Pertanggungjawaban Administrasi Pengawasan dan Pertanggungjawaban 1. Pengawasan

orang-orang tertentu, melainkan hanya menunjuk kepada setiap pelanggaran terhadap undang-undang atau peraturan pelaksanaannya. Jika timbul kerugian, maka di pelanggar dapat dimintakan tanggung jawab secara hukum. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 111 UUPM, yang berbunyi sebagai berikut: Setiap Pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran atas Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya dapat menuntut ganti rugi, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain yang memiliki tuntutan yang serupa, terhadap Pihak atau Pihak-Pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut. 189

4. Pertanggungjawaban Administrasi

Pasal 111 UUPM ini membuka ruang bagi pihak yang dirugikan akibat perbuatan melanggar hukum untuk menuntut pertanggungjawaban secara perdata perdata terhadap pelaku pelanggaran hukum di bidang pasar modal untuk membayar ganti kerugian. Berdasarkan ketentuan Pasal 111 UUPM, terdapat beberapa syarat yang diperlukan agar suatu tuntutan ganti rugi perdata dapat diajukan, yaitu: pertama, adanya pelanggaran atas ketentuan UUPM ataupun peraturan pelaksanaannya termasuk pelanggaran oleh pihak otoritas pasar, seperti Bapepam-LK atau pengawainya, dan kedua, adanya kerugian yang timbul sebagai akibat dari pelanggaran ketentuan itu. Jika ada beberapa pihak yang dirugikan, tuntutan ganti rugi dapat dilakukan sendiri-sendiri ataupun secara bersama-sama class action. 189 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 111. Universitas Sumatera Utara UUPM memuat sanksi administratif berdasarkan pasal 102 UUPM dan pasal 61 PP No. 45 Tahun 1995. Pasal 102 UUPM menyatakan sebagai berikut: 1 Bapepam mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran Undang- undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya yang dilakukan oleh setiap Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam. 2 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat berupa: c. peringatan tertulis; d. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; e. pembatasan kegiatan usaha; f. pembekuan kegiatan usaha; g. pencabutan izin usaha; h. pembatalan persetujuan; dan i. pembatalan pendaftaran. 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 190 Dengan demikian, sanksi administratif ini adalah berupa “tindakan” administratif terhadap pelanggar hukum yang melakukan pelanggaran ketentuan fakta materil di pasar modal, yaitu pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran dari Bapepam-LK. Ada beberapa kasus yang menarik yang diperiksa oleh Bapepam-LK dengan memberikan sanksi administratif, meski perbuatannya juga mengandung unsur pidana yang diatur dalam UUPM. Kasus pertama yang akan dibahas adalah kasus manipulasi pasar dalam perdagangan saham PT. Dharma Samudra Fishing Industries Tbk. PT.DSFI, dan kasus kedua yang akan dibahas adalah kasus penipuan dalam laporan keuangan PT. Kimia Farma, Tbk. 190 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 102. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam-LK terhadap berbagai pihak yang diduga terlibat dan dokumen yang berkaitan dengan transaksi dalam dalam kasus manipulasi pasar dalam perdagangan saham PT. Dharma Samudra Fishing Industries Tbk. PT.DSFI, diketemukan bahwa beberapa pihak secara bersama- sama telah terbukti melakukan transaksi perdagangan saham PT.DSFI pada tahun 2002 yang tidak menyebabkan terjadinya perubahan kepemilikan atas saham PT.DSFI tersebut dan terjadi pula penyalahgunaan dana serta efek nasabah. Perbuatan tersebut dikategorikan sebagai tindakan manipulasi pasar yang melanggar