34
3.9. Pengolahan dan Analisis Data
Menentukan presentase kematian larva untuk setiap konsentrasi dengan cara sebagai berikut:
Pada metode analisis probit manual, nilai probit diketahui dengan mengkonversi nilai persen kematian larva tiap konsentrasi ke nilai probit
dalam tabel. Dilanjutkan dengan menentukan log konsentrasi dan membuat persamaan garis lurus y = mx+b, dengan y adalah nilai probit dan x adalah log
konsentrasi.
46
Nilai m slope dihitung menggunakan rumus:
–
Nilai b intersept dihitung menggunakan rumus: Metode analisis dapat juga menggunakan Microsoft Office Excel
dengan membuat grafik persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log konsentrasi. Nilai LC
50
dapat dihitung dari persamaan garis lurus itu dengan memasukkan nilai 5 sebagai y. Nilai 5 didapatkan berdasarkan nilai
probit 50 kematian hewan uji. Lalu dihasilkan nilai x sebagi log konsentrasi. Nilai LC
50
merupakan antilog nilai x tersebut.
46
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Ekstraksi Daun Annona muricata L
Penelitian ini menggunakan daun Annona muricata L. Sebelumnya daun tersebut dideterminasi terlebih dahulu untuk menghindari kesalahan dalam
pengambilan spesies tanaman. Dari hasil determinasi, diperoleh bahwa spesies yang digunakan oleh peneliti sudah benar. Daun yang digunakan diperoleh dari
kebun seorang warga di desa Tinggarjaya, kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah sebanyak 2 kg basah. Daun yang sudah disortir dan dikeringkan,
kemudian dihaluskan sehingga didapatkan serbuk simplisia halus. Semakin halus serbuk simplisia, maka semakin mudah proses ekstraksi. Sehingga lebih mudah
dalam penarikan zat aktif dalam pengambilan simplisia tersebut. Namun tingkat kehalusan yang terlalu tinggi menyebabkan proses pemisahan antara ekstrak dan
pelarut semakin sulit.
25
Serbuk simplisia yang didapatkan dari pengeringan dan penghalusan dengan berat 572 gram kemudian digunakan untuk proses maserasi. Ekstraksi
dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi dipilih karena mudah dilakukan dan dalam tahapannya tidak melalui proses pemanasan sehingga menghindari
kerusakan dari zat aktif yang dikandung oleh simplisia.
34
Ketika simplisia terendam dalam pelarut metanol, penyari akan menembus dinding sel dan masuk
ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif menjadi larut. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di
luar sel. Bejana kaca maserasi harus terlindung dari cahaya untuk mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau terjadi perubahan warna dan tertutup sempurna
agar cairan penyari tidak menguap sehingga penyarian dapat maksimal.
47
Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah metanol. Metanol yang digunakan sebelumnya didestilasi terlebih dahulu untuk mengurangi faktor
pengotor sehingga yang digunakan untuk merendam simplisia dalam proses maserasi adalah metanol murni dari hasil destilasi. Metanol sangat mudah
36
menguap pada titik didihnya yaitu 64,7°C
48
sehingga saat filtrat dievaporasi, metanol akan menguap dan terpisah dengan zat aktif daun sirsak yang ditarik saat
perendaman. Ekstrak kental metanol daun Annona muricata L diperoleh dari filtrat maserasi yang dipekatkan menggunakan rotary evaporator, lalu diuapkan di
dalam oven dengan suhu 40°C selama 7 hari. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pelarut yang masih tersisa.
Ekstrak kental metanol daun Annona muricata L didapatkan sebanyak 57 gram setelah melalui 10 kali proses maserasi. Dari ekstrak kental tersebut dibuat
larutan konsentrasi ekstrak untuk uji BSLT. Lautan pertama yang dibuat adalah larutan induk dengan konsentrasi 2000 ppm sebanyak 100 mL. Ekstrak kental
yang dibutuhkan dalam sekali pembuatan larutan induk adalah 0,2 gram atau 200 mg. Untuk mempermudah melarutkan ekstrak dalam akuades, ditambahkan
DMSO dimetilsulfoksida sebanyak 2 mL. Pemilihan DMSO untuk membantu kelarutan ekstrak dalam akuades karena DMSO sifatnya tidak terlalu toksik.
49
Kematian larva Artemia salina Leach mulai terlihat pada konsentrasi 2,5 untuk DMSO,
44
sedangkan pada penelitian ini digunakan DMSO dengan kadar 2 . Sehingga pada penelitian ini, kematian larva tidak dipengaruhi oleh konsentrasi
DMSO.
4.2. Hasil Uji Toksisitas Akut dengan Metode BSLT
Uji toksisitas dengan menggunakan metode BSLT merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa dapat ditentukan dalam
waktu singkat, yaitu rentang waktu 24 jam setelah pemberian dosis.
9
Metode BSLT dipilih karena efek toksik dari suatu senyawa dapat ditentukan dalam waktu
singkat, mudah dikerjakan, murah, cukup akurat, hanya membutuhkan sejumlah kecil material uji,
9,10
hasilnya memiliki korelasi dengan aktivitas antikanker, dan memiliki tingkat kepercayaan hingga 95 .
8
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu larva Artemia salina Leach yang berusia 48 jam karena memiliki saluran pencernaan yang terbentuk
lengkap sehingga peka terhadap suatu zat yang dimasukkan.
33
Artemia salina Leach digunakan sebagai hewan uji dalam BSLT karena memiliki respon terhadap