Pemeriksaan Keabsahan Data Pembahasan

66 d Refleksi Hasil tindakan pada siklus II ini menunjukan adanya peningkatan. Hasil observasi pada siklus II menunjukan tingginya aktivitas siswa dalam pembelajaran disetiap pertemuan. Hal ini sesuai dengan hasil intervensi tindakan yang diharapkan yaitu aktivitas siswa dalam pembelajaran mencapai kategori tinggi. Hasil tes yang diperoleh menunjukan adalanya peningkatan. Nilai-nilai yang didapat siswa yang mengalami peningkata yaitu nilai rerata dari 19 menjadi 77, nilai tertinggi dari 33 menjadi 92, dan nilai terrendah dari 8 menjadi 67. Setelah dilakukan uji N-Gain pada siklus II ini hasil yang didapat sama seperti siklus satu yaitu peningkatan yang dialami siswa beragam. Nilai rerata N-Gain yang didapat siswa sebesar 71. Nilai ini termasuk ke dalam kategori peningkatan yang tinggi. Hasil tes yang diperoleh pada sisklus II ini sesuai dengan hasil intervensi tindakan yang diharapkan yaitu tidak ada siswa yang nilainya di bawah KKM 60. Oleh karena data-data yang didapat telah menunjukan hasil yang sesuai dengan hasil intervensi tindakan yang diharapkan, maka penelitian ini berakhir di siklus II atau tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

C. Pemeriksaan Keabsahan Data

Data-data dalam penelitian ini didapat dari hasil tes, observasi, angket dan wawancara. Pemberian tes dilakukan untuk melihat seberapa besar peningkatan penguasaan konsep fisika yang diperoleh siswa pada ranah kognitif. Observasi dilakukan untuk melihat seberapa besar aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pemberian angket dilakukan untuk melihat respon siswa terhadap pembelajaran melalui permainan. Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini juga telah teruji validitasnya. Data-data yang diperoleh dari berbagai instrumen ini oleh peneliti kemudian dilaporkan dalam bentuk deskripsi. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes objektif pilihan ganda. Sebelum digunakan pada sampel instrumen tes yang 67 dibuat terlebih dahulu diuji coba pada siswa diluar sampel penelitian yaitu pada siswa SMP kelas IX.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil angket, pembelajaran melalui permainan bernuansa nilai mendapatkan respon yang positif dari siswa. Rata-rata respon yang diberikan oleh siswa dapat dilihat pada table 4.16 berikut. Table 4.16 Respon Siswa NO INDIKATOR RATA-RATA RESPON SISWA Positif Negatif 1 Menunjukan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran melalui permainan 78 22 2 Menunjukan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran melalui permainan 88 12 Menurut pendapat siswa pembelajaran melalui permainan sangat menarik dan dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga siswa tidak merasa jenuh ataupun mengantuk pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa juga berpendapat dengan adanya permaianan siswa menjadi lebih mudah memahami materi yang diajarkan karena permainan yang diterapkan sesuai dengan materi yang diajarkan. Data-data penelitian yang didapat dari hasil angket bila dihubungkan dengan hasil tes itu saling berhubungan. Apabila respon siswa terhadap pembelajaran positif maka hasil tes yang didapat juga positif atau meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Begitu juga bila dihubungkan dengan aktivitas siswa. Apabila respon siswa positif maka aktivitas siswa juga akan tinggi. Hal ini dikarenakan siswa biasanya akan melakukan hal-hal yang ia senangi. Respon siswa yang positif terhadap pembelajaran melalui permainan tradisional ini merupakan salah satu faktor yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Sejalan dengan ini menurut Hamalik “motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan misalnya si A ingin mendapat hadiah maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, 68 membaca buku, dan mengikuti tes.” 1 Hal yang sama juga pernah diungkapkan oleh Husna Manaf dalam Tesisnya yang berjudul Pengaruh penggunaan permainan matematika dibandingkan dengan penggunaan latihan terhadap hasil belajar siswa sekolah dasar kelas V, dimana ia berpendapat bahwa “motivasi siswa yang terbentuk pada belajar melalui pengalaman games merupakan motivasi intrinsik yang terbentuk selama bermain. Hal ini disebabkan kompetisi yang terjadi selama berlangsungnya permainan mendorong mereka untuk memenangkan permainan tersebut. Jadi dalam diri siswa itu sendiri terbentuk dorongan dan ia ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar itu.” 2 Dilihat dari peningkatan hasil belajar semua siswa pada umumnya mengalami peningkatan. Akan tetapi peningkan yang dialami siswa ini tidak sama. Hal ini dikarenakan respon siswa terhadap pembelajaran yang tidak sama. Dari hasil angket menyatakan 95 siswa menjawab menyukai pembelajaran melalui permainan, 90 siswa menjawab pembelajaran melalui permainan sesuai dengan materi pembelajaran, 87,5 siswa menjawab merasa termotivasi dan bersemangat mempelajari fisika, 87,5 siswa menjawab tidak merasa jenuh, 90 siswa menjawab tidak merasa mengantuk, 57,5 siswa menjawab tidak merasa sulit mempelajari fisika, 92,5 siswa menjawab permainan memudahkan dalam menjawab latihan soal, 82,5 siswa menjawab permainan memudahkan dalam memahami dan menguasai konsep fisika yang diajarkan, 65 siswa menjawab setelah pembelajaran tidak ada materi yang belum dimengerti, dan 77,5 siswa menjawab dengan adanya permainan para siswa menjadi lebih aktif. Selain itu juga masih terdapat siswa yang tidak perduli terhadap penjelasan yang disampaikan guru dan sikap siswa yang sering mengandalkan teman dalam mengisi soal-soal LKS. 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara. 2005 h. 159 2 Husna Manaf, Pengaruh Penggunaan Permainan Matematika dibandingkan dengan penggunaan latihan terhadap hasil belajar siswa sekolah dasar kelas V. Suatu Studi dalam Pengajaran Matematika diSD Jakarta : PPS IKIP Jakarta. 1991 h. 20 69 Nilai rata-rata hasil tes penguasaan konsep siswa setelah penerapan tindakan pada siklus I sudah tergolong baik yaitu dari 15 menjadi 74, serta terjadi peningkatan dari penguasaan konsep awal siswa dengan nilai rata-rata N-Gain sebesar 0,70. Akan tetapi hasil ini masih belum memenuhi kriteria keberhasilan tindakan yaitu hasil tes penguasaan konsep siswa minimal 60. Nilai terendah yang didapat siswa pada siklus I ini sebesar 47. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, diadakan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang ditemukan. Tindakan perbaikan yang diterapkan pada siklus II lebih dititikberatkan pada kekurangan yang ditemukan dengan tetap mempertahankan tindakan yang sudah baik. Beberapa tindakan perbaikan yang dipandang relevan untuk diterapkan yaitu mengurangi anggota kelompok dari 5 orang anggota menjadi 2 orang, pengisian LKS dilakukan oleh setiap siswa, serta pengurangan waktu bermain dan penambahan waktu untuk membahas konsep yang terkandung dalam permainan. Setelah penerapan tindakan pada siklus II nilai rata-rata hasil tes penguasaan konsep siswa mengalami peningkatan dari 19 menjadi 77, serta rata-rata peningkatan yang dialami siswa tergolong peningkatan yang tinggi dengan nilai rata-rata N-Gain sebesar 0,71. Rata-rata peningkatan ini lebih baik dari siklus I 0,70. Nilai terendah yang didapat siswa pada siklus II sebesar 67. Hasil pada siklus II ini telah memenuhi kriteria tindakan keberhasilan yaitu hasil tes penguasaan konsep siswa minimal 60. Hal ini dikarenakan pengetahuan siswa pada siklus I lebih rendah daripada pengetahuan awal siswa pada siklus II, siswa yang pada siklus II mulai terbiasa dengan pembelajaran melalui permainan bernuansa nilai, perbedaan permainan pada siklus I dan siklus II yang membuat siswa tetap termotivasi dan tidak merasa bosan dalam pembelajaran, serta dengan adanya pengetahuan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran membuat siswa merasa penting untuk mempelajari fisika. Kebutuhan ini yang akan mendorong timbulnya motivasi siswa dalam belajar seperti yang dikatakan oleh Hamalik “Kebutuhan adalah kecenderungan-kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan 70 kelakuan untuk mencapai tujuan. Timbulnya kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi” 3

