Latar Belakang Masaalah PENDAHULUAN
karena telah berjasa dengan Mosi Integralnya yang membubarkan RIS yang diterima bulat oleh parlemen, lalu diangkatlah Mohammad Natsir sebagai
Perdana Menteri oleh Presiden saat itu yaitu Soekarno.
13
Dalam sistem demokrasi liberal ini, partai-partai besar seperti Masyumi, PNI, dan PKI mempunyai partisipasi besar dalam pemerintahan.
Dibentuklah kabinet-kabinet yang bertanggung jawab kepada parlemen Dewan Perwakilan Rakyat yang merupakan kekuatan-kekuatan partai besar
berdasarkan UUDS 1950.
14
Salah satu ciri penting dalam penerapan sistem Demokrasi Liberal di negara kita ini adalah silih bergantinya kabinet yang
menjalankan pemerintahan. Kabinet yang pertama kali terbentuk pada tanggal 6 september 1950 adalah kabinet Natsir.
15
Mohammad Natsir dikenal sebagai seorang negarawan Muslim, ulama, intelektual, tokoh pembaharu dan politisi kenamaan dunia Islam pada abad ke-
20 ini. Pada masa perjuangan kemerdekaan ia dipercaya untuk menduduki jabatan-jabatan penting di Republik Indonesia, seperti menjadi anggota badan
pekerja komite nasional Indonesia pusat BP KNIP, Menteri Penerangan 1946-1948, anggota DPRS dan Perdana Menteri 1950-1951.
16
Setelah pemilu tahun 1955, terjadi perkembangan politik yang cukup menarik. Pertentangan antara kelompok Islam dengan kelompok nasionalis
13
Lukman Hakiem, dkk, Refleksi seabad Mohammad Natsir, h.283.
14
Deliar Noer, Partai-partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965, h.347.
15
Soekarno, Bung Karno: Negara Nasional dan Cita-cita Islam Jakarta: Seridokumentar,2003, h.103.
16
Lukman Hakim, dkk, Refleksi seabad Mohammad Natsir, h.305.
sekuler mulai terlihat dalam majelis konstituante yang membahas tentang rancangan UUD perihal dasar Negara yang akan digunakan.
17
Saat itu ada tiga rancangan dasar Negara yaitu Islam, Pancasila dan Sosial-ekonomi.
Rancangan tentang sosial ekonomi diajukan oleh partai buruh. Sedangkan murba hanya didukung oleh sebagian kecil anggota Majelis Konstituante.
Sementara itu perdebatan didominasi antara golongan Islam dan Nasionalis sekuler yang mengajukan Pancasila sebagai dasar Negara. Perdebatan itupun
berakhir setelah Bung Karno membubarkan Majelis Konstituante dengan dekrit presiden 5 juli 1959 dan menyerukan kembali pada UUD 1945 dengan
tetap berdasarkan Pancasila.
18
Suasana di atas setidaknya menggambarkan dinamika politik pasca kemerdekaan dengan upaya untuk merumuskan kembali hubungan antara
agama Islam dan Negara yang dapat diterima secara luas oleh bangsa Indonesia. Pada pemerintahan sistem politik orde lama, masyarakat masih
belum memiliki kesadaran berpolitik.
19
Dalam perdebatan dasar Negara golongan Islam diwakili oleh Mohammad Natsir yang selama masa pra-kemerdekaaan telah berusaha
merumuskan konsep-konsepnya mengenai Negara Islam melalui tulisan- tulisannya di majalah Pembela Islam yang terbit antara tahun 1929-1935 dan
17
A.H. Nasution, Sejarah Kembali Ke UUD 1945 Jakarta:Pustaka Panjimas, 1976, h.14.
18
Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan Jakarta:LP3ES,1987, h.124.
19
Sudirman Teba, Islam Orde Baru Perubahan Politik dan Keagamaan Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993, h.9.
Pandji Islam 1937-1941.
