Siklus Hidup Artemia salina Leach

22 membentuk pasangan basa di sepanjang cekatan DNA. Jika suatu senyawa menghambat proses ini, maka DNA tidak dapat mensintesis RNA sehingga sintesis protein terganggu. Jika protein tidak terbentuk, maka metabolisme sel tidak berlangsung sehingga menyebabkan kematian Artemia. 36 Sedangkan Na + dan K + dependent ATPase merupakan enzim yang menghidrolisis ATP menjadi ADP dan menggunakan energi untuk mengeluarkan 3 Na + ke luar sel dan mengambil 2 K + ke dalam sel. Ouabaine memiliki fungsi menginhibisi dari Na + dan K + dependent ATPase dan berperan dalam proliferasi sel. Apabila ada senyawa yang mempengaruhi oubaine, maka dapat menyebabkan proliferasi sel terganggu sehingga dapat menyebabkan kematian sel dari Artemia salina Leach. 37,38 Artemia salina Leach memiliki respon stress yang sama dengan manusia. Respon terhadap situasi yang penuh tekanan stressful memberikan keuntungan pada kemampuan bertahan, reproduksi, perilaku pada hewan. Jumlah stressor dan pengaruh stress pada Artemia relatif sederhana, walaupun begitu, Artemia memiliki lingkungan yang multidimensi. Lingkungan fisik dan budaya manusia memiliki perkembangan yang lebih cepat daripada adaptasi mereka, sehingga respon maladaptif atau penyakit terjadi. Seperti Artemia, otak memiliki peran merespon stressor perilaku dan fisiologis. Artemia juga memiliki kemampuan mengenali dan memilih teman untuk menjaga adaptasi ekologi, seperti yang terlihat pada manusia. 39 Selain itu fisiologi Artemia salina Leach yaitu sistem saraf pusat, sistem pencernaan, mata, dan sistem vaskular mirip dengan yang dimiliki oleh manusia. 40 Artemia juga memiliki membran kulit yang tipis sehingga kematian akibat sitotoksik dari senyawa bioaktif dianalogikan dengan kematian sel dalam organisme. 41 Artemia salina Leach digunakan secara luas untuk uji toksisitas karena ketersediaan telur dorman kista dapat dipanen dalam jumlah besar di danau garam. 42 Telur ini dapat hidup dalam kondisi kering selama bertahun-tahun, dan mudah menetas dalam 48 jam. 43 23

2.1.8. Pelarut

Metanol, etanol, tween 20, dan DMSO dimethyil sulfoxide adalah pelarut yang digunakan secara luas untuk BSLT. DMSO digunakan secara luas sebagai pelarut ekstrak tumbuhan. Metanol dan etanol juga digunakan untuk melarutkan sejumlah besar senyawa kimia pada produk alam. Namun albumin, sukrosa, lemak, dan minyak tidak terlarut dalam metanol dan etanol. Tween 20 sangat berguna untuk melarutkan minyak atsiri dan substansi minyak lain dalam ekstrak tumbuhan. 44 Kematian larva Artemia salina awalnya terlihat pada konsentrasi 2,5 pada DMSO dan metanol, 1,25 pada etanol, dan 3,125 pada Tween 20. Jika konsentrasi ditambah, maka semua larva akan mati secepatnya. Hal ini terjadi saat konsentrasi 2,5 pada Tween 20 dan etanol, 5 pada metanol, dan 10 pada DMSO. Konsentrasi tinggi dari pelarut tersebut mungkin toksik bagi hewan uji sehingga menimbulkan hasil positif palsu. LC 50 untuk masing-masing pelarut yaitu 8,5 DMSO, 6,4 metanol, 3,4 etanol, dan 2,5 Tween 20. Tingkat toksisitas berdasarkan hasil tersebut diurutkan menjadi: Tween 20 etanol metanol DMSO. DMSO merupakan pelarut yang lebih aman dibandingkan dengan pelarut lain, sedangkan Tween 20 merupakan pelarut paling keras diantara 3 pelarut lain. 44 Konsentrasi toleransi maksimum untuk melarutkan sampel uji yaitu 1,25 untuk DMSO, metanol dan etanol serta 0,16 untuk Tween 20. Menggunakan pelarut di bawah konsentrasi toleransi maksimum tidak memberikan hasil positif palsu. 44 24

2.2. Kerangka Teori

Ekstrak metanol daun sirsak Annona muricataL L Mengandung annonaceous acetogenin Menghambat oksidase dari NADH Menghambat kompleks I dalam system transport electron dan fosforilasi oksidatif Mengistirahat- kan siklus sel pada fase G1 Memicu apoptosis sel ATP yang dihasilkan ↓ ↑ ekspresi Bax dan Bad Pertumbuhan sel terhambat Kematian sel Kematian larva Artemia salina Leach Diketahui dengan menggunakan pengujian toksisitas Uji toksisitas akut Uji toksisitas subkronis Uji toksisitas kronis Menggunakan metode BSLT Menggunakan hewan uji yang lebih besar dari larva Artemia salina Leach, antara lain tikus atau mencit

Dokumen yang terkait

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun laban abang (aglaia elliptica blume) terhadap larva udang (artemia salina leach) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

4 23 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 11 70

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 26 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum canum Sims) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 14 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN Plantago lanceolata L. TERHADAP LARVA Artemia salina Leach. DENGAN METODE Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

0 0 14

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 1 70