Pasal 91 dan Pasal 92 Undang-Undang No. 8 Tahun1995 Tentang Pasar Modal. Manipulasi pasar yang dilakukan PT. DSFI dilakukan dengan cara menciptakan ”gambaran semu” atau ”menyesatkan” dalam transaksi perdagangan saham, karena sebenarnya tidak terjadi perubahan kepemilikan saham. Transaksi tersebut hanya pura-pura, bukan transaksi yang sebenarnya, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan finansial. Manipulasi pasar tersebut dapat dilihat dari transaksi yang dilakukan lebih dari dua kali seperti yang dimaksud dalam Pasal 92 UUPM, sehingga akan ”mempengaruhi” pihak lain untuk mengambil keputusan menjual, membeli atau menahan saham PT.DSFI yang dimilikinya, padahal hasil akhir dari hasil transaksi itu tidak ada perubahan kepemilikan saham. Berdasarkan hasil pemeriksaan pelanggaran transaksi saham PT. DSFI tersebut, Bapepam-LK menyatakan stakeholder PT.DSFI melanggar pasal 91 dan 92 UUPM, yang berarti PT.DSFI telah melakukan manipulasi pasar dengan cara membuat gambaran semu atau menyesatkan dalam transaksi saham yang berakibat Universitas Sumatera Utara tidak terjadinya perubahan kepemilikan saham. Oleh karena itu, Bapepam-LK telah memberikan sanksi administratif tanpa disertai sanksi pidana kepada para pelaku manipulasi pasar berupa: a. Denda sebesar Rp. 3.000.000.000,- tiga milyar rupiah secara bersama-sama kepada Sdr. Yulianus Indraya, AG. Marfiyatmo, PT Jaya Makmur Sejahtera, Hendri Arusto Sirait, Afrizal, Irfan Riyadi, Akub Sudarsa Heryadi, Meiske Herlina Tengker, Muhammad Permana dan Agustian Harahap. b. Denda terhadap perusahan Efek yang beragam mulai dari Rp. 500.000.000 sampai yang terendah Rp. 25.000.000. c. Sanksi peringatan tertulis dan ditindaklanjuti dengan mencabut izin orang perseorangan sebagai wakil perusahaan efek apabila dalam jangka waktu 1 tahun sejak keputusan Bapepam-LK, pihak-pihak yang diberi sanksi peringatan tertulis tersebut melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal. 191 Gambaran semu dan menyesatkan adalah fakta materil 192 Dalam rangka kewenangan Bapepam-LK berkaitan dengan pengenaan sanksi, Bapepam-LK selalu mengedepankan “unsur pembinaan dengan tetap berdasarkan” yang dilakukan PT.DSFI dalam perbuatan manipulasi pasar. Dalam kasus ini, sanksi administratif yang dijatuhkan Bapepam-LK sebagai hukuman terhadap stakeholder tanpa disertai sanksi pidana . 191 Siaran Pers Akhir Tahun Bapepam, Jakarta 27 Desember 2001, hal. 2. 192 Bismar Nasution, I, loc.cit. Universitas Sumatera Utara kepada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang berlaku. Penjatuhan sanksi administratif oleh Bapepam-LK adalah dalam rangka tetap memperhatikan aspek pembinaan terhadap pihak-pihak yang diduga melakukan pelanggaran sesuai dengan Penjelasan Pasal 102 ayat 1 UndangUndang Pasar Modal, yang berbunyi sebagai berikut: “Dalam menerapkan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, Bapepam perlu memperhatikan aspek pembinaan terhadap Pihak dimaksud. Pihak yang dimaksud dalam ayat ini adalah Emiten, Perusahaan Publik, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, Wakil Manajer Investasi, Biro Administrasi Efek, Kustodian, Wali Amanat, Profesi Penunjang Pasar Modal, dan Pihak lain yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam. Ketentuan dalam ayat ini berlaku juga bagi direktur, komisaris, dan setiap Pihak yang memiliki sekurang- kurangnya 5 lima perseratus saham Emiten atau Perusahaan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 Undangundang ini.” 193 193 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995, Penjelasan Pasal 102 ayat 1. Penjelasan Pasal 102 ayat 1 UUPM tersebut mengingatkan Bapepam-LK untuk perlu