Kondisi Sosial-Politik Di Masa Orde Lama

bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. 10 Orde lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer. 11 Problema dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berkembang pada waktu itu bukan masalah-masalah yang bersifat ideologis politik yang penuh dengan norma-norma ideal yang benar, tetapi masalah-masalah praktis politik yang mengandung realitas-realitas objektif serta mengandung pula kemungkinan-kemungkinan untuk dipecahkan secara baik, walaupun secara normatif ideal kurang atau tidak benar. Bahkan kemudian muncul penamaan sebagai suatu bentuk kualifikasi seperti Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi Pancasila. 12 Berbagai “Experiment” tersebut ternyata menimbulkan keadaan “excessive” berlebihan baik dalam bentuk “Ultra Demokrasi” berdemokrasi secara berlebihan seperti yang dialami antara tahun 1950-1959, maupun suatu kediktatoran terselubung verkapte diktatuur dengan menggunakan nama demokrasi yang dikualifikasi gekwalificeerde democraticie. 13 10 Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 Jakarta: Rajawali,1986, h.93. 11 Cita D astmik. “Orde Lama”. artikel diakses pada 19 Maret 2015 dari https: citadastmikpringsewu.wordpress.com 12 Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Politik:Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin 1959-1965 Jakarta: Gema Insani Press,1996, h.31-32. 13 Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi Yogyakarta : FH UII PRESS, 2004, h.141. Sistem “Trial and Error” telah membuahkan sistem multi ideologi dan multi partai politik yang pada akhirnya melahirkan multi mayoritas, keadaan ini terus berlangsung hingga pecahnya pemberontakan DITII yang berhaluan theokratisme Islam fundamental 1952-1962 dan kemudian pemilu 1955 melahirkan empat partai besar yaitu Partai Nasionalis Indonesia PNI, Nahdhatul Ulama NU, Majlis Syuro Muslim Indonesia Masyumi dan Partai Komunis Indonesia PKI yang secara perlahan terjadi pergeseran politik ke sistem catur mayoritas. 14 Kenyataan ini berlangsung selama 10 tahun dan terpaksa harus kita bayar tinggi berupa : 1. Gerakan separatis pada tahun 1957; 2. Konflik ideologi yang tajam yaitu antara Pancasila dan ideologi Islam, sehingga terjadi kemacetan total di bidang Dewan Konstituante pada tahun 1959. Oleh karena konflik antara Pancasila dengan theokratis Islam Fundamentalis itu telah mengancam kelangsungan hidup Negara Pancasila 17 Agustus 1945, maka terjadilah Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 dengan tujuan kembali ke UUD 1945 yang kemudian menjadi dialog Nasional yang seru antara Pro dan yang Kontra. 15 Pihak yang pro memandang dari kacamata politik, sedangkan yang Kontra dari kacamata Yuridis Konstitusional. Akhirnya memang masalah Dekrit Presiden tersebut dapat diselesaikan oleh pemerintah Orde Baru, 14 Ibid,. h.155. 15 M. Dzulfikriddin, Mohammad Natsir Dalam Sejarah Politik Indonesia, h.115. sehingga Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kelak dijadikan salah satu sumber hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selanjutnya pada perang revolusi yang berlangsung tahun 1960-1965, yang sebenarnya juga merupakan prolog dari pemberontakan GestapuPKI pada tahun 1965, telah memberikan pelajaran-pelajaran politik yang sangat berharga walau harus kita bayar dengan biaya tinggi. 16

