30
kaca maserasi, lalu direndam dalam pelarut metanol yang sebelumnya didestilasi. Perendaman ini dilakukan selama 3 hari. Sesekali dilakukan
pengadukan dan pengocokkan agar pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia. Setelah 3 hari, hasil rendaman kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan filtrat dan ampasnya. Selanjutnya filtrat diambil dan ditampung. Ampas daun
dimaserasi kembali, hingga larutan daun sirsak menjadi agak bening.
34
Filtrat kemudian ditampung dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 45°C sehingga didapatkan ekstrak metanol daun sirsak. Setelah 10
kali proses maserasi, didapatkan ekstrak metanol. Untuk memperoleh ekstrak yang benar-benar kental, maka dikeringkan menggunakan oven
dengan suhu 40°C selama 7 hari
45
sehingga didapatkan ekstrak kental sebanyak 57 gram.
3.7.3. Penetasan Larva Udang
Penetasan larva udang dilakukan di dalam wadah plastik. Sebelumnya, wadah plastik dibagi menjadi bagian terang dan gelap, lalu
diberi pembatas berupa sterofoam yang tepi bawahnya telah dilubangi agar telur yang menetas bisa keluar dari lubang tersebut. Wadah lalu diisi
dengan air laut hingga kedua lubang pada sterofoam tersebut terendam. Pada ruang gelap, diisi 1 sendok telur, kemudian ditutup dengan
menggunakan lakban hitam dan aluminium foil. Pada ruang terang diberi penerangan menggunakan cahaya lampu neon untuk merangsang
penetasan. Selain itu, pada ruang terang juga dipasang aerator untuk memberikan oksigen pada telur yang menetas menjadi larva dan berpindah
ke ruang terang. Setelah telur menetas menjadi larva yang berusia 24 jam, kemudian dipindahkan ke wadah lain hinga berusia 48 jam. Larva yang
berusia 48 jam dapat dijadikan sebagai hewan uji dalam percobaan BSLT.
29
31
3.7.4. Persiapan Larutan Sampel yang Akan Diuji
Sebelum menentukan konsentrasi ekstrak yang efektif untuk membunuh Artemia salina Leach, uji orientasi trial dilakukan terlebih
dahulu. Uji orientasi bertujuan untuk menentukan presentase kematian 10 -90 kematian hewan uji, dengan konsentrasi 1000 ppm, 500 ppm, 250
ppm, 100 ppm, 50 ppm, 25 ppm, dan 10 ppm.
45
Larutan induk dibuat dari 200 mg ekstrak yang ditimbang menggunakan neraca analitik. Lalu
dilarutkan dengan DMSO 2 mL dan ditambah akuades hingga volumenya mencapai 100 mL sehingga didapatkan konsentrasi larutan induk 2000
ppm. Larutan diaduk dengan menggunakan hot plate strirrer agar homogen.
Setelah didapatkan larutan induk 2000 ppm, dilakukan pengenceran untuk mendapatkan larutan uji dengan konsentrasi 1000 ppm,
500 ppm, 250 ppm, 100 ppm, 50 ppm, 25 ppm, dan 10 ppm. Setelah didapatkan konsentrasi dengan presentase kematian 10 -90 , dilakukan
pembuatan larutan uji sebenarnya dengan konsentrasi 30 ppm, 20 ppm, 10 ppm dan 5 ppm. Rumus pengencerannya sebagai berikut:
V1M1 = V2M2 V1 = volume awal
M1 = konsentrasi awal V2 = volume akhir
M2 = konsentrasi akhir
3.7.5. Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT
Masing-masing well plate diisi dengan 1 mL larutan uji dan 1 mL air laut dengan menggunakan mikropipet sehingga volumenya menjadi 2
mL. Karena ditambahkan air laut 1 mL, konsentrasi dalam well plate menjadi setengah kalinya, yaitu 15 ppm, 10 ppm, 5 ppm, dan 2,5 ppm. 10
larva Artemia salina Leach dimasukkan pula pada masing-masing well plate. Kontrol negatif berisi 2 mL air laut dan 10 larta Artemia salina
Leach, tanpa larutan uji. Untuk setiap larutan uji dan kontrol negatif dilakukan triplo 3 kali pengulangan.
28