sehingga menciptakan gambaran yang salah dalam kesimpulan investor sebelum mengambil keputusan.
133
3. Manipulasi pasar market manipulation dilarang karena menggunakan mekanisme pasar kekuatan penawaran jual dan penawaran beli sebagai alat menciptakan
gambaran semu false impression mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga saham, yang tidak merefleksikan fakta materil yang sebenarnya.
Secara sederhana, pernyataan menyesatkan berkaitan dengan adanya fakta materil yang tidak diungkap atau diungkap secara tidak benar.
134
4. Perdagangan orang dalam insider trading dilarang karena informasi yang mengandung fakta materil yang belum disebar kepada publik dan belum dilaporkan
kepada Bapepam-LK, telah digunakan oleh orang dalam insider. Artinya, terdapat informasi fakta materil yang tidak didisclose perusahaan kepada publik.
135
1. Penipuan Fraud
Ketentuan-ketentuan di dalam UUPM tersebut menunjukkan hubungan batin innerlijk samenhang antara fakta materil dengan larangan perbuatan penipuan, pernyataan
menyesatkan, manipulasi pasar dan perdagangan orang dalam insider trading, sebab yang menjadi objek dalam perbuatan-perbuatan tersebut adalah fakta materil.
Penipuan dan pengelabuan pasar modal merupakan salah satu tindak pidana khusus pasar modal. Perbuatan ini dilarang oleh Pasal 90 ayat 1 dan ayat 2
133
Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 90 ayat 3, Pasal 91, dan Pasal 93
134
Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 92
135
Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 95 s.d. Pasal 99.
Universitas Sumatera Utara
UUPM, sedangkan sanksinya diatur di dalam Pasal 103 ayat 1 dan Pasal 104 UUPM dengan ancaman hukuman penjara dan denda secara kumulatif.
Pasal 90 ayat 1 dan ayat 2 UUPM mengatur larangan bagi semua pihak di pasar modal untuk melakukan perbuatan berupa:
1. menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana lain dan atau cara apapun;
2. turut serta menipu atau mengelabui pihak lain;
136
Ketentuan ini berarti bahwa setiap pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama- sama, dilarang melakukan penipuan ataupun mengelabui pihak lain yang bertujuan
mendapatkan keuntungan dari keputusan investor. UUPM tidak merumuskan ataupun menjelaskan apa yang dimaksud dengan
”menipu” dan “mengelabui” pihak lain. Pasal 90 ayat 1 dan ayat 2 UUPM masih belum jelas menentukan kualifikasi penipuan atau pengelabuan, tetapi telah
menetapkan perbuatan tersebut dilarang
137
dan ditentukan sebagai kejahatan
138
serta telah pula ditentukan sanksinya.
139
Dikatakan oleh Satjipto Rahardjo bahwa pengaturan standar penipuan secara umum dapat memberikan sifat elastis dari
peraturan hukum untuk menampung dinamika peristiwa hukum dalam masyarakat sebagai faktor realitas hukum
140
136
Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 90 ayat 1 dan ayat 2.
137
Lihat Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 90.
138
Lihat Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 110 ayat 2.
139
Lihat Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 104.
, dan pendapat ini dapat dipergunakan sebagai
140
Satjipto Rahardjo menyatakan bahwa standar hukum mempunyai isi yang longgar. Kekurangannya terletak pada sifatnya yang kurang pasti, sehingga tidak bisa dipakai sebagai patokan
Universitas Sumatera Utara
jawaban mengapa UUPM tidak memberikan penjelasan atau kriteria mengenai apa yang dimaksud dengan istilah “menipu” atau “mengelabui”.
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan menipu dalam Pasal 90 ayat 1 dan ayat 2 UUPM, ada gunanya menilik pengertian penipuan yang dikemukakan
oleh R. Soesilo, sebagai berikut : “3. Perbuatan tipu muslihat dan rangkaian kebohongan
Tipu muslihat adalah suatu rangkaian tipu yang demikian licinnya, sehingga seseorang yang berfikir normal dapat tertipu. Satu tipu muslihat
saja sudah cukup untuk memenuhi unsur ini, asal cukup kadar kelicinannya.
