Tugas dan Wewenang OJK

Indonesia, baik pada situasi normal saat ini maupun pada saat krisis di masa yang akan datang. 225 1 Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang independen dan di bentuk dengan Undang-undang.

2. Tugas dan Wewenang OJK

Sesuai dengan amanat Pasal 34 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004, terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia, dan selanjutnya disebut UUBI, menyatakan sebagai berikut: 2 Pembentukan lembaga pegawas sebagaimana di maksud pada ayat 1 akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010. Pasal tersebut mengamanatkan pembentukan sebuah lembaga jasa keuangan yang independen yang bertugas mengawasi kegiatan perbankan di Indonesia, sehingga tugas pengawasan perbankan tidak lagi dilakukan oleh BI. Disamping ketentuan Pasal 34 UUBI tersebut di atas, landasan pembentukan OJK adalah Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan selanjutnya disebut UUOJK yang diundangkan berlakunya pada tanggal 22 November 2011. Pasal 2 UUOJK menegaskan bahwa: 225 Darmin Nasution Gubernur Bank Indonesia, dalam Andika Hendra Mustaqin, Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Solusi Sistem Ekonomi Nasional, http:jurnal.pdii.lipi.go.id , diakses tanggal 21 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara Dengan Undang-Undang ini dibentuk OJK”. 226 Berdasarkan UUBI dan UUOJK tersebut di atas, maka lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang dimaksud dalam UUBI 227 1. Muliaman D. Hadad, Ph.D, sebagai Ketua DK OJK. tersebut telah disebut namanya secara tegas dalam UUOJK, yaitu bernama Otoritas Jasa Keuangan OJK. Pada tanggal 26 Juni 2012 DPR RI memilih dan mengesahkan Ketua dan anggota Dewan Komisioner DK OJK yang seluruhnya berjumlah tujuh orang. Struktur organisasi OJK tertinggi diduduki tujuh anggota Dewan Komisioner DK ditambah dua anggota ex-officio dari BI dan Bapepam-LK, terdiri dari: 2. Dr. Rahmat Waluyanto, MBA. Sebagai Wakil Ketua DK OJK merangkap anggota. 3. Nelson Tampubolon, SE, MSM, sebagai Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan merangkap Anggota DK OJK. 4. Ir. Nurhaida, MBA., sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap Anggota DK OJK. 5. Dr. Firdaus Djaelani, MA., sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank merangkap Anggota DK OJK. 6. Dr. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, S.H., LLM., sebagai Anggota DK OJK yang Membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen. 226 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 2. 227 Dikatakan Zulkarnain Sitompul, UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI memerintahkan OJK dibentuk tahun 2002, tetapi gagal. UU No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan UUBI, mengharuskan OJK telah terbentuk paling lambat pada tahun 2010, dan ternyata baru di bentuk pada tahun 2011. Zulkarnain Sitompul, Menyambut Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan, http:Sippm.unas.ac.id , hlm. 3, diakses tanggal 21 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara 7. Prof. Dr. Ilya Avianti, S.E., M.Si., Ak. CPA, Ketua Dewan Audit merangkap Anggota DK OJK. 8. Dr. Ir. Anny Ratnawati, M.Sc., 9. Wakil Menteri Keuangan, Republik Indonesia Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Ex-Officio Kementerian Keuangan. Dr. Halim Alamsyah, SH, SE, MA, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Anggota Dewan Komisioner Jasa Keuangan Ex-Officio Bank Indonesia Kelembagaan OJK resmi terbentuk . pada tanggal 18 Juli 2012 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 67P Tahun 2012 dan dilantik pada tanggal 20 Juli 2012 oleh Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012 - 2017. 