29
j. Bejana kaca maserasi
k. Batang pengaduk
l. Spatula
m. Oven
n. Hot plate stirrer
o. pH indicator paper
p. Seperangkat alat penetasan udang wadah plastik, lakban hitam,
sterofoam, aluminium foil, lampu q.
Well plate
3.6.2. Bahan Penelitian
a. Air laut
b. Akuades
c. Daun basah Annona muricata L
d. Pelarut metanol
e. Kertas saring
f. Telur Artemia salina Leach
g. DMSO
3.7. Cara Kerja Penelitian 3.7.1. Persiapan dan Pembuatan Simplisia
Daun sirsak yang didapatkan dari kebun warga daerah di desa Tinggarjaya, kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah dilakukan
determinasi dahulu di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI untuk mengetahui spesiesnya. Setelah itu, 2 kg daun sirsak diambil,
disortir, serta dibersihkan. Daun sirsak yang telah dibersihkan kemudian dibawa ke Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Balitro untuk
dikeringkan dan dihaluskan menjadi serbuk simplisia halus yang beratnya 572 gram. Serbuk simplisia disimpan pada suhu kamar 15-30°C.
5
3.7.2. Pembuatan Ekstrak Daun Sirsak Annona muricata L
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi. Serbuk simplisia halus 572 gram dimasukkan ke dalam bejana
30
kaca maserasi, lalu direndam dalam pelarut metanol yang sebelumnya didestilasi. Perendaman ini dilakukan selama 3 hari. Sesekali dilakukan
pengadukan dan pengocokkan agar pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia. Setelah 3 hari, hasil rendaman kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan filtrat dan ampasnya. Selanjutnya filtrat diambil dan ditampung. Ampas daun
dimaserasi kembali, hingga larutan daun sirsak menjadi agak bening.
34
Filtrat kemudian ditampung dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 45°C sehingga didapatkan ekstrak metanol daun sirsak. Setelah 10
kali proses maserasi, didapatkan ekstrak metanol. Untuk memperoleh ekstrak yang benar-benar kental, maka dikeringkan menggunakan oven
dengan suhu 40°C selama 7 hari
45
sehingga didapatkan ekstrak kental sebanyak 57 gram.
3.7.3. Penetasan Larva Udang
Penetasan larva udang dilakukan di dalam wadah plastik. Sebelumnya, wadah plastik dibagi menjadi bagian terang dan gelap, lalu
diberi pembatas berupa sterofoam yang tepi bawahnya telah dilubangi agar telur yang menetas bisa keluar dari lubang tersebut. Wadah lalu diisi
dengan air laut hingga kedua lubang pada sterofoam tersebut terendam. Pada ruang gelap, diisi 1 sendok telur, kemudian ditutup dengan
menggunakan lakban hitam dan aluminium foil. Pada ruang terang diberi penerangan menggunakan cahaya lampu neon untuk merangsang
penetasan. Selain itu, pada ruang terang juga dipasang aerator untuk memberikan oksigen pada telur yang menetas menjadi larva dan berpindah
ke ruang terang. Setelah telur menetas menjadi larva yang berusia 24 jam, kemudian dipindahkan ke wadah lain hinga berusia 48 jam. Larva yang
berusia 48 jam dapat dijadikan sebagai hewan uji dalam percobaan BSLT.
29