E. Bahasan Temuan Penelitian

Dokumen yang terkait

Penguasaan konsep oleh siswa melalui metode problem solving pada konsep sistem respirasi (eksperimen di MTS Negeri Cipondoh Tangerang)

1 53 182

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya bernuansa nilai (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)

0 8 223

Meningkatkan minat belajar metematika siswa melalui penerapan model pembelajaran quantum teaching dengan tahapan belajar tandur: penelitian tindakan kelas di MTs Al- Islamiyah Ciledug Tangerang

1 10 227

Pengaruh startegi peta konsep (concept mapping) terhadap hasil belajar fisika siswa: studi quasi eksperimen di MTs Al-Mukhsin Cibinong

1 8 88

Pengaruh Permainan Tradisional Komboyan Terhadap Peningkatan Kerjasama Anak TK di RA Al Ikhlas Pende

9 105 154

Peningkatan Penguasaan Konsep Sistem Respirasi Manusia Melalui Metode Pemecahan Masalah : Problem Solving Penelitian Tindakan kelas di MTs Negeri Tangerang II Pemulang – Banten

0 11 178

PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK KONSEP UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ASOSIATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-B MTs. Al Musyawarah Lembang).

0 0 50

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL LEMPAR KARET DI TK AL-IKHLAS : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok A Pendidikan Anak Usia Dini TK Al-ikhlas Tahun Pelajaran 2014/2015.

5 13 34

peningkatan penguasaan konsep fisika bagi guru smp

0 0 10

peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi inflasi melalui metode diskusi

0 0 41