Brine Shrimp Lethality Test BSLT

19 Tubuhnya dibagi menjadi 3 segmen: kepala, thorax, dan abdomen. Hewan jantan dewasa mempunyai panjang 8-10 mm, sedangkan pada betina 10-12 mm. Artemia salina dewasa mempunyai 3 mata dan 11 pasang kaki. Dalam kondisi alami, pangan Artemia salina berupa algae, protozoa, dan detritus. Partikel yang kurang dari 40-60 mm akan dilepaskan oleh filter aktif non-selektif yang dimiliki oleh Artemia salina. 32 Artemia salina jantan memiliki 2 organ reproduksi. Uterus dari Artemia salina betina berisi hingga 200 telur, baik pada spesies ovipar maupun ovovivipar. Mereka memproduksi telur, yang mengapung dalam air dan dapat berkembang menjadi nauplia larva atau kista jika lingkungan tidak menguntungkan kekeringan air. Kista adalah bentuk dorman dari hewan ini, yang akan bertahan lama dalam keadaan kering. Kista akan menetas menjadi nauplia jika kondisi lingkungan memungkinkan. 32

2.1.7.4. Siklus Hidup

Cara reproduksi Artemia salina dikontrol oleh faktor lingkungan yaitu konsentrasi oksigen di air dan fluktuasinya, tipe pangan, kadar garam, dan lainnya tabel 2.2.. Kadar garamsalinitas pada ovovivipar kurang dari 150 ppt, sedangkan pada ovipar antara 150-200 ppt. 32 Tabel 2.2. Modalitas reproduksi Artemia salina Reproduksi Ovipar Ovovivipar Kandungan O 2 rendah seperti dalam kadar garamsalinitas tinggi Kandungan O 2 tinggi seperti dalam kadar garamsalinitas rendah Fluktuasi O 2 kuat Fluktuasi O 2 rendah Pangan kaya Fe seperti alga hijau Pangan rendah Fe seperti debris organik Sumber: Dumitrascu M, 2011 Pada reproduksi ovipar, setelah kopulasi, telur yang sudah difertilisasi berkembang menjadi tahap gastrula dan dikelilingi oleh kulit cokelat yang kuat, berisi kitin, lipoprotein, dan lain-lain. Kista yang terbentuk kemudian dilepaskan ke dalam air. Kista menjadi larva bebas ketika proses pengeringan awal terjadi. 32 20 Pada reproduksi ovovivipar, telur yang difertilisasi berkembang menjadi gastrula, lalu gastrula berdiferensiasi menjadi tubuh betina yang disebut nauplia. Telur menetaskan nauplia akan berwarna putih dan bersirip. 32 Kista 0,2-0,3 mm menjadi nauplia 0,45 mm dalam waktu 24-36 jam. Hidrasi lengkap kista membutuhkan waktu 1 jam. Nauplia kemudian menjadi kista dewasa maksimal 13 mm dalam waktu 3 minggu tergantung ketersediaan pangan. Kista dapat bertahan hidup pada kondisi ekstrim hingga mencapai suhu 80°C. Kista terhidrasi mati pada suhu dibawah 0°C dan di atas 40°C. Kista terhidrasi berukuran 200-270 μm dan berat 3,5 μg. Kista juga memiliki kemampuan bertahan ketika berkontak dengan cairan agresif, kondisi kering yang ekstrim, kekurangan oksigen dan pengaruh pestisida. Kista tidak akan menetas jika salinitas yang lebih tinggi dari 70 ppt. Pada salinitas kurang dari 5 ppt kista akan menetas, tapi nauplia akan mati dengan cepat. Analisis karbon menunjukkan bahwa umur kista radiaktif dapat mencapai 10.000 tahun. 32 Nauplia tumbuh optimal pada 28°C dan 35 ppt. Sedangkan suhu letal yang menyebabkan kematian nauplia yaitu 0°C dan 37-38°C. Nauplia mempunyai 1 mata fotoreseptor yang akan berkembang menjadi 3 mata. Nauplia berenang melalui kolom air fototaksis menggunakan antena. Namun Artemia salina dewasa tidak bersifat fototaksis. Rahang nauplia digunakan untuk menyaring air dan fitoplankton. 32 Gambar 2.6. Karakteristik anatomi nauplia Artemia salina Sumber: Dumitrascu M, 2011 Larva nauplia akan mengalami 15 kali metamorfosis. Larva tingkat 1 dinamakan instar I, larva tingkat 2 dinamakan instar II, demikian seterusnya

Dokumen yang terkait

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun laban abang (aglaia elliptica blume) terhadap larva udang (artemia salina leach) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

4 23 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 11 70

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 26 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum canum Sims) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 14 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN Plantago lanceolata L. TERHADAP LARVA Artemia salina Leach. DENGAN METODE Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

0 0 14

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 1 70