228 Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya di sebut OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana di maksud dalam Undang-undang ini. Pasal 1 angka 1 UUOJK menyatakan bahwa: 229 228 Berdasarkan pengertian mengenai OJK yang disebut dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 tersebut, perlu dijelaskan beberapa perihal mengenai eksistensi OJK, yaitu mengenai: http:www.ojk.go.id , diakses pada tanggal 20 Maret 2013. OJK memisahkan fungsi pengaturan dan fungsi pengawasan dalam satu organisasi di mana fungsi pengaturan dilakukan oleh dewan komisioner sedangkan fungsi pengawasan dilakukan oleh 3 tiga pengawas yang berdiri sendiri yaitu pengawas perbankan, pengawas pasar modal dan pengawas industri keuangan non bank, yang semuanya terintegrasi dalam satu organisasi OJK. Dewan komisioner sebagai organ tertinggi OJK melakukan pula fungsi pengawasan terhadap ketiga pengawas di maksud. 229 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 angka 1. Universitas Sumatera Utara 1. independen dan bebas dari campur tangan pihak lain; 2. fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan. Pengaturan dalam UUOJK mengenai kewenangan OJK ternyata lebih luas jika dibandingkan dengan kewenangan yang diatur dalam UUBI. Dalam UUBI, kewenangan OJK ini ditegaskan sebagai berikut: Lembaga pengawasan jasa keuangan yang akan dibentuk melakukan pengawasan terhadap Bank dan perusahaan-perusahaan sektor jasa keuangan lainnya yang meliputi asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. 230 OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Sementara itu, Pasal 5 UUOJK menegaskan bahwa ruang lingkup kewenangan OJK sebagai berikut: 231 c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Yang dimaksud dengan pengawasan seluruh aktifitas sektor jasa keuangan, ditegaskan di dalam Pasal 6 UUOJK, sebagai berikut: OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan 232 Berdasarkan ketentuan Pasal 5 dan Pasal 6 UUOJK tersebut di atas, jelaslah bahwa OJK menyatukan pengawasan seluruh aktifitas pengawasan sektor jasa keuangan di 230 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Penjelasan Pasal 34 ayat 1 paragraf 1. 231 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 5. 232 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 6. Universitas Sumatera Utara Indonesia di bawah satu atap, yang mencakup perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan serta badan-badan lain yang mengelola dana masyarakat. Oleh karena itu, kewenangan beberapa lembaga melakukan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan, seperti pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia dan pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan lainnya oleh Bapepam-LK, telah menjadi otoritas lembaga tunggal OJK. Pada dasarnya UU OJK memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola governance dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap industri jasa keuangan. Ketentuan mengenai jenis-jenis produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan kriteria lembaga jasa keuangan, tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial serta ketentuan jasa penunjang industri jasa keuangan, dan ketentuan-ketentuan lain menyangkut transaksi jasa keuangan diatur dalam undang-undang sektoral tersendiri, yaitu mengenai BI diatur dalam UU No.23 Tahun 1999 tentang BI jo. UU No.3 Tahun 2004 jo.UU No.6 Tahun 2009, mengenai pasar modal diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995, mengenai perasuransian diatur dalam UU No. 2 Tahun 1992, mengenai dana pensiun diatur dalam UU No. 11 Tahun 1992, dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan sektor jasa keuangan lainnya. 233 233 Tim Panitia Antar Departemen Rancangan Undang-undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Naskah Akademik UU OJK, hlm. 3 Universitas Sumatera Utara OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan didalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional. Selain itu OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara lain, meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi. 234 Dalam konteks UU, OJK dibentuk dengan maksud untuk mewujudkan fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara terpadu, independen, dan akuntabel. OJK diharapkan akan mampu menciptakan koordinasi yang lebih baik dan konsistensi kebijakan diantara lembaga yang memiliki latar belakang aturan yang berbeda. Dengan demikian, OJK mampu menghasilkan kebijakan yang menyeluruh setelah berbagai industri keuangan berada di pengawasan OJK. 235 Untuk membantu DK OJK dalam melaksanakan tugas dan fungsi sampai selesainya peralihan kewenangan pengaturan BI dan Bapepam-LK kepada OJK, DK OJK membentuk tim transisi bersama dengan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia sesuai dengan amanat Pasal 60 UU OJK yang akan membantu 234 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Penjelasan Umum paragraf ke-8. 