Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah adalah kegiatan manusia dan segala kejadian atau peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia pada masa lampau yang mengakibatkan perubahan dalam aspek kehidupan manusia. Sejarah dalam arti objektif adalah suatu kejadian yang menunjuk kepada suatu kejadian atau peristiwa kejadian itu sendiri, ialah proses aktualitasnya dan hanya sekali terjadi tidak dapat berulang lagi. Keseluruhan bagian tersebut tidak terlepas dari objek atau pelaku yang terlibat didalamnya, jadi objektif berarti tidak memuat unsur-unsur subjek pengamat atau pencerita. Uraian cerita yang ada dalam sejarah merupakan suatu kesatuan yang berkesinambungan antara yang satu dengan yang lainnya yang mencakup fakta-fakta yang terangkai untuk menggambarkan suatu gejala sejarah, baik struktur maupun proses yang terjadi, dan fungsi unsur itu saling menopang dan saling bergantung satu sama lain. 1 Penulisan sejarah dalam kejadian – kejadian masa lampau, tidak terlepas dari gambaran dari suatu masyarakat umum, dengan pelbagai aspek kehidupan termasuk ekonomi politik, religius, dan kesenian yang mencakup unsur– unsur kebudayaan masyarakat. 2 1 Louis, Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm.27-28 2 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: :P.T.Gramedia Pustaka Utama, 1993, hlm.153 Universitas Sumatera Utara Sejarah dalam kehidupan dan juga untuk kehidupan yang akan datang, sejarah selalu mengikuti perkembangan jaman serta melihat permasalahan yang terjadi dalam lingkungan alam. Sehingga pada prinsipnya sejarah itu hanya berpatokan kepada penulisan masa lampau dan masa kini, namun juga membahas keadaan sosial, ekonomi, politik, yang terjadi di masyarakat. Diketahui dari gambaran umum yang ada dalam penulisan ilmu sejarah adalah masa lampau yang tidak pernah usang dan hilang untuk diperbincangkan. Melalui pemikiran tersebut terlihat bahwa sejarah terjadi di masa lampau dan dapat dikaji serta dituliskan kembali hanya melalui rekonstruksi. Demikian halnya dengan penulisan sejarah itu sendiri, sejarah dipandang sebagai rangkaian peristiwa yang dialami manusia di dunia ini, dengan kejadian – kejadian yang datang silih berganti di masa lalu dan membentuk masa sekarang dan yang akan datang 3 Berangkat dari pemikiran inilah penulis merasa tertarik untuk menuliskan sebuah peristiwa masa lampau, sebuah peristiwa yang apabila kita ambil alur rangkaian peristiwanya ternyata memiliki sebuah keterkaitan erat dengan rangkaian peristiwa yang telah lampau. Bahkan dapat dikatakan membawa dampak pada masa sekarang dan tak dapat kita pungkiri mungkin akan mempengaruhi masa yang akan datang. Orde lama yang pada masa itu dipimpin oleh presiden soekarno tidak dapat membendung arus pihak Belanda untuk kembali menjajah wilayah kedaulatan nusantara yang mana merupakan bekas wilayah jajahan dari pihak Belanda dan hal ini telah disepakati didalam sebuah perjanjian yaitu perjanjian Liggarjati, yang mana wilayah Indonesia adalah wilayah yang meliputi daerah-daerah yang merupakan bekas wilayah 3 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1993, hal.34 Universitas Sumatera Utara jajahan Belanda yaitu mencakup daerah, Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Sehingga dengan kembali masuknya pihak asing yang ingin kembali berkuasa di Indonesia, pemerintah pada saat itu dirundung permasalahan yang sangat pelik, negara yang masih muda ini harus kembali terjajah oleh Belanda, maka dengan itu para pemuda di Indonesia bahu membahu untuk tetap mempertahankan kedaulatan negara Indonesia yang hendak mendapatkan kedaulatan penuhnya dimata negara lain. Orde Lama sebagai Orde awal bangsa Indonesia dalam menghirup arti penting sebuah kemerdekaan, merupakan langkah awal bangsa dalam menatap kedepan untuk mengisi dan membangun bangsa ini yang telah mengalami masa pahit, hidup dalam keterjajahan. Tiba masanya untuk bangkit menyusun kembali segala sesuatu yang telah terserakan pada masa keterjajahan yang panjang dalam mengarungi sebuah penderitaan yang paling pahit dirasakan. Dengan diproklamasikannya kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 sebagai bentuk pernyataan tentang kemerdekaan bangsa Indonesia maka bangsa Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya dan terlepas dari penjajahan bangsa Asing. Himpunan Mahasiswa Islam adalah suatu organisasi mahasiswa yang berdiri pada masa pemerintahan Orde Lama, dan didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947, di kampus Sekolah Tinggi Islam STI di Jalan Setyodiningratan yang diprakarsai oleh seorang mahasiswa tingkat I, Sekolah Tinggi Islam STI yaitu bernama Lafran Pane. 4 Pada awalnya, ide untuk mendirikan organisasi ini adalah karena melihat kondisi pemerintahan yang tidak stabil pada masa 1947, yang sedang bergejolak akibat terjadinya Agresi Militer yang dilakukan oleh Belanda untuk kembali menguasai Indonesia, Universitas Sumatera Utara membawa pengaruh cukup besar terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk