Fase Tantangan 1964 – 1965 Fase-Fase Perkembangan HMI Cabang Medan

3.4.2.2. Fase Tantangan 1964 – 1965

Fase tantangan merupakan fase yang menggugat eksistensi HMI di Indonesia. Pada fase ini HMI secara nasional mendapat tekanan yang sangat kuat untuk dibubarkan yang berasal dari Partai Komunis Indonesia. Dalam hal ini Partai Komunis Indonesia melakukan fitnah terhadap organisasi HMI karena dianggap HMI merupakan penghalang bagi usaha mereka untuk menguasai Republik Indonesia. PKI beranggapan HMI merupakan organisasi yang dapat disejajarkan dengan Masyumi, PSI, GPII yang telah berhasil mereka bubarkan pada tahun 1960 dan 1963 melalui fitnah dikarenakan HMI memiliki jumlah anggota yang banyak sebagai calon Sarjana dan Pemimpin. Di tambah lagi HMI merupakan salah satu organisasi yang memegang peranan di dalam memberantas Pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948. Oleh sebab itulah mengapa PKI sangat dendam terhadap keberadaan HMI di Indonesia. Ada beberapa tuduhan yang dibuat oleh PKI sebagai dalih untuk membubarkan HMI, antara lain ialah : - HMI anti Pancasila dan UUD 1945 - HMI anti Bung Karno, dan tidak setia kepada Pimpinan Besar Revolusi PBR, Panglima Tertinggi ABRI, Presiden Soekarno. - HMI anti Manifesto Politik Manipol dan Undang – Undang Dasar, sosialisme Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin, kepribadian Indonesia. - HMI terlibat PRRI tanggal 15 februari 1958 dan PERMESTA perjuangan semesta tanggal 2 maret 1957. 23 Agussalim, Sitompul, Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947- Universitas Sumatera Utara - HMI anak kandung partai terlarang, Masyumi. - HMI pro Malaysia, HMI kontra revolusireaksioner dan kepala batu. - HMI antek nekolim dan imperialisme, kompador Amerika dan agen CIA. - HMI antek Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia. - HMI terlibat dalam percobaan pembunuhan presiden soekarno dalam peristiwa cikini tanggal 30 november 1957, dijalan Cendrawasih Makassar tahun 1964. - HMI anti persatuan bangsa. - HMI adalah setan kota pernyataan yang dikeluarkan beberapa harian yang ada di Indonesia yang di backing oleh PKI mengenai HMI . 24 Fitnahan yang dilancarkan komunis ini adalah merupakan tuduhan yang tidak jelas atau tanpa fakta, hanya isapan jempol belaka. Dari fitnah yang dituduhkan oleh PKI kepada HMI ini merupakan salah satu cara PKI untuk menghilangkan jejak terhadap pemberontakan yang mereka lakukan pada tahun 1948. Tuduhan itu semua adalah tuduhan sepihak yang dilontarkan PKI yang tidak senang dan tidak rela jika HMI jaya. Pemerintah Indonesia sendiri tidak pernah melontarkan tuduhan yang keji tersebut ke HMI. Sebagai akibat dari fitnah yang dilakukan PKI terhadap HMI berakibat sangat besar terhadap perkembangan HMI di daerah – daerah. Di daerah – daerah bermunculan gerakan – gerakan yang dilakukan oleh antek – antek PKI menuntut pembubaran HMI. Gerakan – gerakan tersebut antara lain : 1975, Surabaya: Bina Ilmu, 1976, hlm 40 24 Agussalim Sitompul, Ibid. hlm. 42 Universitas Sumatera Utara 1. Pelarangan kader HMI untuk melakukan aktifitas keorganisasian di beberapa universitas, seperti yang terjadi di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya di Jember. 2. Mengeluarkan HMI dari DEMA SEMA dikarenakan terlalu dominannya peran HMI dalam kegiatan kemahasiswaan di Perguruan Tinggi dengan perkiraan HMI semakin lama akan semakin kecil dan pada akhirnya akan membubarkan diri dengan sendirinya. Sebagai akibat dari keluarnya kebijakan ini di hampir semua Universitas kecuali Perguruan Tinggi Islam dan IAIN, anggota HMI dikeluarkan dari DEMA SEMA, Panitia Masa Perkenalan, serta kegiatan lain yang menyangkut posisi, kecuali kepanitiaan PHBI Panitia Hari Besar Islam . 