235 Jusuf Anwar II, op.cit., hlm. 116. Universitas Sumatera Utara kelancaraan pelaksanaan tugas OJK. 236 Tugas tim transisi tersebut bertugas membantu kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Komisioner, dalam melaksanakan tugasnya, tim transisi berwenang untuk mengidentifikasikan dan memverifikasikan kekayaan, infrastuktur, informasi dokumen dan hal lain yang terkait dengan pengaturan dan pengawasan lembaga jasa keuangan dan mempersiapkan pengalihan menggunakannya ke OJK. 237 Tim transisi ini telah terbentuk selayaknya organisasi, karena memiliki struktur operasional yang terdiri dari pejabat dan pengawai Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan dengan total personil mencapai 140 orang. Masa kerja tim tersebut terhitung mulai 15 Agustus 2012 hingga 31 Desember 2013. 238 Masa transisi adalah masa yang sangat penting, dan salah satu hasil penting pelaksanaan tugas Tim Transisi adalah Blue print sistem informasi dan konversi semua peraturan ke peraturan OJK. 239 Pasal 34 UUBI telah menegaskan status independepen OJK, dengan menyatakan lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang dibentuk itu bersifat independen Hal ini penting untuk menjamin kepastian hukum dalam pelaksanaan kewenangan OJK di masa depan. 240 236 Lihat, Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 60. 237 Lihat, Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 61. dalam menjalankan tugasnya. Kedudukan OJK berada di luar pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan BPK dan Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Dalam melaksanakan 238 Nurhaida Komisaris Eksekutis Pengawas Pasar Modal Dewan Komisioner OJK, Tim Transisi OJK sudah terbentuk, www.kontan.co.id , diakses tanggal 20 Maret 2013. 239 Tim Transisi Optimis OJK Bisa Beroperasi Awal Tahun Depan, www.infobanknews.com , diakses tanggal 21 Maret 2013. 240 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 34 ayat 1. Universitas Sumatera Utara tugasnya, lembaga ini supervisory board melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Bank Indonesia sebagai bank sentral. 241 Secara kelembagaan, independensi OJK berada di luar pemerintah yang dimaknai bahwa otoritas jasa keuangan tidak menjadi bagian dari kekuasaan pemerintah, sehingga OJK tidak bertanggung jawab kepada DPR ataupun berada di bawah kendali Menteri Keuangan. 242 Pada hakikatnya Otoritas Jasa Keuangan merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal dan moneter. Oleh karena itu, lembaga ini melibatkan keterwakilan unsur-unsur dari kedua otoritas tersebut secara ex-officio. Keberadaan ex-officio ini dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerja sama, dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor jasa keuangan. Keberadaan ex-officio dalam OJK juga diperlukan guna memastikan terpeliharanya kepentingan nasional dalam rangka persaingan global dan kesepakatan internasional, kebutuhan koordinasi, dan pertukaran informasi dalam rangka menjaga dan memelihara stabilitas sistem keuangan. 243 Jadi, adanya unsur-unsur pemerintah secara ex-officio dalam OJK tidak boleh menghilangkan ataupun membatasi independensi OJK dalam melaksanakan tugasnya. Independensi merupakan syarat untuk menciptakan efektivitas dan menjaga kinerja pengawas dalam penegakan hukum. 244 241 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Penjelasan Pasal 34 ayat 1 242 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Penjelasan Umum paragraf ke-10. 243 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Penjelasan Umum paragraf ke-10. 244 Jusuf Anwar II, loc.cit. Universitas Sumatera Utara

3. Kedudukan Bapepam-LK setelah Dibentuknya OJK