menguji jiwa nasionalisme bangsa Indonesia, agresi besar-besaran yang dilakukan Belanda telah melanggar Perjanjian Linggarjati, yang mengakui bahwasanya Indonesia telah berdaulat dan menjadi suatu negara merdeka. Hal inilah yang mengantarkan para penduduk Indonesia semua termasuk para pelajar untuk kembali mempertahankan Indonesia dari cengkeraman pihak asing yang ingin menguasai kembali Indonesia. Lahirnya HMI di saat perang untuk mempertahankan kemerdekaan dimana seluruh bangsa berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Masyarakat dan mahasiswa bersatu untuk melawan imperialisme Belanda. Lahirnya HMI tidak terlepas dari hukum proses masyarakat, yaitu adanya differensiasi dengan integrasinya di dalam masyarakat setelah melalui masa-masa agrehasi. Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata api dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa CM, dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. 4 Agussalim Sitompul, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947-1993, Jakarta: Intermasa, 1995, hlm. 25 Universitas Sumatera Utara Pikiran dan ide pokok dari Lafran Pane kemudian menjadi gagasan unuk mendirikan HMI di Medan diawali dengan kebutuhan bersama untuk memberikan sumbangsih nyata mempertahankan kemerdekaan Indonesia, maka kelompok mahasiswa Islam berupaya secara mandiri dengan semangat mengisi kemerdekaan Indonesia dengan pembangunan bersama masyarakat. Semangat itulah yang menyatukan potensi mahasiswa Islam di Medan, yang membutuhkan organisasi yang dapat menampung pikiran-pikiran yang inovatif dalam segala bidang kehidupan yang dinafasi suasana ke- Islaman. Pikiran di atas merupakan awal mula yang mempertemukan beberapa mahasiswa dari fakultas kedokteran USU, dan mahasiswa UISU yaitu, OK. Rachmat Bakri, Deliar Noer, Ahmad Soepomo dan Amir Husein, bersepakat mendirikan HMI di Medan. Setelah beberapa orang sepakat maka berdirilah HMI di Medan pada tanggal 10 Nopember 1952 di aula UISU, Jl Sisingamangaraja. Pada awal mulanya Himpunan Mahasiswa Islam berdiri, bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, begitu juga dengan HMI Cabang Medan yang kemudiannya juga berdiri untuk bertujuan turut berperan serta mengisi kemerdekaan, juga sebagai patron pergerakan mahasiswa. HMI yang pada saat itu baru berdiri mulai mensosialisasikan diri ketengah-tengah kancah kehidupan organisasi, dengan melakukan konsolidasi dengan mahasiswa-mahasiswa yang ada di universitas di Medan. Dan hasil ini mendapat hasil yang positif dengan masuknya Komisariat UISU sebagai komisariat pertama yang menjadi anggota HMI Cabang Medan, yang kemudian disusul dengan Fakultas Kedokteran USU, Fakultas Hukum USU, dan Universitas HKBP Nomensen. Dari sinilah langkah awal Himpunan Mahasiswa Islam cabang Medan mengkokohkan diri menjadi organisasi mahasiswa di Universitas Sumatera Utara Medan. Selain dari itu sebagai peningkatan kualitas kader dengan merujuk kepada peraturan Anggaran DasarAnggaran Rumah Tangga. Sebagaimana layaknya organisasi yang baru berdiri ada terdapat beberapa halangan yang menghadang dengan sejumlah problema. 5 Himpunan Mahasiswa Islam ini berperan sebagai organisasi perjuangan. 6 Dimana Himpunan Mahasiwa Islam juga merupakan organisasi perkaderan, agar dapat terus beregenerasi maka HMI juga mengadakan beberapa program perkaderan yang sesuai dengan konstitusi yang sesuai dengan tujuan organisasi, yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. 7 Terbentuknya HMI sebagai organisasi mahasiswa Islam mulai berperan sebagai penampung dan penyalur aspirasi mahasiswa Islam yang ada di Medan. Terbentuknya HMI di Medan merupakan bentuk kesadaran serta tanggung jawab dari tokoh-tokoh Islam dan pimpinan pengurus untuk bersatu dan bahu membahu dalam membina mahasiswa muslim agar lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT melalui organisasi mahasiswa. HMI juga berusaha mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dalam mencapai masyrakat adil dan makmur, rohani, jasmani yang diridhoi Allah SWT dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Medan sebagai kota yang berkembang dan terdiri dari masyarakat yang berbagai macam ragam suku, bangsa, dan beragamnya kelompok etnis yang menetap di kota Medan serta beragamnya tingkat pendidikan yang ada menunjukkan beragam dan 5 HMI Komisariat Fakultas Sastra USU, Buku Panduan MOP, Medan: tanpa penerbit, 2005, hlm. 6 6 PB HMI, Hasil-hasil kongres XXV 2006, Makassar: tanpa penerbit, 2006, hlm. 62 Universitas Sumatera Utara berbeda juga kebudayaan yang berkembang di kota ini dan agama Islam adalah sebagai agama yang mayoritas, maka Medan merupakan sebuah kota yang sangat tepat untuk mengembangkan roda-roda organisasi, baik itu organisasi etnis maupun organisasi mahasiswa yang mana salah satunya termasuk HMI yang memiliki pedoman pokok Islam sebagai asas organisasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH Sesuai dengan judulnya yaitu Sejarah Terbentuknya Himpunan Mahasiswa