B. Peran Natsir Sebagai Perdana Menteri Pertama Negara Kesatuan RI
Di samping kontribusinya di bidang pemikiran, terutama dalam memberi ruh agama terhadap konstitusi, Natsir juga cerdas dan gemilang
dalam memulihkan bentuk negara dari Republik Indonesia Serikat RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Karena langkah
strategisnya dalam mengemukakan Mosi Integral di sidang parlemen Republik Indonesia Serikat RIS pada 3 april 1950, Soekarno mengangkatnya sebagai
Perdana Menteri RI. Kedudukan ini merupakan karier politik tertinggi yang pernah dicapainya. Pada saat itu, usianya baru 42 tahun.
11
1. Pembentukan Negara Kesatuan RI
Sumbangan besar yang tak ternilai dari Natsir kepada bangsa dan negara Indonesia adalah Mosi Integral, yang telah mengembalikan Negara
Kesatuan RI dengan demokratis, konstitusional, dan cara terhormat.
12
Oleh karena itu sangat tepat jika Natsir disebut sebagai salah seorang
Negarawan dan Bapak Pendiri Negara Indonesia.
13
Mosi itu kemudian diteken beramai-ramai oleh Subadio Sastrosatomo, Hamid Algadri, Ir Sakirman, K. Werdoyo, Mr A.M
Tambunan, Ngadiman Harjosubroto, Sahetapy Engel, Dr Cokronegoro, Moch Tauchid, Amelz, dan H Sirajudin Abbas, mereka mewakili 11 fraksi
di parlemen. Sehari sebelum penyampaian Mosi Integral Natsir, masih ada
11
Aidil Heryana, “Proklamator Mosi Integral Bangsa” Artikel diakses pada 27 Maret 2015
dari http:Dakwatuna.com. 250508.
12
M. Dzulfikriddin, Mohammad Natsir Dalam Sejarah Politik Indonesia, h.70.
13
Ibid., h.70.
lagi dua resolusi dari daerah. Dewan Perwakilan Kota Praja Jakarta Raya dan Dewan Perwakilan Daerah Sulawesi Selatan juga menyatakan
keinginan bergabung kembali dengan Republik Indonesia.
14
Kemudian pada 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno membacakan Piagam Pembentukan Negara Kesatuan dalam sidang bersama parlemen
dan senat Republik Indonesia Serikat. Dua hari kemudian saat perayaan ulang tahun kelima proklamasi kemerdekaan, Presiden Soekarno
mengumumkan lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Momen bersejarah itu pun dikenang sebagai Proklamasi Kedua Republik Indonesia
dan peran Mohammad Natsir di sini patut dicatat sebagai sang arsitek utama dalam pembentukan negara kesatuan RI.
15
Dengan kembalinya Republik Indonesia ke bentuk Negara Kesatuan, maka pemerintah pun harus diganti. Karena itu, kabinet RIS
yang dipimpin oleh Hatta secara otomatis menjadi demisioner sampai terbentuknya kabinet baru. Sebagaimana dalam
UUDS 1950, “Pemerintah RI berdasarkan sistem demokrasi parlementer.
”
16
Dalam hal ini bukan presiden yang bertanggung jawab atas pemerintahan pada kabinet, melainkan perdana menteri. Sedangkan
presiden hanya sebagai kepala dan simbol negara, bukan sebagai kepala pemerintahan dan presiden tidak bisa atau tidak boleh bertindak
14
Seri Buku Tempo Natsir, Politik Santun di antara Dua Rezim, h.55-56.
15
Ibid., h. 57.
16
M. Dzulfikriddin, Mohammad Natsir Dalam Sejarah Politik Indonesia, h.70.
menyimpang dari kebijakan kabinet.
17
Artinya, pemerintahan berada di tangan Dewan Menteri Kabinet yang diketuai oleh seorang perdana
menteri dan kabinet harus mendapat dukungan mayoritas di parlemen dan bertanggung jawab kepada parlemen.
Dalam tugasnya membentuk kabinet baru, Natsir bermaksud mengajak sebanyak mungkin partai agar kabinetnya mencerminkan sifat
nasional dan mendapat dukungan sebesar mungkin dalam parlemen, karena soal pembagian kursi yang tidak dapat disepakati antara PNI dan
Masyumi. Upaya Natsir mengajak PNI tidak berhasil. Dua kali dia menemui Presiden untuk mengembalikan mandat sebagai formatur kabinet
karena gagal mengajak PNI berkompromi, tetapi ditolak Soekarno. “Terus
saja walaupun tanpa PNI” kata Bung Karno.
18
Pembentukan Kabinet Natsir ini berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 9 Tahun 1950 tertanggal 6 September 1950. Keberhasilan
Natsir dalam menyusun kabinetnya, mendapat tanggapan dari berbagai pihak dan kebanyakan mereka
menilai bahwa Natsir “sangat berani” karena telah meninggalkan PNI. Sebab, selain sebagai partai yang
mempunyai wakil terbanyak kedua di parlemen, PNI adalah partai yang selalu ikut dalam kabinet pertama RI, yakni Kabinet Sjahrir I. Keberanian
lainnnya adalah mengikutsertakan lima orang tokoh nonpartai dalam kabinetnya, yaitu Mr Assaat, Hamengkubuwono IX, Dr Abdul Halim, Ir
Juanda, dan Dr Bahder Djohan. Selain itu ada pula tokoh partai yang ahli
17
Ibid., h.70.
18
Remi Madinier, Partai Masjumi Antara Godaan Demokrasi dan Islam Integral, h.71.
dalam bidangnya, seperti Dr Soemitro Djojohadikusumo, dr. J. Leimena, dan KH. A. Wahid Hasyim. Karena itu Kabinet Natsir disebut sebagai
Zaken Kabinet.
19
2. Pemetaan Politik Luar Negeri
Beberapa keberhasilan yang dicapai dalam kabinet Natsir yang perlu dicatat adalah pemetaan politik luar negeri Indonesia yang bebas
aktif dan masuknya Indonesia menjadi anggota PBB yang ke 60 pada 28 September 1950.
20
Akan tetapi, tidak banyak yang tahu bahwa orang yang pertama merintis dan melaksanakannya adalah Natsir saat dia menjadi
Perdana Menteri.
21
Dalam hal ini Ridwan Saidi, menjelaskan bahwa Natsir sudah melihat perlunya dibangun Gerakan Non Blok dan dia memandang Inter
Asia Conferense dapat menjadi embrio ke arah itu, yang disebutnya “Third Power Policy
”. Namun, usulan itu tidak disepakati oleh peserta konferensi. Barulah setelah konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955, pemikiran
Natsir tersebut dapat terealisasi dengan dibentuknya Gerakan Non Block GNB. Jadi, sebenarnya Natsir telah menggagas perlunya GNB jauh
sebelum GNB itu berdiri, walaupun dengan nama lain.
22
19
Endang Saifuddin Anshari , Piagam Jakarta 22 Juni 1945, h.123.
20
M.Dzulfikriddin, Mohammad Natsir dalam Sejarah Politik Indonesia, h.84.
21
Ibid,. h.83.
22
Ridwan Saidi, Islam dan Nasionalisme Indonesia, h.66.