3. Memfitnah HMI lewat pamplet gelap. Hal ini terjadi pada tanggal 21 dan 22 Juli 1964, masyarakat Yogyakarta digemparkan dengan munculnya pamphlet – pamphlet gelap yang tersebar di seluruh pelosok kota, yang bernada memusuhi HMI, karenanya isinya jelas memfitnah HMI, seperti : Bubarkan HMI, HMI kontra Revolusi, HMI pro Malaysia, HMI kaki tangan MasyumiDITII, HMI anti Bung Karno dan lain-lain. 4. Anggota alumni HMI disingkirkan. Prof. Drs. Lafran Pane sebagai tokoh pendiri HMI dan IKIP Yogyakarta adalah orang yang harus disingkirkan dari IKIP Yogyakarta, karena jelas Lafran Pane adalah HMI, sebagaimana terdapat catatan harian Nurdin AS, yang berhasil digeledah di stasiun Tugu Yogyakarta, sepulang dari menghadiri Kongres Ke-3 CGMI di Jakarta bulan September 1965, sebagai hasil diskusi CGMI tanggal 25 Maret 1965 mengenai IKIP Yogyakarta. Walaupun demikian banyaknya gerakan yang dilakukan oleh PKI untuk membubarkan HMI akan tetapi HMI tetap mendapat dukungan dari beberapa kalangan, dukungan tersebut antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. H. Dul Arnomo : dalam pidato penerimaan jabatan sebagai Rektor Universitas Brawijaya mengatakan adanya pelarangan HMI di Universitas Brawijaya adalah tidak benar, pelarangan itu bukan wewenang universitas atau pimpinannya. Beliau mengharapkan HMI agar lebih berkembang dari yang sudah – sudah. 2. Presiden Soekarno dalam kawatnya No. 295 K 1964, tanggal 22 Juni 1964 telah merestui usaha Latihan Kader Da’wah yang diselenggarakan oleh Lembaha Da’wah Mahasiswa Islam LDMI HMI di Bandung tanggal 23 Juli sd 3 Agustus 1964. Beliau menyampaikan melalui Brigjend Sucipto, SH kepada HMI : “Go Ahead HMI“ HMI jalan terus . 3. H. Anwar Cokroaminoto, Ketua Dewan Partai PSII pada tanggal 26 Juni 1964 mengatakan : menurut pengetahuan saya, HMI tidak pernah menjadi anak kandung Partai Masyumi, bahkan tindakannya menunjukkan ketegasan sikap terhadap anggota dan cabangnya yang menyeleweng dari ketentuan, karena itu saya sendiri tidak melihat adanya alasan membubarkan HMI. Saya anjurkan supaya HMI bekerja terus dengan tenang. 25 Hal di atas merupakan sedikit dari banyaknya dukungan yang diberikan kepada HMI untuk menghadapi fitnah yang dilancarkan oleh PKI untuk membubarkan HMI. Di HMI Cabang Medan sebagai salah satu cabang HMI di luar Pulau Jawa juga mengalami dampak atas fitnah yang dilakukan PKI secara nasional kepada organisasi HMI. Kepengurusan HMI Cabang Medan yang saat itu dipimpin oleh Drs. M. Thaib Tahir Ir. Sri Resna mengalami berbagai macam gangguan yang dilakukan oleh antek – antek PKI. Akan tetapi para kader HMI di Kota Medan telah menyadari konsekwensi 25 Agussalim Sitompul, Ibid. hlm. 57-58 Universitas Sumatera Utara yang harus mereka hadapi ketika HMI menyatakan perang terhadap ajaran komunis yang disebarkan oleh PKI di Indonesia. Salah satu bentuk dari tekanan yang dilakukan oleh antek – antek PKI di Kota Medan untuk menghempang jalannya roda organisasi HMI yaitu dikeluarkan HMI dari DEMA SEMA di Universitas Sumatera Utara melalui Instruksi Presidium USU di mana salah seorang anggotanya adalah Gubernur Sumatera Utara Ulung Sitepu, yang oleh Mahmilub Medan telah divonis mati karena tersangkut Gestapu PKI. Di samping itu, intimidasi yang dilakukan oleh para antek – antek PKI terhadap anggota HMI yang vocal di dalam menentang keberadaan PKI di Kota Medan sangat terasa sekali. Bentuk intimidasi tersebut seperti menyebarkan fitnah keji terhadap keberadaan para pengurus HMI, dengan pernyataan yang menyatakan bahwa pengurus HMI Cabang Medan dan kader HMI Cabang Medan tidak Pancasilais, kontra revolusi, Anti Sukarno dan menentang UUD 1945. Ataupun bentuk – bentuk intimidasi melalui teror secara fisik kepada para pengurus HMI Cabang Medan. Gangguan – gangguan yang dilakukan oleh PKI terhadap HMI Cabang Medan dan berlangsung secara nasional juga memberi hikmah yang dalam bagi para kader HMI. Hikmah yang dapat diambil ialah : - HMI tetap survive - HMI tambah matang dalam berpikir, berbuat dan bertindak dalam perjuangan - HMI tambah pengalaman dan yakin akan kekuatan diri sendiri - HMI semakin terkenal di dalam dan di luar negeri - Terjadinya kristalisasi dalam tubuh HMI yaitu minggirnya mereka yang ragu – ragu terhadap perjuangan HMI dan semakin militannya kader yang menyadari tugas dan peranan HMI dalam perjuangan bangsa Indonesia. Universitas Sumatera Utara

3.4.2.3. Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru dan Angkatan 66 1966 – 1968