B. Kekuatan Politik Islam di Masa Orde Lama

1. Politik Islam di Masa Kemerdekaan

Ketika Indonesia memasuki pintu gerbang kemerdekaan, muncul persoalan yang sangat pelik atau kritis, yaitu mengenai pilihan dasar negara atau undang-undang dasar negara. hal ini terkait dengan adanya golongan masyarakat yang secara teoritis digambarkan oleh Geertz, melalui kategori sosial santri, priyai dan abangan. Kalangan santri secara politik mengelompokkan dalam aliran politik dengan ideologi yang agamis Islam, sedangkan kalangan priyayi Islamiyah ke dalam kelompok kecil yang bercakupan Nasional dan Aksi Kesatuan Umat Islam AKUI Madura ke dalam kelompok kecil yang bercakupan daerah. 17 Berbicara secara Ideologis , perdebatan serius antara wakil-wakil golongan Islam dan kelompok Nasionalis sekuler dalam BPUPKI Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia harus dan abangan secara politik mengelompokkan dalam aliran politik dengan 16 Ibid., h.124. 17 Herbert Feith, Pemilihan Umum 1955 di Indonesia, Penerjemah: Nugroho Katjasungkana Jakarta: kepustakaan popular Gramedia, 1999, h. 84-90. ideologi yang sekuler. 18 Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 atau tepatnya pada tanggal 3 November 1945, Wakil Presiden Mohammad Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah tentang hak hidup Partai-partai politik Indonesia. Partai-partai tersebut diharapkan sudah berdiri sebelum dilangsungkan pemilihan anggota badan-badan perwakilan rakyat pada bulan Januari 1946. Pada saat inilah setelah Partai Nasional Indonesia didirikan, Partai Muslim bernama Masyumi Majlis Syuro Muslimin Indonesia didirikan pada tanggal 7 November 1945. 19 Antara bulan November sampai Desember 1945, berbagai partai politik bermunculan di tanah air. Umat Islam, sekalipun tidak secara langsung berkaitan dengan seruan pemerintah itu, menyelenggarakan kongres umat Islam Indonesia pada tanggal 7-8 November 1945 di Yogyakarta. Semangat yang menjiwai kongres itu bukan saja semangat persatuan, tetapi juga semangat kesatuan. Kongres yang dilaksanakan pada saat seluruh bangsa tengah menghadapi tentara sekutu dan tentara Belanda yang membonceng sekutu berniat kembali menjajah bangsa Indonesia, dengan tegas dan penuh keyakinan mengumandangkan seruan Jihad fi sabilillah untuk mempertahankan kemerdekaan. 20 Pembentukan Partai Masyumi di Yogyakarta pada tahun 1945, 18 Firdaus Syam, Amien Rais dan Yusril Ihza Mahendra Di Pentas Politik Indonesia Modern Jakarta: Khoirul Bayaan, Sumber Pemikiran Islam, 2003, h.47. 19 M. Dzulfikriddin, Mohammad Natsir Dalam Sejarah Politik Indonesia, h.94. 20 Ades Muchtar Ghazali, Perjalanan Politik Umat Islam Dalam Lintasan Sejarah Bandung:Pustaka Setia, Januari 2004, h.121-122. melalui kongres umat Islam, salah satu tujuannya adalah melaksanakan cita-cita Islam dalam urusan kenegaraan. Kongres ini mengahasilkan kesepakatan bahwa Masyumi Merupakan satu-satunya institusi politik umat Islam. Dari komposisi personalia kepengurusan Masyumi, tampak bahwa partai ini melibatkan seluruh fungsionaris Islam pasca kemerdekaan, seperti dalam Majlis Syuro diketuai oleh Hasyim Asy‟ari NU, Agus Salim PSII dan lain-lain; sedangkan Pengurus Besar diketuai oleh Sukiman, Abikusno Tjokrosujoso, dan kemudian melibatkan M. Natsir, Mohammad Roem, dan juga Kartosuwirjo. 21 Mulai dilaksanakannya sistem pemerintahan parlementer berarti membuka peluang lebih besar kepada partai politik untuk memainkan perannya di legislatif. Partai apa pun yang bisa memperoleh suara terbanyak di legislatif pada gilirannya ia akan mendapat kesempatan untuk mendominasi kabinet atau lembaga eksekutif. Hal ini menjadi salah satu pendorong bagi masyarakat yang terbelah menjadi lima aliran pemikiran politik untuk mendirikan partai sesuai dengan aliran yang dimilikinya. Kelima aliran itu adalah Komunisme, Sosialisme Demokratik, Islam, Nasionalisme Radikal, dan Tradisionalisme Jawa. 22 Pada bagian lain, Alfian membagi partai-partai yang muncul pasca- Maklumat November 1945 menjadi lima bagian, yaitu Nasionalisme, Islam, Komunis, Sosialis, dan KristenNasrani. Sedangkan buku 21 Ibid,. h.122-123. 22 Herberth Feith dan Lance Castle penyunting, Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, ,Penerjemah: Nugroho Katjasungkana, Jakarta:LP3ES, 1965, h. iii-Iix. Kepartaian Indonesia terbitan Kementerian Penerangan tahun 1951 menggolongkannya menjadi 4 jenis, yakni 1 Dasar Ketuhanan, 2 Dasar Kebangsaan, 3 Dasar Marxisme, dan 4 Partai Lain-lain. 23 Sementara itu Herbert Feith dengan mendasarkan diri pada hasil perolehan suara dan jumlah kursi yang diperoleh partai-partai dalam pemilu 1955, mengelompokkan partai menjadi empat bagian. Keempat bagian itu adalah partai besar, partai menengah, kelompok kecil yang bercakupan nasional, dan kelompok kecil yang bercakupan daerah. Mengikuti taksonomi ini, Feith memasukkan Masyumi dan NU ke dalam Golongan Partai besar, PSII Partai Syarikat Islam Indonesia, PPTI Partai Persatuan Tharikat Indonesia. 24 Pada 9 April 1945, BPUPKI dalam bahasa jepang :Dokuritsu Zyumbi Tyoosokai dibentuk sebagai realisasi janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia sebagaimana telah diumumkan Perdana Menteri Koiso pada 9 September 1944. Perdebatan tentang dasar Negara dalam sidang-sidang BPUPKI memang tegang dan panas. Ada dua aliran politik yang muncul ke permukaan: Islam dan aliran pemisahan Negara dan Agama. Profesor Supomo menjelaskan tentang dua aliran ini sebagai Perbedaan dua paham : Paham pertama dibela oleh ahli- ahli agama yang bertujuan mendirikan suatu Negara Islam di Indonesia; paham kedua, sebagaimana disarankan oleh Hatta ialah paham pemisahan 23 M.Rusli karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia: Sebuah potret pasang-surut Jakarta:Rajawali Press, 1993, h. 65-68. 24 Ahmad Syafii Maarif, Islam Dan Pancasila Sebagai Dasar Negara Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006 h.103.