Posisi Mohammad Natsir diantara para pemikir Islam pada masanya

D. Pengaruh Pemikiran Mohammad Natsir di Indonesia

Mohammad Natsir dikenal sebagai seorang pemikir, pemimpin politik Indonesia dan salah seorang tokoh dunia Islam di abad ke-20. 33 Ia juga diakui sebagai tokoh intelektual, Pujangga, dan Negarawan yang tidak hanya terampil menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk tulisan, dan ia juga bertindak secara nyata. 34 Oleh karena itu, maka tak heran jika Natsir banyak mendapat penghargaan maupun kritikan baik dari tokoh ataupun lembaga baik level nasional maupun internasional. Antara lain adalah:

1. Dianggap sebagai Tokoh Anti Pancasila

Oleh karena Natsir sangat intens mengkaji dan menawarkan gagasan persatuan agama dengan negara, ditambah dengan sikap politiknya yang sangat transparan menawarkan Islam sebagai dasar negara di Majelis Konstituante lembaga negara yang dibentuk melalui pemilihan umum 1955 untuk menyusun konstitusi, nama Natsir dilekatkan kepada cita-cita pembentukan Negara Islam, bahkan distigmakan sebagai tokoh yang anti-Pancasila. 35 Memang benar bahwa Natsir pernah berusaha menjadikan Islam sebagai dasar Negara untuk menggantikan Pancasila yang saat itu sedang berlaku, sebagaimana diuraikan di muka. Namun, mesti dipahami bahwa 33 Ajib Rosidi, M. Natsir:Sebuah Biografi, h.45. 34 Anwar Harjono, Indonesia Kita: Pemikiran berwawasan Iman-Islam, h.10. 35 AM Fatwa, “Pemikiran M Natsir dan Kontribusinya dalam Pembangunan Negara Kesatuan ”, Artikel diakses pada 27 Maret 2015 dari https:docs.google.comdocument. perjuangan untuk menjadikan Islam atau Pancasila, bahkan Sosialisme dan Komunisme sekalipun, adalah sesuatu yang legal dan sah dilakukan pada saat itu. Bahkan, lembaga untuk memperjuangkan ide-ide itupun dibentuk secara resmi melalui pemilu 1955, yaitu Majelis Konstituante. Walaupun pada akhirnya Konstituante dibubarkan melalui Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 dan UUD 1945 dengan Pancasila sebagai dasar Negara dinyatakan berlaku kembali, tidaklah beralasan untuk terus menerus menuduh Natsir dan para politisi Islam masa itu sebagai kelompok yang anti-Pancasila. 36

2. Arsitek Utama Negara Kesatuan

Mosi Integral Natsir yang telah mengembalikan Negara Kesatuan RI dengan demokratis, konstitusional, dan cara terhormat ini merupakan sumbangan besar yang tak ternilai dari Natsir kepada bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu tepat apabila Natsir disebut sebagai salah seorang Negarawan dan Bapak Pendiri Negara Indonesia. Sayangnya jasa besar Natsir dalam mempersatukan kembali RI ini tidak dimasukkan dalam buku-buku Sejarah Indonesia yang menjadi bacaan dan panduan generasi muda bangsa. 37

3. Dari Berpolemik Hingga Menjadi Menteri Kesayangan Soekarno

Pemahaman Islam membawa M.Natsir kepada polemiknya dengan tokoh-tokoh lain di tahun 30-an yang sebenarnya berintikan masalah- masalah nasionalis-sekularis dan isu Islam dan masalah-masalah 36 M. Dzulfikriddin, Mohammad Natsir Dalam Sejarah Politik Indonesia, h.119. 37 Ibid., h.70. kebangsaan dan kenegaraan. Natsir menolak faham kebangsaan sekuler yang berintikan fanatisme bangsa sempit, tetapi ia menerima apa yang dinamakannya sebagai kebangsaan muslimin yang berintikan cinta bangsa, semangat persatuan, persaudaraan Islam, kesadaran membela muruah dan cita-cita menegakkan Islam. 38 Khusus terhadap Soekarno, Natsir terlibat polemik hangat yang terpenting dan paling monumental adalah tentang agama dan Negara. Perdebatan dengan Soekarno terutama berlangsung 1936-1940-an tatkala Bung Karno dibuang Belanda ke Endeh, Flores. Pasalnya, tesis Soekarno ialah pembelaannya terhadap gerakan sekularisasi westernisasi Kemal Attaturk di Turki berintikan ide pemisahan agama dari Negara. Natsir yang mendukung faham kesatuan agama dan Negara mendebat hujah-hujah Soekarno dan sumber-sumber rujukannya termasuk kitab al-Islam wa Usul al-hukm oleh Al-Syaikh Ali Abdul Raziq. 39 Namun demikian Soekarno yang pernah menjadi lawan polemiknya pada 1930-an, sama sekali tidak keberatan atas gagasan Syahrir untuk mengangkat Natsir menjadi Menteri Penerangan. “Hij Is de man” Dialah orang yang tepat, kata bung Karno kepada Syahrir. Sejak itu lah Natsir menjadi dekat dengan Soekarno. Bahkan menurut pengakuan Natsir sendiri, “sulit mencari orang yang lebih rapat dengan Bung Karno 38 Shofwan Karim Elha, “Ensiklopedi Minang M Natsir Shofwan”, artikel diakses pada 27 Maret 2015 dari http:www.scribd.com . 39 M. Dzulfikriddin, Mohammad Natsir Dalam Sejarah Politik Indonesia, h.21 di antara para Menteri, kecuali saya seb agai Menteri Penerangan”. 40 Sehingga Natsir dikenal sebagai Bung Besar dan Menteri Kesayangan oleh Soekarno yang sebelumnya pernah berpolemik dengannya.

4. Tokoh Dunia Islam yang Sederhana

Berkat jasanya yang besar di dalam bidang Akademik, Mohammad Natsir menerima gelar Doktor Honoris Causa di bidang Politik Islam dari Universitas Islam Libanon Tahun 1967, kemudian menerima gelar Doktor Honoris Causa di bidang sastra dari Universitas Kebangsaan Malaysia dan gelar Doktor Honoris causa dalam bidang pemikiran Islam dari Universitas Sains dan Tekinologi Malaysia di Tahun 1991. 41 Oleh karena pengabdiannya yang tidak mengenal lelah di dalam dakwah dan pelayanan kepada umat pada Puncaknya, Mohammad Natsir mendapat penghargaan Jaizat Al-Malik Faisal Al-Alamiyat The International King Faisal Award dari Lembaga Hadiah Internasional Malik Faisal yang berkedudukan di Riyadh pada 1980, bersama Syaikh Hasan Al-Nadwi, seorang ulama besar dari Lucknow, India, atas pengabdian dan pengkhidmatan keduanya kepada Islam dan umatnya. 42 Natsir memperoleh piagam, medali emas, dan uang sebesar 100 ribu riyal. Uang sebanyak itu tidak dinikmatinya sendiri, tetapi diserahkan ke kasir DDII untuk dibagikan kepada seluruh karyawan di setiap biro dan 40 Mohammad Natsir, Dunia Islam dari Masa Ke Masa, h.13. 41 Lukman Hakiem, dkk, Refleksi seabad Mohammad Natsir, h.379. 42 Akmal Stanzah, “Natsir, Syafruddin, Kasman, Noer Ali, Soleh Iskandar, Pahlawan Nasional?” , Pandji Masyarakat, Nomor 824, 11-20 April 1995, h.18.