,1
Jumlah 39
100,0 3.
Saya datang
ke klinik
karena dorongan diri sendiri
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
17 19
3 43,6
48,7 7,7
Jumlah 39
100,0 4.
Saya datang ke klinik karena bujukan orang lain
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
3 8
23 5
7,7 20,5
59,0 12,8
Jumlah 39
100,0 5.
Saya datang ke klinik karena sudah mendapat informasi sebelumnya
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
8 27
3 1
20,5 69,2
7,7 2,6
Jumlah 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui untuk pernyataan responden mendapat informasi tentang HIV dari orang lain yaitu sebanyak 23 orang 59,0
Universitas Sumatera Utara
menyatakan setuju dan paling sedikit 2 orang 5,1 menyatakan sangat tidak setuju.
Pernyataan responden mendapat informasi kondom dari orang lain yaitu
sebanyak 25 orang 64,1 menyatakan setuju dan 2 orang 5,1 menyatakan sangat tidak setuju.
Pernyataan isyarat untuk bertindak responden yang datang ke klinik karena dorongan diri sendiri yaitu sebanyak 19 orang 48,7 menyatakan setuju
dan 3 orang 7,7 menyatakan tidak setuju. Sementara ntuk pernyataan isyarat untuk bertindak responden yang datang
ke klinik karena dorongan orang lain yaitu sebanyak 23 orang responden 59,0 menyatakan tidak setuju dan paling sedikit jumlahnya 3 orang responden 7,7
menyatakan sangat setuju. Pernyataan responden yang datang ke klinik karena sudah mendapat
informasi sebelumnya yaitu sebanyak 27 orang responden 69,2 menyatakan setuju, 8 orang responden 20,5 menyatakan sangat setuju, 1orang responden
2,6 masing-masing menyatakan sangat tidak setuju.
4.3.10 Kategori Isyarat Untuk Bertidak Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kategori Isyarat Untuk Bertindak Terhadap
Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan No.
Persepsi Isyarat Untuk Bertindak Jumlah
Persen
1. Kuat
39 100,0
Jumlah 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 39 orang responden 100,0 memiliki isyarat untuk bertindak kuat.
Universitas Sumatera Utara
4.3.11 Kemungkinan Bertindak
Peneliti ingin mengetahui kemungkinan bertindak kelompok lelaki seks lelaki di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan untuk memutuskan tindakan apa
yang dilakukan terhadap perilaku pencegahan pada kejadian HIV. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat
kemungkinan untuk bertindak yang dirasakan dalam perilaku pencegahan terhadap kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan seperti pada tabel
berikut:
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi
Kemungkinan Bertindak
Terhadap Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan
No. Pertanyaan dan Jawaban Responden
Jumlah Persen
1. Apakah dalam 3 bulan terakhir Anda
melakukan hubungan seks? Ya
Tidak 31
8 79,5
20,5
Jumlah 39
100,0 2.
Apakah Anda pasangan menggunakan hubungan kondom ketika melakukan
hubungan seks terakhir? Ya
Tidak
22 17
56,4 43,6
Jumlah 39
100,0 3.
Apakah anda
menyarankan menggunakan
kondom kepada
pasangan anda saat akan melakukan hubungan seks?
Ya Tidak
36 3
92,3 7,7
Jumlah 39
100,0 4.
Apakah penggunaan kondom dapat mencegah penularan HIV?
Ya Tidak
38 1
97,4 2,6
Jumlah 39
100,0 5.
Apakah anda
selalu menyediakan
Universitas Sumatera Utara
kondom? Ya
Tidak 22
17 56,4
43,6
Jumlah 39
100,0 6.
Apakah anda mudah mendapatkan kondom jika membutuhkannya?
Ya Tidak
30 9
76,9 23,1
Jumlah 39
100,0 7.
Apakah anda mempunyai kelompok dampingan?
Ya Tidak
11 28
28,2 71,8
Jumlah 39
100,0 8.
