sering berpindah-pindah. Selokan atau parit pembuangan air limbah sangat jarang kalaupun ada tetapi kurang berfungsi. Pada musim kemarau kampung-kampung ini sering
kesulitan air bersih, tetapi apabila musim hujan sering terjadi banjir.
3.3. Kondisi Sosial Budaya
Kondisi Kota Medan setelah kemerdekaan memperlihatkan suatu gambaran yang majemuk. Keadaan ini disebabkan karena tajamnya pergeseran beberapa kelompok etnis
dari masa sebelum dan sesudah kemerdekaan. Kedatangan suku bangsa dari berbagai daerah di luar Kota Medan setelah kemerdekaan mengakibatkan hubungan antar etnis di
daerah ini semakin kompleks. Namun kondisi ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan kota-kota lain seperti Bandung, Yogyakarta atau Ujung Pandang, karena apa yang disebut
oleh Usman Pelly bahwa di Kota Medan tidak mengenal apa yang disebut dengan dominant culture budaya yang paling dominan.
19
Meskipun etnis Melayu sebagai tuan rumah di Kota Medan, akan tetapi beberapa kelompok etnis tetap ingin menonjolkan
budaya khas mereka dalam kehidupan yang majemuk. Sebagai contoh dalam hal ini adalah, persaingan antar suku di kantor pemerintah dan swasta, terminal bis, pusat
perbelanjaan sampai universitas. Setiap kelompok etnis di Kota Medan membutuhkan usaha untuk
mengekspresikan identitas etnisnya lewat berbagai media dan simbol-simbol kehidupan budaya. Pengungkapan identitas ini sering dilakukan secara aktif dan sadar, seperti
memakai pakaian adat, perhiasan, dan bahasa daerah agar orang dari kelompok etnis
19
Usman Pelly, Hubungan Antar Kelompok Etnis, Beberapa Kerangka Teoritis Dalam Kasus Kota Medan dalam Interaksi Antar Suku Bangsa Yang Majemuk, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, hlm.2.
Universitas Sumatera Utara
lainnya mengetahui identitas dan batas-batas antara mereka dan orang lain. Ekspresi identitas etnis ini dibutuhkan untuk mengukuhkan kesetiaan anggota kelompok etnis
tersebut. Ekspresi identitas etnis tersebut juga dapat berfungsi ganda, pertama memberikan pengukuhan dari dalam dan pengukuhan dari luar. Dalam acara perkawinan
misalnya, masing-masing kelompok etnik mencoba memperlihatkan identitas etnisnya masing-masing.
Upacara adat yang megah adalah salah satu contoh ekspresi ini. Dengan demikian mereka ingin mendapatkan tempat di tengah masyarakat yang majemuk, agar mereka
berada dan sekaligus dapat mempersatukan kesetiaan anggota kelompok etnis itu. Secara umum Kota Medan merupakan kota di Sumatera Utara yang memiliki
penduduk terbanyak, hal ini disebabkan pesatnya pertumbuhan industri sehingga menyebabkan perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan mencari pekerjaan,
disamping faktor lain seperti fasilitas pendidikan yang lebih baik. Dari sensus penduduk tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990 dapat dilihat perkembangan jumlah penduduk setiap
tahunnya menunjukkan peningkatan. Lihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel-2 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan
No Tahun
Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
I 1961 479.090
Jiwa –
II 1971 635.562
Jiwa 2,90
III 1980 1.378.953
Jiwa 12,99
IV 1990 1.730.752
Jiwa 2,30
Sumber: Kencana Sembiring Pelawi, Corak dan Pola Hubungan Sosial Antara Golongan dan Kelompok Etnik di Daerah Perkotaan, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997. Pada tahun 1971-1980 Kota Medan merupakan daerah yang tertinggi laju
pertumbuhannya yakni sebesar 12,99. Hal ini disebabkan adanya perluasan wilayah pada tahun 1974. Akan tetapi secara riil rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebelum
perluasan wilayah adalah 3,58. Kepadatan penduduk merupakan pengaruh daripada tekanan penduduk di suatu daerah. Kepadatan penduduk di suatu daerah dibandingkan
dengan luas tanah yang ditempati dinyatakan dengan banyaknya penduduk perkilometer persegi. Lihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel-3 Kepadatan Penduduk per km2 di Kota Medan
No Tahun Penduduk
Km I 1961
9.394 JiwaKm2
70 II 1971
12.462 JiwaKm2
93 III 1980
5.204 JiwaKm2
118 IV 1990
6.231 JiwaKm2
143 Sumber: Kencana Sembiring Pelawi, Corak dan Pola Hubungan Sosial Antara
Golongan dan Kelompok Etnik di Daerah Perkotaan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.
Dengan gambaran keadaan penduduk seperti tersebut di atas, pada umumnya
penduduk lebih tertarik bertempat tinggal di kota, tepatlah kiranya langkah pemerintah melaksanakan program keluarga berencana untuk mengendalikan penduduk dan
pemerataan pembangunan di desa-desa. Sebenarnya meningkatnya jumlah penduduk Kota Medan secara tajam dimulai
setelah kemerdekaan, sehingga kondisi penduduk memperlihatkan suatu gambaran masyarakat yang majemuk. Keadaan ini disebabkan karena tajamnya pergeseran
beberapa kelompok etnis dari masa sebelum dan sesudah kemerdekaan. Sesudah kemerdekaan arus migrasi dari kelompok etnik lainnya bertambah terus terutama dari
daerah Tapanuli Utara Batak Toba, Karo dan Aceh.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Sejarah Terbentuknya HMI Cabang Medan 1952 - 1985 3.4.1. Latar Belakang Berdirinya HMI Di Medan