Riwayat Hidup Mohammad Natsir
setting sejarah seperti itu sejak masa kanak-kanak di minangkabau,
13
masa remaja di zaman kolonial dan revolusi serta menjelang Demokrasi terpimpin
1959. Setting dan konteks sejarah itulah yang justru melahirkan Natsir menjadi tokoh sejarah dikemudian hari.
14
Di tempat kelahirannya itu Mohammad Natsir melewati masa-masa sosialisasi keagamaan dan Intelektualnya yang pertama, ketika ia mulai
menempuh Pendidikan dasar di sekolah Belanda dan mempelajari Agama kepada beberapa tokoh atau Ulama Pembaharu. Waktu belajarnya cukup
padat, sehabis maghrib ia mengaji Al-Quran pada siang hari hingga sore hari ia belajar di Madrasah Diniyah. Sedangkan secara Formal Mohammad Natsir
menempuh Pendidikan Barat sekolah-sekolah Belanda, seperti Meer Uitgebreid Lager Ordewijs MULO kemudian melanjutkan sekolah
Algemene Middelbare School AMS Bandung, dalam bidang kesusastraan Barat Klasik
15
. Perasaan Fanatik membela Islam mulai muncul dalam diri Natsir. Ini
berawal ketika diajak guru gambarnya menghadiri khutbah Pendeta Protestan DS Christoffel yang menyerang Islam. Natsir membuat sanggahan yang
dimuat dalam Surat Kabar Algemeen Indisch Dagblad AID dengan judul “Qur‟an en Evangeli” dan “Muhammad alsm Profect”.
16
13
Ibid,. h.37.
14
Yusuf Abdullah Puar, Mohammad Natsir 70 Tahun , kenang-kenangan Hidup dan Perjuangan, h. 15.
15
Ajib Rosidi, M. Natsir: Sebuah Biografi, h.45.
16
Sofwan Karim , “Mohammad Natsir 1908-1993”, Artikel diakses pada 5 september
2014 dari http:www.shofwankarim.blogspot.com
Setelah selesai Mohammad Natsir sebenarnya mempunyai kesempatan untuk meneruskan pendidikannya ke Rechts Hogeschool Sekolah Tinggi
Hukum di Jakarta, atau ke Handels Hogeschool Sekolah Tinggi Ekonomi di Rotterdam dengan beasiswa dari pemerintah Belanda, karena nilai-nilai
akhir yang diraihnya sangat baik. Akan tetapi, tawaran dari pemerintah Belanda tersebut semuanya ditolak dan memilih menjadi guru agama dan
jurnalis. Disamping untuk meneruskan kajian kegamaanya kepada ustad Ahmad Hasan.
17
Seorang Ulama berpaham radikal dan menjadi tokoh utama organisasi Persatuan Islam Persis di Bandung yang mengajarkan kepada
Mohammad Natsir agar selalu memajukan Pendidikan umat Islam, misalnya dengan menggunakan Ijtihad. Karena itulah ia kemudian menekuni dunia
pendidikan dengan mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Pendis di Bandung dengan menerapkan metode pendidikan barat agar umat Islam dapat
berhasil dunia akhirat.
18
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, selain bekerja sebagai guru, Natsir juga menjadi Jurnalis. Sebagai jurnalis, dia bekerja sama dengan
Hassan menerbitkan majalah Pembela Islam. Majalah itu memberikan kesempatan kepada Natsir untuk mengeluarkan pendapatnya tentang Islam
dan pembaruan. Dalam tulisan-tulisannya, Natsir memakai nama samaran Is.
19
Selain itu, Natsir juga mengirimkan karangan-karangannya ke Pandji Islam
17
Mohammad Natsir, Dunia Islam dari Masa ke Masa Jakarta: Pustaka Panji Mas,1982, h.x.
18
Deliar Noer, Gerakan Modenisme Islam di Indonesia 1900-1942, h.101.
19
Anwar Harjono, Indonesia Kita: Pemikiran Berwawasan Iman-Islam Jakarta: Gema Insani Press, 1995, h.210.