Selama 3 bulan terakhir, pernahkah Anda
mengunjungi klinik
atau Puskesmas untuk pemeriksaan HIV tes
HIV? Ya
Tidak 24
15 61,5
38,5
Jumlah 39
100,0 9.
Apakah anda menyarankan pasangan seks Anda melakukan pemeriksaan
HIV? Ya
Tidak 26
13 66,7
33,3
Jumlah 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa pernyataan apakah dalam 3 bulan terakhir responden melakukan hubungan seks diketahui bahwa 31 orang
79,5 menyatakan melakukan hubungan seks dan 8 orang 20,5 menyatakan tidak melakukan hubungan seks.
Pernyataan apakah responden atau pasangan menggunakan hubungan kondom ketika melakukan hubungan seks terakhir yaitu sebanyak 22 orang
56,4 menyatakan bahwa menggunakan kondom dan 17 orang 43,6 menyatakan tidak menggunakan kondom
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan apakah responden menyarankan menggunakan kondom kepada pasangan anda saat akan melakukan hubungan seks yaitu sebanyak 36 orang
92,3 menyatakan responden menyarankan menggunakan kondom dan sebanyak 3 orang 7,7 tidak menyarankan pasangan menggunakan kondom.
Pernyataan responden terhadap penggunaan kondom dapat mencegah penularan HIV menunjukkan bahwa sebanyak 38 orang 97,4 menyatakan
bahwa penggunaan kondom dapat mencegah HIV dan sebanyak 1 orang 2,6 menyatakan tidak.
Sementara untuk pernyataan apakah responden selalu menyediakan kondom dapat dilihat bahwa 22 orang 56,4 menyatakan bahwa responden
selalu menyediakan kondom dan 17 orang 43,6 menyatakan tidak. Pernyataan apakah responden mudah mendapatkan kondom jika
membutuhkannya yaitu sebanyak 30 orang 76,9 menyatakan ya dan 9 orang 23,1 menyatakan tidak.
Untuk kelompok dampingan dapat dilihat bahwa sebanyak 11 orang 28,2 memiliki kelompok dampingan dan sebanyak 28 orang 71,8 tidak
memiliki kelompok dampingan. Pada pernyataan selama 3 bulan terakhir, pernahkah responden
mengunjungi klinik atau Puskesmas untuk pemeriksaan HIV tes HIV yaitu sebanyak 24 orang 61,5 melakukan kunjungan untuk pemeriksaan HIV dan
sebanyak 15 orang 38,5 tidak melakukan kunjungan. Pernyataan apakah responden menyarankan pasangan seks melakukan
pemeriksaan HIV yaitu sebanyak 26 orang 66,1 menyatakan ya untuk
Universitas Sumatera Utara
menyarankan pasangan melakukan pemeriksaan HIV dan 13 orang 33,3 menyatakan tidak menyarankan pasangan seks melakukan pemeriksaan HIV.
4.3.12 Kategori Kemampuan Bertidak Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Kategori Kemampuan Bertindak Terhadap
Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan No.
Persepsi Kemampuan Bertindak Jumlah
Persen
1. 2.
Kuat Lemah
6 33
15,4 84,6
Jumlah 39
100,0
Berdasarakan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 33 orang responden 84,6 memiliki kemampuan bertindak yang lemah dan 6 orang
responden 15,4 yang memiliki kemampuan bertindak kuat.
4.3.13 Kejadian HIV Tabel 4.14 Kejadian HIV Responden
Kelompok responden dibagi menjadi kelompok HIV dan tidak HIV seperti dalam tabel berikut ini :
Responden Jumlah
Persen
Positif HIV Negatif HIV
5 34
12,8 87,2
Jumlah 39
100,0
Pada tabel 4.14 dapat diketahui bahwa responden yang positif terkena HIV sebanyak 5 orang 12,8 , sedangkan responden yang tidak terkena HIV
sebanyak 34 orang yaitu 87,2.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan adalah dengan analisis tabulasi silang untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen. Pada
analisis penelitian ini variabel karakteristik responden, persepsi kerentanan yang dirasakan, persepsi keseriusan yang dirasakan, persepsi manfaat dan hambatan
yang dirasakan, isyarat untuk bertindak serta kemungkinan untuk bertindak dihubungkan dengan variabel kejadian HIV pada penelitian ini.