Rangkaian kebohongan merupakan rangkaian kata-kata bohong. Satu kata bohong saja tidak cukup, disini harus dipakai kata-kata bohong yang
tersusun sedemikian rupa, sehingga kebohongan yang satu dapat ditutup dengan kebohongan yang lain, sehingga keseluruhannya merupakan cerita
sesuatu yang seakan-akan benar.”
141
Sekedar pembatasan pada penipuan, bahwa baru ada penipuan, apabila seseorang yang kecerdasannya bernilai sedang berakal sehat, pantas mengira,
bahwa apa yang diketemukan oleh si penipu itu adalah benar. Jadi, tidak ada penipuan apabila kebohongan dari si penipu itu dapat terlihat bagi setiap orang
yang berakal sehat. Dalam hal ini, Wirjono Prodjodikoro memberikan pembatasan bahwa penipuan
terjadi jika setiap orang yang berakal sehat tidak dapat melihat kebohongan si penipu, Dikatakan Wirjono Prodjodikoro sebagai berikut:
142
yang jelas untuk menilai suatu perbuatan. Kelebihannya ialah sifatnya yang luwes sehingga bisa mengikuti perkembangan pemikiran masyarakat. Pemahaman orang tentang sesuatu dalam masyarakat
tidak selalu tetap, melainkan selalu berubah-ubah. Apabila pemahaman itu dirumuskan secara pasti maka tentunya akan sulit untuk menyesuaikan pada pemahaman baru yang berkembang.Oleh karena itu,
standar penipuan merupakan suatu sarana bagi hukum untuk berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya agar orang mudah mengisinya dengan paham-paham baru. Lihat, Satjipto Rahardjo, Ilmu
Hukum, Bandung: Alumni, 1986, hal. 83-84.
141
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor : Politeia, 1964 hal. 204.
142
Wirjono Prodjokodikoro, TIndak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Jakarta-Bandung: Eresco, 1974 hal. 42.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam perbuatan menipu itu ada suatuberarti suatu rangkaian pernyataan bohong yang keseluruhannya seakan-akan
merupakan suatu cerita yang benar, sehingga orang yang berakal sehat yakin bahwa itu benar.
Kategori penipuan juga terdapat di dalam Pasal 78 ayat 2 UUPM. Pasal 78 ayat 2 UUPM memuat larangan bagi setiap pihak untuk menyatakan di dalam atau
di luar prospektus, baik langsung maupun tidak langsung, bahwa Bapepam-LK telah menyetujui, mengizinkan, atau mengesahkan suatu efek, atau telah melakukan
penelitian atas berbagai segi keunggulan atau kelemahan dari suatu efek. Larangan ini dimaksudkan agar investor dapat mempertimbangkan secara rasional tentang
suatu prospektus sebelum memutuskan membeli atau memesan saham sehingga tidak menjadi objek tindakan pengelabuan yang dilakukan oleh pihak penjual efek.
Teori yang umum digunakan dalam Hukum Pasar Modal sebagai landasan menentukan adanya penipuan dalam transaksi efek adalah Efficient Capital Market
Hypotesis Theory selanjutnya disingkat ECMH.
143
“The fraud-on-the-market theory is based on the hypothesis that, in an open end developed securities market, the price of a company’s stock is determined
by the available material information regarding the company and its business ... misleading statements will therefore defraud purchasers of stock even if the
purchasers do not directly rely on the misstatement ...” Pendekatan ECMH melahirkan
teori Fraud On The Market Theory, yaitu teori yang mengajarkan bahwa:
144
143
Efficient Capital Market Hypotesis Theory ECMH adalah teori dalam ilmu ekonomi untuk menentukan kebijakan yang pada awalnya dijadikan dasar bagi ahli hukum, hakim dan pembuat
peraturan perundang-undangan di Amerika Serikat sebagai dasar pendekatan dalam pelaksanaan Hukum Pasar Modal.