memperhatikan aspek pembinaan terhadap pihak pelanggar Hukum Pasar Modal dalam menerapkan sanksi administratif. Mungkin alasan pembinaan itu lebih diutamakan Bapepam-LK dalam menjatuhkan sanksi administratif terhadap setiap pelanggaran fakta materil di pasar modal Indonesia, meskipun para ahli dan publik menilai bahwa pelanggaran tersebut merupakan tindak pidana di pasar modal yang harus dibawa ke hadapan Pengadilan, sehingga “seolah-olah” Bapepam-LK cenderung melindungi para pelaku pidana dengan hukuman administratif. Universitas Sumatera Utara Penjelasan Pasal 102 ayat 1 UUPM di atas mempunyai kaitan erat dengan Penjelasan Pasal 101 ayat 1 UUPM, yang berbunyi sebagai berikut: “... Bapepam diberikan wewenang untuk mempertimbangkan konsekuensi dari pelanggaran yang terjadi dan wewenang untuk meneruskannya ke tahap penyidikan berdasarkan pertimbangan dimaksud. Tidak semua pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanannya di bidang Pasar Modal harus dilanjutkan ke tahap penyidikan karena hal tersebut justru dapat memperhambat kegiatan penawaran dan atau perdagangan efek secara keseluruhan. Apabila kerugian yang ditimbulkan membahayakan sistem Pasar Modal, kepentingan Pemodal dan atau masyarakat atau apabila tidak tercapai penyelesaian atas kerugian yang telah timbul, Bapepam dapat memulai tindakan penyidikan dalam rangka penuntutan tindak pidana.” 194 Penjelasan pasal tersebut di atas dengan jelas menunjukkan maksud pembentuk undang-undang bahwa penerapan sanksi administrasi memegang peranan sentral dalam pelaksanaan pertanggungjawaban pelanggaran ketentuan fakta materil oleh pelaku pasar modal, meskipun unsur-unsur perbuatan tersebut sebenarnya tidak masuk ke dalam kualifikasi pelanggaran administrasi. Artinya, jika unsur-unsur perbuatan pidana dalam bidang pasar modal telah terpenuhi, baik penipuan, pernyataan menyesatkan, manipulasi pasar maupun insider trading, dan telah pula ada petunjuk atau bukti permulaan yang cukup atau bukti yang cukup mengenai telah terjadinya pelanggaran terhadap UUPM dan peraturan pelaksanannya, maka Bapepam-LK diperintahkan undang-undang atau setidaknya diperbolehkan undang- undang hanya menjatuhkan sanksi administrasi kepada pelaku pelanggaran ketentuan fakta materil. Bapepam-LK hanya akan melanjutkan pemeriksaan 194 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995, Penjelasan Pasal 101 ayat 1. Universitas Sumatera Utara pelanggaran pidana di pasar modal ke tahap penyidikan dan meneruskannya ke tahap penuntutan ke pengadilan jika memenuhi beberapa syarat, yaitu: 1. Apabila kerugian yang ditimbulkan membahayakan sistem Pasar Modal, 2. Apabila kerugian yang ditimbulkan membahayakan kepentingan Pemodal dan atau masyarakat; atau 3. Apabila tidak tercapai penyelesaian atas kerugian yang telah ditimbulkan perbuatan tersebut. Jika salah satu atau ketiga syarat ini terpenuhi, Bapepam-LK dapat memulai tindakan penyidikan dalam rangka penuntutan tindak pidana ke pengadilan. Jadi Bapepam-LK diberi kewenangan oleh UUPM untuk menentukan dengan pendapatnya sendiri apakah sesuatu perbuatan bersifat pelanggaran atau kejahatan dalam kegiatan atau penawaran dan perdagangan efek, bahkan berwenang menerapkan sanksi administratif kepada pelanggaran pidana dan perdata jika tercapai penyelesaian yang mengakomodir kerugian semua pihak. Kewenangan Bapepam-LK sebagai otoritas pasar modal untuk menjatuhkan jenis sanksi tertentu sesuai dengan pertimbangannya sendiri merupakan perwujudan dari fungsi quasi judikatif yang diamanahkan undang-undang kepada Bapepam-LK. Perwujudan kewenangan seperti ini senada dengan pendapat Sudarto yang mengatakan bahwa dalam menyelesaikan kasus-kasus yang melanggar perundang-undangan dalam bidang ekonomi, sanksi pidana tidak harus ditetapkan, karena sanksi pidana Universitas Sumatera Utara berfungsi subsider. 