4.4.1 Tabulasi Silang Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Kejadian HIV
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan
No. Pertanyaan
Kejadian HIV Jumlah
P Positif
Negatif N
N N
1. Umur
15-19 Tahun 20-24 Tahun
25-29 Tahun 30-34 Tahun
35-39 Tahun 40-45 Tahun
5 0,0
0,0 12,8
0,0 0,0
0,0 2
8 14
2 5
3 5,1
20,5 35,9
5,1 12,8
7,7 2
8 19
2 5
3 5,1
20,5 48,7
5,1 12,8
7,7 0,505
2. Pendidikan
Tinggi Rendah
5 12,8
30 4
76,9 10,3
35 4
89,7 10,3
1,000 3.
Sumber Pendapatan Tetap
Tidak tetap 5
17,9 0,0
23 11
59,0 28,2
28 11
100,0 0,296
4.
Status Pernikahan Belum Menikah
Menikah Duda
5 12,8
0,0 0,0
30 3
1 76,9
7,7 2,6
35 3
1 100,0
1,000 Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa kategori kelompok umur
dewasa merupakan kelompok umur tertinggi adalah 25-29 tahun dengan jumlah
Universitas Sumatera Utara
responden yang positif HIV sebanyak 5 orang 12,8 dan negatif HIV sebanyak 19 orang 35,9, kategori pendidikan tinggi merupakan pendidikan terakhir
tertinggi dengan jumlah responden yang positif HIV sebanyak 5 orang 12,8 dan negatif HIV sebanyak 30 orang 76,9, sumber pendapatan tetap merupakan
sumber pendapatan tetap pada kasus positif HIV dengan jumlah responden sebanyak 5 orang 17,9 dan untuk kasus HIV negatif sebanyak 23 orang
59,0. Dari tabel diatas juga dapat diketahui bahwa sebagian besar responden belum menikah dengan kasus HIV positif sebanyak 5 orang 12,8 dan negatif
HIV sebanyak 30 orang 76,7. Uji analisis
Fisher’s Exact Test dilakukan terhadap hubungan variabel pendidikan, dan sumber pendapatan terhadap kejadian HIV di Klinik IMS dan
VCT Veteran. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan terlihat dari nilai p0,05 =1,000, dan sumber pendapatan
p0,05 =0,296 terhadap kejadian HIV.
4.4.2 Tabulasi Silang Hubungan Persepsi Kerentanan Terhadap Kejadian HIV
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Hubungan Kerentanan Responden Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan
No Persepsi
Kerentanan Kejadian HIV
Jumlah P
Positif Negatif
N N
N 1.
2. Kuat
Lemah 5
12,8 0,0
24 10
61,5 25,6
29 10
74,4 25,6
0,302 0,302
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa dari 39 orang responden, sebanyak 29 orang responden memiliki persepsi kerentanan yang kuat yang terdiri
Universitas Sumatera Utara
dari 5 orang 12,8 dengan kejadian HIV positif dan 24 orang responden dengan hasil kejadian HIV negatif. Pada persepsi kerentanan lemah terdapat 10 orang
responden 25,6 yang semuanya dengan kejadian HIV negatif. Analisis statistik uji Chi-Square tidak dapat dilakukan karena ada 2 sel
50 dengan expected count kurang dari 5, maka untuk melihat ada atau tidaknya hubungan persepsi kerentanan terhadap kejadian HIV dilanjutkan dengan
alternatif Fisher’s Exact Test dan diperoleh nilai p0,05 =0,302. Hal ini
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi kerentanan responden terhadap kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan.
4.4.3 Tabulasi Silang Hubungan Persepsi Keseriusan Terhadap Kejadian HIV
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Hubungan Keseriusan Responden Terhadap Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan
No Persepsi
Keseriusan Kejadian HIV
Jumlah P
Positif Negatif
N N
N 1.