144
Bismar Nasution, I, ibid., hal. 13.
terjemahan bebas: “Teori penipuan dalam pasar modal diangkat berdasarkan hipotesa bahwa
Universitas Sumatera Utara
dalam mengembangkan pasar modal yang terbuka, harga saham dari suatu perusahaan senantiasa ditentukan oleh informasi yang materil yang
berhubungan dengan perusahaan dan bisnisnya ... kesalahan memberikan informasi berarti menipu pembeli saham meskipun pembeli tidak secara
langsung percaya pada kesalahan informasi itu...”.
Teori ini digunakan sebagai landasan penentuan standar penipuan dalam dalam
putusan Pengadilan di negara common law dan juga dalam praktek aktifitas di pasar modal Amerika yang diawasi oleh SEC. Penegakan hukum di pasar modal Indonesia
kiranya patut mempertimbangkan ataupun mengadopsi teori ini untuk menyempurnakan kelemahan-kelemahan dalam hukum pasar modal Indonesia.
Penipuan fraud terjadi berdasarkan titik berat fakta materil material fact. Fakta materil adalah alat atau standar untuk menentukan ada atau tidak adanya
penipuan.
145
Penjelasan UUPM menyatakan bahwa pihak yang melakukan atau terkait dalam Penawaran Umum yang gagal melakukan keterbukaan dapat dituntut secara
pidana bila terdapat unsur penipuan.
146
145
Ibid., hal. 75.
146
Bismar Nasution pernah menyatakan bahwa kegagalan untuk mengungkapkan informasi yang berisi fakta materil dianggap sebagai penipuan; Lihat, Bismar Nasution, VI, “Bahan Lokakarya
Mengenai Rancangan Perubahan UUPM”, Makalah, tanggal 5 Mei 2001, hal. 2.
Penipuan yang terjadi dalam penawaran umum di Pasar Primer bukanlah pada waktu pemesanan saham, akan tetapi sebelum
terjadinya pemesanan, yaitu pada waktu emiten menyampaikan pernyataan pendaftaran dan prospektus, sebab dalam pernyataan pendaftaran maupun
prospektus harus mencakup semua rincian dan fakta material mengenai emiten yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal. Jadi pelaku penipuan dalam Pasar Primer
ini hanya Perusahaan Publik dan Emiten, kecuali jika Profesi Penunjang Pasar
Universitas Sumatera Utara
Modal, yaitu Akuntan publik auditor independen, Notaris, Konsultan hukum, dan Perusahaan penilai, terlibat dan patut mengetahui pembuatan pernyataan pendaftaran
dan prospektus yang mengandung fakta materil yang tidak benar tersebut. Pengumuman fakta materil di mass media juga dapat mengandung perbuatan
menipu. Bila dalam pengumuman rencana transaksi penting yang disampaikan dalam media massa oleh emiten terdapat data-data atau laporan keuangan yang
sengaja menipu dan mengelabui penanam modal, maka tindakan tersebut tergolong pelanggaran pidana.
Keterangan yang tidak benar mengenai fakta materil dalam pernyataan pendaftaran dan prospektus berarti terjadi rangkaian perkataan bohong tentang
informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek dan keputusan pemodal,
calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta di dalam pernyataan pendaftaran dan prospektus tersebut. Keterangan yang tidak benar
mengenai fakta materil, misalnya menyangkut keadaan emiten, yang dapat mengenai kondisi keuangan dan asset perusahaan sebagaimana diuraikan dalam
Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.B.1. Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.4. tentang Prosedur
Penangguhan Penawaran Umum, dapat diketahui bahwa Bapepam-LK dapat menangguhkan suatu Penawaran Umum baik dalam pernyataan pendaftaran,
prospektus dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan proses pendaftaran efek jika terdapat informasi dan atau fakta materil yang palsu atau mengabaikan fakta
Universitas Sumatera Utara
materil yang diperlukan, ataupun jika pernyataan pendaftaran di prospektus menjadi tidak benar atau mengabaikan fakta materil karena telah terjadinya perubahan
keadaan perusahaan yang tidak disampaikan kepada masyarakat.
147
2. Pernyataan Menyesatkan Misleading Statement