4
1.4. 3. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini menjadi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana
kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Memperoleh suatu pengalaman dalam bidang penelitian eksperimental
terutama dalam bidang kesehatan.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Obat Tradisional
Di Indonesia, obat tradisional tidak hanya digunakan di desa yang jauh dari fasilitas kesehatan dan obat modern sulit didapat, namun juga digunakan di
kota besar yang memiliki fasilitas kesehatan lengkap dan obat modern mudah didapatkan.
11
Definisi obat tradisional ialah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian galenik atau campuran dari bahan
tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
12
Jamu adalah obat tradisional Indonesia.
13
Tabel 2.1. Perbedaan obat tradisionalobat herbal dengan obat modern
Obat modern Obat tradisionalobat herbal
Kandungan senyawa kimia
Satu atau beberapa di- murnikan sintetik
Campuran banyak senyawa alami
Zat aktif Jelas
Sering tidak diketahui atau tidak pasti
Kendali mutu Relatif mudah
Sangat sulit Efektivitas dan
keamanan Ada bukti ilmiah, uji klinik
Umumnya belum ada bukti ilmiahuji klinik
Sumber: Dewoto, 2007
Agar obat tradisional dapat diterima di pelayanan kesehatan formal profesi dokter, maka hasil data empirik harus didukung bukti ilmiah adanya
khasiat dan keamanan penggunaannya pada manusia. Tahapan pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka adalah sebagai berikut:
a. Tahap Seleksi
Sebelum dimulai penelitian, perlu dilakukan pemilihan jenis obat tradisional dengan pertimbangan sebagai berikut:
Khasiatnya diharapkan untuk mengobati penyakit yang secara epidemiologi berada pada urutan atas.
Berdasarkan pengalaman mempunyai khasiat untuk penyakit tertentu.
6 Dapat digunakan sebagai alternatif jarang untuk penyakit tertentu,
misalnya AIDS atau kanker.
11
b. Tahap Uji Preklinik
Uji preklinik dilakukan dengan cara in vitro atau in vivo. Bentuk sediaan dan cara pemberian pada hewan uji disesuaikan dengan rencana pemberian pada
manusia. Penelitian farmakodinamik obat tradisional bertujuan untuk mengetahui efek farmakodinamik dan mempelajari mekanisme kerja dalam
menimbulkan efek. Selain untuk melihat efek farmakodinamik, uji preklinik juga digunakan untuk melihat toksisitas suatu obat tradisional.
11
c. Standarisasi Sederhana, Penentuan Identitas dan Pembuatan Sediaan
Terstandar Pada tahap ini dilakukan standarisasi simplisia, penentuan identitas, dan
menentukan bentuk sediaan yang sesuai. Beberapa hal yang mempengaruhi efek obat tradisional yang ditimbulkan yaitu: bentuk sediaan obat tradisional,
proses pengolahan, segar kering bahan, prosedur ekstraksi, dan jenis pelarut yang digunakan dalam ekstraksi.
11
d. Uji Klinik
Uji klinik dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan khasiat dan keamanannya untuk menjadi fitofarmaka. Gold standard uji klinik
menggunakan desain randomized double-blind controlled clinical trial. Sebelum dilakukan pada manusia, uji klinik harus terbukti aman dan
mempunyai khasiat pada uji preklinik. Pembagian fase dalam uji klinik yaitu: Fase I bertujuan untuk menguji keamanan dan tolerabilitas obat
tradisional, dilakukan pada sukarelawan sehat. Fase II awal dilakukan pada pasien dengan jumlah terbatas, tanpa
menggunakan pembanding. Fase III akhir dilakukan pada pasien dengan jumlah terbatas,
menggunakan pembanding. Fase III merupakan uji klinik definitif. Fase IV bertujuan untuk melihat efek samping yang lambat atau jarang
muncul, dilakukan setelah pemasaran.
11