Persepsi Hambatan HASIL PENELITIAN

dalam kelompok umur 25-29 tahun. Pada umumnya LSL dengan kelompok umur diatas 20 tahun sudah mampu memutuskan sendiri dalam pemanfaatan perilaku pencegahan , hal tesebut dapat terlihat dari tindakan yang mereka ambil seperti penggunaan kondom, tidak berganti-ganti pasangan, melalukan tes HIV, serta pemanfaatan layanan VCT yang dapat mengurangi risiko kejadian HIV.

5.5 Persepsi Hambatan

Persepsi hambatan mengacu pada penilaian individu tentang hambatan untuk perubahan perilaku. Bahkan jika seseorang merasakan kondisi kesehatan yang mengancam dan percaya bahwa ada tindakan efektif untuk mengurangi ancaman, hambatan dapat mencegahnya. Dengan kata lain, manfaat yang dirasakan harus lebih besar daripada hambatan yang dirasakan agar suatu perilaku terjadi. Hambatan dapat berupa ketidaknyamanan dan beban yang dirasakan. Persepsi hambatan merupakan persepsi terhadap biayaaspek negatif yang menghalangi individu untuk melakukan tindakan kesehatan, misalnya mahal, bahaya, pengalaman tidak menyenangkan, rasa sakit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 39 responden dalam kategori persepsi hambatan sebanyak 38 orang responden 97,4 dengan kategori persepsi yang kuat, 1 orang responden 2,6 kategori persepsi hambatan lemah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah merasakan persepsi hambatan yang cukup tinggi terhadap perilaku pencegahan HIV. Namun berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa untuk korelasi variabel hambatan dengan kejadian HIV, pada taraf nyata 0,05 didapat angka probabilitas Universitas Sumatera Utara p 1,000 p 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa persepsi hambatan tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian HIV. Hambatan yang dilalui oleh responden mempengaruhi tindakan yang akan diambil, hal ini tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tertentu. Pada umumnya, manfaat tindakan lebih menentukan daripada rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan dalam mengambil suatu tindakan. Individu mungkin merasakan manfaat terhadap suatu perilaku tertentu tetapi pada saat yang sama mereka juga mungkin merasakan hambatan untuk melakukan perilaku tersebut. Faktor hambatan yang dirasakan dapat mempengaruhi LSL untuk memanfaatkan VCT di Klinik Veteran Medan akan tetapi faktor hambatan yang dirasakan kemungkinan tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan VCT. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya persepsi LSL terhadap adanya manfaat melakukan VCT lebih besar dibandingkan dengan persepsi terhadap hambatan. Perilaku kesehatan dalam hal ini perilaku pencegahan terhadap kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan tidak tergantung pada bagaimana orang risiko tinggi berpikir tentang hambatan yang akan ia lalui untuk mengatasi masalah kesehatannya, terutama masalah yang berkaitan dengan HIV. Beberapa aspek seperti lokasi pelayanan kesehatan yang cukup jauh, aspek biaya yang cukup besar menjadi salah satu hambatan bagi responden dalam pemanfaatan layanan VCT. Selain itu hambatan lain yang dirasakan responden adalah takut mengetahui apabila ia positif terkena HIV dan adanya deskriminasi oleh lingkungan sekitar baik dari teman-teman, keluarga ataupun pasangan apabila Universitas Sumatera Utara mengetahui penggunaan layanan VCT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa individu merasakan hambatan yang kuat dalam suatu tindakan yang diambil sehubungan dengan kejadian HIV di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan. Dalam Fajariyah, 2014 Brown et al 2005 dalam Bock 2009, melaporkan bahwa salah satu yang dapat mempengaruhi pemanfaatan VCT adalah ketakutan mereka terhadap kemungkinan hasil tes yang positif. Pernyataan di atas menunjukkan ketakutan terhadap hasil tes yang positif kemungkinan merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pemanfaatan VCT di Klinik Veteran. Ketakutan tersebut kemungkinan merupakan ketakutan terhadap kematian, takut atas nasib mereka sendiri atau takut karena harus menghadapi masalah yang lebih rumit di kemudian hari karena mendapat hasil tes yang positif. Ketakutan tersebut kemungkinan juga dapat diperburuk dengan adanya stigma atau diskriminasi yang akan diterima dari masyarakat atau pun keluarga.

5.6 Persepsi Isyarat Untuk Bertindak

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

7 56 148

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 18

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 2

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 13

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 2 46

Hubungan Perilaku Pencegahan Terhadap Kejadian HIV Pada Kalangan LSL Di Klinik IMS Dan VCT Veteran Medan Tahun 2015

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan - Hubungan Perilaku Pencegahan Terhadap Kejadian HIV Pada Kalangan LSL Di Klinik IMS Dan VCT Veteran Medan Tahun 2015

0 0 28

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN HIV PADA KALANGAN LSL DI KLINIK IMS DAN VCT VETERAN MEDAN TAHUN 2015

0 1 17

Pengetahuan dan Sikap Kelompok Resiko Lelaki Seks Lelaki (LSL) Dalam Pencegahan Penularan HIVAIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 1 12