2. Kuat
Lemah 5
12,8 0,0
29 5
74,4 12,8
34 5
87,2 12,8
1,000 1,000
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa dari 39 orang responden, sebanyak 34 responden memiliki persepsi keseriusan yang kuat yang terdiri dari 5
orang responden 12,8 dengan kejadian HIV positif dan 29 orang responden 87,2 dengan kejadian HIV negatif. Pada persepsi keseriusan lemah terdapat 5
orang responden 12,8 yang semuanya dengan kejadian HIV negatif. Analisis statistik uji Chi-Square tidak dapat dilakukan karena ada 3 sel
75 dengan expected count kurang dari 5, maka untuk melihat ada atau tidaknya hubungan persepsi kerentanan terhadap kejadian HIV dilanjutkan dengan
Universitas Sumatera Utara
uji alternatif Fisher’s Exact Test dan diperoleh nilai p0,05 =1,000. Hal ini
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi kerentanan responden terhadap kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan.
4.4.4 Tabulasi Silang Hubungan Persepsi Manfaat Terhadap Kejadian HIV Tabel 4.18 Tabulasi Silang Hubungan Manfaat Responden Terhadap
Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan No
Persepsi Manfaat
Kejadian HIV Jumlah
P Positif
Negatif N
N N
1. 2.
Kuat Lemah
5 12,8
0,0 34
87,2 0,0
39 100,0
0,0 Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa dari 39 orang responden,
semua responden memiliki persepsi manfaat yang kuat yang terdiri dari 5 orang 12,8 dengan kejadian HIV positif dan 34 orang responden 87,2 dengan
kejadian HIV negatif. Analisis statistik uji Chi-Square tidak dapat dilakukan karena persepsi
manfaat memiliki data yang konstan. Hal ini menunjukkan tidak dapat dihubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan oleh responden terhadap
kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan.
4.4.5 Tabulasi Silang Hubungan Persepsi Hambatan Terhadap Kejadian HIV
Tabel 4.19 Tabulasi Silang Hubungan Hambatan Responden Terhadap Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan
No Persepsi
Hambatan Kejadian HIV
Jumlah P
Positif Negatif
N N
N 1.
2. Kuat
Lemah 5
12,8 0,0
33 1
84,6 2,6
38 1
97,4 2,6
1,000 1,000
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa dari 39 orang responden, sebanyak 38 responden memiliki persepsi hambatan yang kuat yang terdiri dari 5
orang responden 12,8 dengan kejadian HIV positif dan 33 orang responden 84,6 dengan kejadian HIV negatif. Sisanya 1 orang memiliki persepsi
hambatan yang lemah yang terdiri dari 1 orang 2,6 dengan kejadian HIV negatif.
Analisis statistik uji Chi-Square tidak dapat dilakukan karena ada 3 sel 75 dengan expected count kurang dari 5, maka untuk melihat ada atau
tidaknya hubungan persepsi hambatan yang dirasakan oleh responden terhadap pemanfaatan layanan kejadian HIV dilanjutkan dengan uji alternatif
Fisher’s Exact Test dan diperoleh nilai p0,05 =1,000. Hal ini menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara persepsi hambatan responden terhadap kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan.
4.4.6 Tabulasi Silang Hubungan Faktor Isyarat Untuk Bertindak Terhadap Kejadian HIV
Tabel 4.20 Tabulasi Silang Hubungan Isyarat Untuk Bertindak Responden Terhadap Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan
No Persepsi
Isyarat Untuk Bertindak
Kejadian HIV Jumlah
P Positif
Negatif N
N N
1. 2.
Kuat Lemah
5 12,8
0,0 34
87,2 0,0
39 100,0
0,0 Berdasarkan tabel 4.20 dapat diketahui bahwa 39 orang responden, semua
responden memiliki persepsi isyarat untuk bertindak yang kuat yang terdiri dari 5
Universitas Sumatera Utara
orang 12,8 dengan kejadian HIV positif dan 34 orang responden 87,2 dengan kejadian HIV negatif.
