Ekologi Spesies Deskripsi Artemia salina Leach

21 sampai instar XV. Larva yang baru saja menetas atau instrar I berbentuk bulat lonjong dengan panjang sekitar 400 μm dan berat 15 μg. Instar II panjangnya sekitar 600 μm, sedangkan instar III sudah sepanjang 700 μm. Pada awalnya nauplia berwarna kemerah-merahan karena masih banyak mengandung cadangan makanan. Selain itu, pada fase tersebut, mulut dan anusnya belum terbentuk sempurna sehingga larva pada fase instar I tidak makan. Setelah 24 jam menetas larva akan berubah menjadi instar II dimana pada fase ini larva akan memulai mencari makanan untuk memenuhi cadangan makanan yang mulai berkurang. Pada tingkat instar II, larva sudah memiliki mulut dan saluran pencernaan. 33,34 Artemia salina dewasa berenang menggunakan anggota badan. Artemia salina dewasa mempunyai 1 mata di bagian tengah, 2 mata lateral, otak sederhana berbentuk seperti cincin yang mengelilingi mulutnya. Selain itu, Artemia salina dewasa memiliki satu mata di bagian tengah disertai dua mata di bagian lateral, panjang jantan 8-10 mm dan panjang betina 10-12 mm serta memiliki warna yang bervariasi tergantung pada konsentrasi garam dalam air dari green tored merah pada konsentrasi tinggi. 32 Gambar 2.7. Karakteristik anatomi Artemia salina dewasa Sumber: Dumitrascu M, 2011

2.1.7.5. Alasan Penggunaan Artemia salina Leach sebagai Hewan Uji

Artemia salina Leach sangat rentan terhadap toksin pada fase awal pertumbuhannya, terutama saat fase instar I dan II. 35 Artemia salina Leach digunakan sebagai hewan uji dalam BSLT karena memiliki respon terhadap senyawa kimia yang mirip dengan mamalia, misalnya DNA-dependent RNA polymerase dan organisme ini memiliki sebuah ouabaine-sensitive Na + dan K + dependent ATPase. DNA-dependent RNA polymerase berguna dalam pemisahan kedua untai DNA dan menggabungkan nukleotida-nukleotida RNA saat 22 membentuk pasangan basa di sepanjang cekatan DNA. Jika suatu senyawa menghambat proses ini, maka DNA tidak dapat mensintesis RNA sehingga sintesis protein terganggu. Jika protein tidak terbentuk, maka metabolisme sel tidak berlangsung sehingga menyebabkan kematian Artemia. 36 Sedangkan Na + dan K + dependent ATPase merupakan enzim yang menghidrolisis ATP menjadi ADP dan menggunakan energi untuk mengeluarkan 3 Na + ke luar sel dan mengambil 2 K + ke dalam sel. Ouabaine memiliki fungsi menginhibisi dari Na + dan K + dependent ATPase dan berperan dalam proliferasi sel. Apabila ada senyawa yang mempengaruhi oubaine, maka dapat menyebabkan proliferasi sel terganggu sehingga dapat menyebabkan kematian sel dari Artemia salina Leach. 37,38 Artemia salina Leach memiliki respon stress yang sama dengan manusia. Respon terhadap situasi yang penuh tekanan stressful memberikan keuntungan pada kemampuan bertahan, reproduksi, perilaku pada hewan. Jumlah stressor dan pengaruh stress pada Artemia relatif sederhana, walaupun begitu, Artemia memiliki lingkungan yang multidimensi. Lingkungan fisik dan budaya manusia memiliki perkembangan yang lebih cepat daripada adaptasi mereka, sehingga respon maladaptif atau penyakit terjadi. Seperti Artemia, otak memiliki peran merespon stressor perilaku dan fisiologis. Artemia juga memiliki kemampuan mengenali dan memilih teman untuk menjaga adaptasi ekologi, seperti yang terlihat pada manusia. 39 Selain itu fisiologi Artemia salina Leach yaitu sistem saraf pusat, sistem pencernaan, mata, dan sistem vaskular mirip dengan yang dimiliki oleh manusia. 40 Artemia juga memiliki membran kulit yang tipis sehingga kematian akibat sitotoksik dari senyawa bioaktif dianalogikan dengan kematian sel dalam organisme. 41 Artemia salina Leach digunakan secara luas untuk uji toksisitas karena ketersediaan telur dorman kista dapat dipanen dalam jumlah besar di danau garam. 42 Telur ini dapat hidup dalam kondisi kering selama bertahun-tahun, dan mudah menetas dalam 48 jam. 43

Dokumen yang terkait

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun laban abang (aglaia elliptica blume) terhadap larva udang (artemia salina leach) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

4 23 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 11 70

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 26 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum canum Sims) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 14 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN Plantago lanceolata L. TERHADAP LARVA Artemia salina Leach. DENGAN METODE Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

0 0 14

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 1 70