195 Penjatuhan sanksi administratif atas perbuatan pidana di pasar modal sebenarnya tidak realistis, sebab sanksi pidana dijatuhkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban pidana, sedangkan sanksi administratif berupa denda tidak mewujudkan pertanggungjawaban pidana, sebab sanksi denda itu bukanlah sanksi pidana administratif. Berdasarkan pendapat sedemikian, penjatuhan sanksi administratif oleh Bapepam-LK terhadap pelanggaran fakta materil di pasar modal yang termasuk ke dalam tindak pidana ekonomi dapat saja diterima. 196 Dengan kata lain, sanksi administratif dalam UUPM tidak dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk sanksipertanggungjawaban pidana, dan disebut pidana administratif, sebab UUPM tidak mengintegrasikan sanksi administratif ke dalam sistem pertanggungjawaban pidana. Sekiranya pelanggaran UUPM diajukan sebagai perkara pidana, hakim yang memeriksa kasus pidana pasar modal itu tidak dapat menarik sanksi administratif sebagai pertanggungjawaban pidana, sebab pengintegrasian sanksi administratif ke dalam sanksi pidana tidak dapat diterapkan berdasarkan UUPM. 197 195 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1981, hal. 30. 196 Barda Nawawi Arif,Kebijakan Legislatif dalam Menanggulangi Kejahatan dengan Pidana Penjara, Bandung: Alumni, 1994, hal. 54. 197 H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana di Bidang Ekonomi, Bandung: Alumni, 1986, hal. 133- 137. Menurut pasal 102 UUPM, sanksi administratif itu hanya dapat diberikan oleh Bapepam-LK, dan bukan oleh badan pengadilan. Universitas Sumatera Utara C. Penegakan Hukum atas Pelanggaran Fakta Materil Setelah Berlakunya UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan OJK Pada awalnya Bapepam-LK merupakan lembaga yang multifungsi di bidang pasar modal, sebagai regulator, pengelola bursa efek, pengawas pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan di bidang pasar modal, melakukan pemeriksaan, penyidikan, dan menjatuhkan sanksi. Kewenangan multifungsi ini diserahkan UUPM kepada Bapepam-LK demi peningkatan kualitas penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang sesuai dengan standar internasional, 198 sehingga dapat terwujud pasar modal yang efisien di Indonesia. 199 Bapepam-LK membutuhkan independensi institusional untuk melaksanakan seluruh kewenangannya tersebut guna menghindari kepentingan dan intervensi di dalam penegakan hukum pasar modal, tetapi dalam kenyataannya Bapepam-LK dipandang belum mampu mewujudkan independensi dalam menjalankan fungsinya. Kedudukan Bapepam-LK sebagai lembaga birokrasi justru kontradiktif, karena Bapepam-LK sebagai otoritas pengatur, pembina dan pengawas pasar modal, sampai saat ini merupakan salah satu bagian dalam jajaran Departemen Keuangan RI, sebagaimana ditegaskan Pasal 3 ayat 2 UUPM bahwa Bapepam-LK berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. 200 198 M. Irsan Nasarudin, dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hlm. 2. 199 Jusuf Anwar I, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Jakarta: PT. Alumni, 2005, hlm. xii. 200 M. Irsan Nasarudin, dkk, op.cit., hlm. 46. Oleh karena itulah, dibentuk lembaga Otoritas Jasa Keuangan selanjutnya disingkat OJK berdasarkan Undang- Universitas Sumatera Utara Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan selanjutnya disingkat UUOJK, yang salah satu fungsinya adalah mengambil alih fungsi regulasi dan pengawasan yang dimiliki oleh Bapepam-LK.

1. Latar Belakang Dibentuknya OJK