Analisis statistik uji Chi-Square tidak dapat dilakukan karena persepsi manfaat memiliki data yang konstan. Hal ini menunjukkan tidak dapat
dihubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan oleh responden terhadap kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan.
4.4.7 Tabulasi Silang Hubungan Kemampuan Bertindak Terhadap Kejadian HIV
Tabel 4.21 Tabulasi Silang Hubungan Kemampuan Bertindak Responden Terhadap Kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan
No Persepsi
Kemampuan Bertindak
Kejadian HIV Jumlah
P Positif
Negatif N
N N
1. 2.
Kuat Lemah
5 0,0
12,8 6
28 15,4
15,4 6
33 100,0
100,0 0,574
0,574 Berdasarkan tabel 4.21 dapat diketahui bahwa dari 39 orang responden,
sebanyak 6 responden memiliki kemapuan bertindak yang kuat yang terdiri dari 6 orang 15,4 dengan kejadian HIV negatif dan tidak ada responden dengan
kejadian HIV positif. 33 orang responden memiliki faktor isyarat bertindak yang lemah yang terdiri dari 28 orang 71,8 dengan kejadian HIV negatif dan 5
orang 12,8 dengan kejadian HIV positif. Analisis statistik uji Chi-Square tidak dapat dilakukan karena ada 2 sel
50,0 dengan expected count kurang dari 5, maka untuk melihat ada atau tidaknya hubungan faktor isyarat untuk bertindak terhadap kejadian HIV
dilanjutkan dengan uji Fisher’s Exact Test dan diperoleh nilai p0,05 =0,574.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi faktor isyarat untuk bertindak responden terhadap kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT
Veteran Medan.
Universitas Sumatera Utara
74
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Umur
Hasil penelitian mengenai umur yang diperoleh melalui kuisioner menunjukkan bahwa sebagian responden tergolong kelompok umur 25-29 tahun
yaitu sebanyak 19 orang 48,7 dari total 39 orang responden. Responden umur 25-29 tahun tersebut terdiri dari 5 orang 12,8 yang memiliki kejadian HIV
positif. Kelompok responden yang berumur 25-29 tahun merupakan kelompok
responden yang mayoritas sudah memiliki penghasilan sendiri dan merupakan kelompok dengan perilaku bebas terutama yang berhubungan dengan seks. Pada
kelompok umur 25-29 tahun seseorang akan cenderung untuk banyak berinteraksi dengan orang lain yang dapat memicu kearah perilaku seks yang menyimpang.
Depkes 2009 menyatakan bahwa kasus HIV di Indonesia paling banyak terjadi pada kelompok umur 25-29 tahun yang termasuk usia produktif. Dan di usia
tersebut masih besar kemungkinan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti: bekerja, sekolah bahkan melakukan hubungan seksual. Namun, saat ini usia
produktif sangat rentan terkena HIVAIDS. Mereka biasanya tertular HIVAIDS karena hubungan seks bebas
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dari tahun 2010 hingga tahun 2014, jumlah kasus orang dengan HIVAIDS di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia mencapai total 108.704. Penderita HIV terbanyak terjadi pada tahun 2013 yaitu sekitar 29.037 Dari jumlah tersebut, penderita terbanyak berasal dari
kelompok produktif, dengan rentang usia 20-49 tahun. Penyebab utama banyaknya kasus HIVAIDS adalah hubungan seks diluar nikah dan penggunaan
narkoba suntik. Hampir 90 penyebaran virus HIVAIDS disebabkan kedua prilaku tersebut Kemenkes RI, 2014
5.1.2 Pendidikan
Sebagian besar responden dalam penelitian ini dengan pendidikan tertinggi SMAsederajat yaitu sebanyak 21 orang 53,8 , responden dengan pendidikan
SDsederajat sebanyak 1 orang 2,6 dan pendidikan SMPsederajat jumlahnya yaitu 3 orang 7,7. Responden dengan tingkat pendidikan D3 sebanyak 5 orang
12,8, responden yang memiliki pendidikan sarjana atau S1 sebanyak 8 orang 20,5 dan responden yang memiliki pendidikan S2 sebanyak 1 orang 2,6.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan 5 orang responden dengan kejadian HIV positif memiliki pendidikan yang tinggi yaitu 4 orang memiliki pendidikan