20
Menurutnya, Islam bukan semata-mata agama dalam pengertian ruhaniah saja. Islam mengatur hubungan antara manusia
dengan Allah dan antara sesama manusia. Islam merupakan pedoman dan falsafah hidup yang tidak mengenal pemisahan agama dan politik.
21
Mohammad Natsir merupakan tokoh yang telah berhasil membangun fondasi perpolitikan di Indonesia, dan khusus bagi umat Islam, Mohammad
Natsir telah memerankan peranan yang luar biasa dalam bingkai Ke-Islaman dan meletakkan Islam dalam bingkai Ke-Indonesiaan. Maka tak heran jika
banyak predikat yang melekat pada pribadinya. Predikat ini pun muncul bukan dari keinginannya, tetapi justru lahir dari umat ketika melihat perjalanan hidup
Mohammad Natsir.
22
Tanpa menafikan peran para pemikir muslim lainnya, Mohammad Natsir telah mengembangkan pemikirannya di masa orde lama dan Politik
Islam di Indonesia dengan bingkai teori Ilmu-ilmu politik.
23
Banyak karya dan buku telah di terbitkannya sebagai bagian kepedulian dan kontribusinya dalam
mencari jalan keluar dari kebuntuan perdebatan mengenai politik. Ini menunjukkan, pentingnya Ilmu politik dalam memahami soal politik yang
terjadi di Indonesia dan khususnya di masa orde lama.
24
Dalam hemat penulis tokoh seperti Mohammad Natsir penting untuk dikaji sebab dari pemikiran
20
Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan, h.125-127.
21
Deliar Noer, Partai-partai Islam di pentas nasional 1945-1965, h.126.
22
Lukman Hakim, dkk, Refleksi seabad Mohammad Natsir, h.140.
23
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, h.9.
24
Ajib Rosidi, M. Natsir Sebuah Biografi, h.18.
serta karya-karyanya mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran Islam dan politik di Indonesia dalam melihat berbagai fenomena politik.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis memfokuskan kajian penelitian pada pemikiran politik Mohammad Natsir selanjutnya disebut Natsir tentang
Peta perpolitikan di Indonesia pada masa orde lama, dan beberapa aspek pemikirannya yang mengundang kontroversi. Pemikiran politik Natsir dalam
hal ini, merupakan ijtihad politik Natsir dalam rangka menemukan nilai-nilai Islam dalam konteks sistem bernegara. Kepedulian seorang tokoh terhadap
tanah kelahirannya dapat dilihat dari pemikiran, perjuangan dan tindakannya dalam
mengartikulasikan ide-idenya.
Ide-idenya dipaparkan
secara komprehensif dan meyakinkan. Argumen-argumen yang dibangunnya
disampaikan, mulai dari filosopis sampai praktisnya. Sehingga ide-idenya tidak saja memperkaya wacana, namun dapat dijabarkan secara operasional.
Hal itu dimungkinkan karena kapasitasnya sebagai intelektual dan negarawan.
25
Natsir memang telah tiada, namun ia telah mewariskan ide dan gagasan pemikiran yang mahal dan langka. Semuanya telah tertuang dalam
beberapa artikel yang jumlahnya tak terhitung.
26
Islam jelas berpengaruh dalam pikiran dan perjuangannya. Oleh karena itu, studi tentang pemikiran
dan aksi politik Islam Mohammad Natsir menjadi sangat menarik dan patut untuk diteliti secara mendalam dalam rangka memberikan kontribusi positif
25
M. Dzulfikriddin, Mohammad Natsir Dalam Sejarah Politik Indonesia Bandung: Mizan Pustaka, 2010, h.42.
26
Mohammad Natsir, Capita Selekta, Jilid 1 dan 2, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
bagi upaya memahami format politik Islam di Indonesia dalam kaitannya dengan Islam dan politik di masa orde lama. Untuk itu judul yang diambil
dalam penelitian skripsi ini adalah PEMIKIRAN POLITIK MOHAMMAD NATSIR DALAM PETA PERPOLITIKAN DI INDONESIA DI MASA
ORDE LAMA.