SMASederajat dan 1 orang responden dengan pendidikan D3. Menurut Irmayati 2007, tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan daya nalar dalam menghadapi suatu masalah
Hutasoit, 2006. Redding et al 2000 yang dikutip oleh Anggraeni 2010 menyatakan faktor pengubah seperti tingkat pendidikan dipercayai mempunyai
pengaruh tidak langsung terhadap perilaku dengan cara mempengaruhi persepsi
Universitas Sumatera Utara
individu. Individu dengan pendidikan tinggi, cenderung memiliki perhatian yang besar terhadap kesehatannya sehingga jika individu tersebut mengalami gangguan
kesehatan maka ia akan segera mencari pelayanan kesehatan. Hal ini didukung oleh Notoatmodjo 2003, yang menyatakan bahwa
seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak sama pemahamannya dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang
mereka miliki. Secara umum, pengetahuan yang baik akan memunculkan sikap yang baik dan mengaplikasikannya dalam tindakan. Semakin tinggi pengetahuan
seseorang terhadap kesehatan, semakin tinggi kesadaran orang tersebut dalam menjaga kesehatannya.
5.1.3 Sumber Pendapatan
Sebagian besar responden memiliki sumber pendapatan yang berasal dari gaji karyawan tetap yaitu sebanyak 28 orang 71,8, 5 orang 12,8 bekerja
sebagai pekerja bebas, selain itu 4 orang 10,3 memiliki sumber pendapatan berasal dari uang saku pelajar dan jumlah terkecilnya dengan pendapatan dari
bekerja di salon dan panti pijat masing-masing yaitu 1 orang 2,6. Responden dengan pendapatan tetap gaji karyawan cenderung datang
memanfaatkan layanan VCT di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan kemungkinan dikarenakan sudah memiliki penghasilan sendiri sehingga memiliki
rasa kepercayaan diri yang lebih. Responden yang dianggap populasi kunci yang
Universitas Sumatera Utara
sebenarnya memiliki peran yang cukup krusial dalam penyebaran virus HIVAIDS, yaitu responden yang
masuk dalam kategori “Mobile Man with Money
”, atau pria yang mapan dan bermobilitas tinggi. Mungkin karena responden adalah orang-orang dengan berpenghasilan tetap, berpenampilan
bersih, berpakaian sesuai fashion terkini, dengan fisik yang menawan karena memiliki uang untuk perawatan tubuh, dan tinggal di kawasan mewah. Responden
dianggap bersih. Padahal kelompok ini adalah kelompok yang sangat dekat dengan virus HIV Human Immunodeficiency Virus. Karena responden dengan
berpenghasilan tetap adalah orang-orang yang memiliki mobilitas tinggi, baik untuk tujuan pribadi atau bisnis, dan mempunyai daya beli yang kuat. Besar
kemungkinan mereka menggunakan uang mereka untuk hiburan yang memaparkan mereka dengan risiko penularan HIV, misalnya membeli jasa
pekerja seks komersial dan tidak menggunakan kondom. Atau berhubungan seks dengan kenalan baru, juga tidak menggunakan kondom.
5.1.4 Status Pernikahan
Sebagian besar responden belum menikah dengan jumlah 35 orang 89,7 dan paling sedikit jumlahnya dengan status duda yaitu sebanyak 1 orang
2,6. Responden dengan status belum menikah tersebut terdiri dari 3 orang 7,7,6. Berdasarkan hasil dari penelitian 5 orang responden dengan kejadian
HIV positif memliki status belum menikah. Responden dengan status pernikahan belum menikah cenderung
memanfaatkan layanan VCT mungkin dikarenakan memiliki tingkat kecemasan
Universitas Sumatera Utara
yang lebih daripada responden dengan status pernikahan yang sudah menikah. Seseorang dengan status sudah menikah akan cenderung merasa tidak akan
terancam terinfeksi HIVAIDS karena ia merasa sudah setia dengan satu pasangan lain halnya dengan mereka yang masih berstatus lajang.
5.2 Persepsi Kerentanan
Gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku seksual LSL dalam kaitannya dengan HIV cukup untuk dijadikan alasan tentang perlunya upaya
membentuk sikap dan perilaku seksual yang sehat di kalangan LSL. Adanya responden yang terinfeksi IMS dianalogikan sebagai besarnya peluang responden
terinfeksi AIDS. Seperti diketahui bahwa komunitas LSL merupakan komunitas yang rentan berpeluang terinfeksi AIDS. Dengan jaringan seksual responden yang
demikian luas maka AIDS berpeluang untuk menyebar lebih luas lagi jika salah seorang anggota komunitas tersebut terinfeksi AIDS.
Kerentanan yang
dirasakan mengacu
pada keyakinan
tentang kemungkinan mendapatkan penyakit atau kondisi. Hal ini mengarah pada persepsi
subyektif seseorang menyangkut risiko dari kondisi kesehatannya. Suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan
bahwa dia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut. Upaya pencegahan itu dapat dilakukan secara lebih efektif. Fokus perhatian dapat ditumpahkan pada
bagaimana mengubah perilaku seksual responden komunitas LSL menjadi perilaku seksual yang lebih sehat dan aman dapat dijabarkan melalui beberapa
indikasi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Memiliki jumlah pasangan yang tertentu dan terbatas,
2. Memiliki pasangan yang sehat.
3. Mengurangi frekuensi berhubungan seks dengan pria pekerja seks, dan
4. Mengunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual.
Sejalan dengan penelitian di Thailand yang merupakan negara dengan LSL tinggi, 28,3 penduduknya merupakan LSL dengan kejadian HIV positif.
Temuan tersebut dapat menjadi bahan refleksi terhadap berbagai upaya pencegahan IMS, HIV dan AIDS yang dilakukan selama ini. Ada perbedaan
penting antara perilaku laki-laki ke laki-laki dan LSL. Tidak semua laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki lain mempunyai kerentanan yang sama
terhadap HIV. Secara relatif kurang bersahabatnta program dan pelayanan LSL menambah kerentanan infeksi bagi LSL. Banyak negara masih tidak mau
mengakui eksistensi dari perilaku seks laki-laki ke laki-laki, sejalan dengan stigmatisasi sosial terhadap perilaku seks sesama jenis, cara hidup dan
distriminasi. Stigma perilaku seks sesama jenis terjadi pada berbagai tingkatan dan tindakan seks sesama laki-laki seingkali dicela.
Situasi dari laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki yang dibahas pada bagian terdahulu dapat dikenali dengan relatif kurangnya program,
kurangnya pengetahuan dan tingginya prevalensi seks yang tidak aman. Dibanyak negara Asia, LSL telah secara disproporsional terjangkiti epidemi HIV. Di negara-
negara dimana informasi semacam ini tersedia, angka infeksi HIV di kalangan LSL seringkali lebih tinggi daripada di populasi umum
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu upaya pencegahan dan penularan IMS, HIV dan AIDS perlu diadakan secara terfokus pada kelompok sasaran yang berisiko tinggi
termasuk komunitas LSL. Perdebatan tentang kampanye AIDS perlu diarahkan kepada kelompok risiko tinggi atau seluruh masyarakat hendaknya tidak
mengurangi pentingnya prioritas pada penduduk yang berisiko tinggi itu. Studi ini mengungkapkan bahwa komunitas LSL merupakan salah satu yang termasuk
kelompok beresiko tinggi terinfeksi LSL dan HIV dan AIDS Kemenkes RI, 2014
Fokus kegiatan pencegahan dan perilaku seksual di kalangan LSL perlu diarahkan, tidak saja pada LSL terbuka, tetapi juga dilakukan terhadap LSL
tertutup dan pria pekerja seks. Berangkat dari temuan seperti itu maka tampaknya sulit untuk mengubah perilaku individu tanpa mencoban mempengaruhi norma
yang berlaku ditempat individu itu berada. Oleh karena itu fokus perhatian pertama dalam upaya mempengaruhi perubahan perilaku individu adalah
mengubah norma-norma yang berlaku dalam komunitas LSL. Dalam kaitan ini perlu ada upaya pengenalan dan penanaman norma-norma baru yang berkaitan
dengan perilaku seksual mereka. Norma-norma yang diperkenalkan adalah norma-norma yang memungkinkan mereka memiliki perilaku seksual yang sehat
dan aman. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 39 responden
dalam kategori persepsi kerentanan sebanyak 29 orang 74,4 berada pada kategori kerentanan kuat dan 10 orang 25,6 berada pada kategori kerentanan
lemah. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar responden merasa bahwa
Universitas Sumatera Utara
dirinya rentan terhadap HIV. Bedasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa untuk korelasi variabel kerentanan dengan kejadian HIV, pada taraf nyata 0,05
didapat angka probabilitas p 0,206 p 0,05. Ini berarti tidak menunjukkan hubungan bermakna antara persepsi kerentanan dengan kejadian HIV. Responden
datang ke klinik dengan keluhan IMS, namun mereka memahami bahwa mereka adalah kelompok dengan risiko tinggi untuk terinfeksi HIVAIDS.
Sebagian besar responden memiliki kategori persepsi kerentanan yang kuat menunjukkan bahwa ia merasa rentan terhadap HIV, hal tersebut bisa jadi
dikarenakan pengetahuan mereka yang sudah cukup baik dengan tingkat pendidikan responden rata-rata SMA. Dilihat dari hasil yang diperoleh hampir
semua responden selalu menyediakan kondom jika berhubungan seksual ditambah lagi ada beberapa responden yang memiliki kelompok dampingan, serta
menunjukkan bahwa mereka sudah paham bagaimana cara pencegahan HIV. Disamping itu LSL merupakan hidden populasi yang kemungkinan beberapa
responden memiliki informasi tentang HIV sangat kurang sehingga menyebabkan mereka harus memiliki upaya lebih untuk mencari informasi dari berbagai akses.
Kerentanan merupakan kondisi yang subjektif dalam diri individu, khususnya orang risiko tinggi HIV. Responden yang memiliki persepsi kerentanan
yang lemah terhadap HIV, dapat dinyatakan memiliki keyakinan bahwa dirinya tidak berisiko menderita HIV, tidak memiliki riwayat perilaku yang berisiko
tertular HIV, tidak memiliki pekerjaan yang membuat dirinya berisiko HIV, dan tidak memiliki teman atau orang disekitarnya yang membuatnya berisiko
HIVAIDS. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoadmodjo 2003
Universitas Sumatera Utara
menyatakan agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya maka ia harus merasakan bahwa ia rentan suspectible pada penyakit
tersebut. Perubahan perilaku bukan semata-mata proses individual dalam menyerap
informasi dan membuat keputusan rasional tentang perilakunya. Proses perubahan perilaku individu lebih merupakan hasil atas keanggotaan dirinya sendiri dari satu
komunitas yang mengubah standar perilakunya dan mengharapkan perubahan perilaku anggotanya. Kebanyakan LSL tidak suka menggunakan kondom, tetapi
menerimanya bahwa mereka harus melakukannya. Bukan semata-mata dari keputusan rasional bahwa menggunakan kondom merupakan hal baik untuk
menghindari HIV, melainkan karena sadar bahwa komunitas LSL yang mereka miliki telah menerima norma bahwa menggunakan kondom merupakan perilaku
standar yang harus dilakukan oleh setiap anggotanya. Sanksi bagi yang tidak menggunakan kondom bukanlah dalam bentuk terinfeksi HIV, tetapi berupa
ketidaksetujuan dan pengasingan oleh pasangannya. Hal tersebut berkaitan dengan hampir sebagian besar responden tidak menggunakan kondom karena
pasangan yang tidak menginginkan.
5.3 Persepsi Keseriusan